33. Di Balik Kisah

13 5 4
                                    

"Gimana, Dok?" tanya Susan kepada Dokter yang sedang memegang hasil CT-scan Naya.

Hasil tes sudah keluar. Dokter sedang menganalisis hasil tes Naya. Mereka akan memutuskan operasi untuk Naya.

"Sepertinya kita harus segera mengoperasi kaki Naya. Kanker sudah meluas, kanker sudah berada di luar tulang Naya. Dan sepertinya akan merambat ke paru-paru. Jika tidak segera dioperasi bisa jadi akan meluas kejaringan yang lain," ujar Dokter itu.

"Kapan kira-kira operasinya?"

"Saya akan menyiapkan operasi dalam tiga hari ini. Mohon Ibu memperhatikan kondisi Naya. Jangan membuatnya stress dan tertekan."

"Resiko dari operasi ini apa, Dok?"

"Jika kanker sudah menyebar di sekitar tulang, kemungkinan tindakan amputasi akan dilakukan untuk mencegah penyebaran ke jaringan lain," ujar Dokter tersebut.

Susan menutup mulutnya mendengar penuturan Dokter. Naya harus diamputasi. Ia tidak bisa membayangkan jika Naya harus diamputasi.

Susan keluar dari ruangan dokter. Ia akan melihat kondisi anaknya. Tetapi ia melihat Lesamana sedang berada di depan pintu ruangan Naya.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Susan.

"Aku mau melihat kondisi Naya," jawab Lesamana.

"Sebaiknya jangan bicara di sini," Susan mengajak Lesmana menjauh menuju taman rumah sakit.

***

Naya sedang berada di taman bersama seorang suster karena ia bosan di kamar itu. Ia ingin melihat pohon-pohon hijau di sini.

Naya menyipitkan matanya melihat Susan Ibunya pergi menuju kursi taman disebrangnya bersama Lesmana Ayah Shana. Naya yang penasaran pun mendekati mereka diam-diam.

"Sus tunggu di sini, aku mau ke sana sebentar," ujar Naya kepada suster itu. Susterpun tak bisa membantah karena takut dengan aura yang Naya timbulkan.

"Jadi bagaimana kondisi Anaya?" Naya menguping pembicaraan kedua orang tua itu.

"Ana akan di operasi tiga hari lagi dan kemungkinan Ana akan di amputasi," jawab Susan.

"Kenapa kamu tidak kasih tahu aku dari dulu? Dia anakku aku berhak tahu."

Naya terkejut mendengar penuturan Lesmana. Apa maksudnya dia adalah anaknya?

"Kita sudah sepakat tidak akan mencampuri urusan masing-masing setelah keputusan hakim," geram Susan.

"Tapi dia anakku, ini menyangkut keselamatannya." Lesmana pun mulai emosi.

"Semua sudah berakhir diantara kita. Aku harap kita tidak akan bertemu lagi."

"Memang semua sudah berakhir. Tapi hubungan bapak dan anak masih terikat."

Naya semakin bingung dengan obrolan orang dewasa itu.

"Lebih baik kamu pergi, aku gak mengizinkan kamu untuk bertemu Ana." Susan bangkit setelah mengatakan itu namun tangannya di cekal oleh Lesmana.

"Kamu gak boleh egois seperti ini, dia anakku. Bagaimana pun dia darah dagingku," ujar Lesmana marah.

"Dia anakku, aku yang membesarkannya sendiri. Aku berhak atas dirinya."

"Izinkan aku bertemu dia sebelum operasinya. Aku ingin melihat keadaannya," Lesmana memohon kepada Susan.

"Maaf, tapi ini lebih baik untuk Ana."

"Apa yang lebih baik untuk Ana, Bu?" tiba-tiba Naya datang mendorong kursi rodanya menuju kedua orang tua itu.

"Ana?" Susan terkejut melihat Naya sudah berada di depannya.

"Apa yang terbaik adalah menyembunyikan semua ini?"

Susan dan Lesmana dibuat gugup dengan kedatangan Naya.

"Kenapa Ibu gak pernah cerita semua ini sama aku, Bu?" tanya Naya.

"Bukan begitu, Nak," Susan ingin memegang kepala sang putri namun di tepis oleh Naya.

"Lalu, kenapa Ibu bohong selama ini? Kenapa Ibu bilang Ayah sudah meninggal? Kenapa, Bu?!" teriak Naya dengan air mata mengalir di pipi tirusnya.

"Ibu bisa jelaskan, Nak," bujuk Susan menenangkan Naya.

"Kalo begitu jelaskan dan jangan ada yang ditutupi."

Sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga. Kini kebohongan Susan telah tercium oleh Naya putrinya sendiri.

"Dia..." tunjuknya pada Lesmana "adalah ayah kandung kamu, Ana."

Naya semakin terkejut mendengar fakta yang disembunyikan Ibunya selama ini.

"Ayah?"

"Iya dia adalah ayah kandungmu. 16 tahun yang lalu kita memutuskan untuk bercerai. Kita memang dijodohkan oleh orang tua kami tapi pernikahan kita tidak bisa dilanjutkan," ujar Susan.

"Kita memiliki dua orang anak selama kita menikah," lanjutnya

"Dua? Apa mungkin... "

"Iya Shanaya adalah kakak kamu, dia adalah kembaran kamu. Kalian selisih 5 menit saat dilahirkan," ujar Susan.

Naya benar-benar teekejut mendengar semua fakta ini. Dirinya dan Shana adalah saudara kembar. Jadi kemiripan mereka selama ini memang bukan kebetulan tapi karena mereka adalah saudara kembar.

Naya hanya bisa menutup mulutnya. Ia tak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar semua dari mulut san Ibu.

"Tapi kenapa Ibu baru bilang sekarang?"

"Ibu salah, ini semua kemauan Ibu agar kita merahasiakan semua ini. Ibu gak mau kita terus di bayangi masa lalu." Susan tak kuasa menahan air matanya.

"Ibu minta maaf, maafkan Ibu." Susan memegang kedua kaki Naya di kursi roda.

"Ibu bangun jangan seperti ini. Ana maafin Ibu tapi Ibu bangun," Naya berusaha menarik Ibunya dari kakinya.

"Ana tahu, Ibu melakukan semua ini demi Ana. Ana gak marah sama Ibu. Ana senang akhirnya bisa bertemu dengan Ayah," ujar Naya dengan senyum dibibirnya.

"Ayah," panggil Naya kepada Lesmana. "Iya, Nak. Ini Ayah."

Lesmana segera memeluk Anaya putrinya yang sudah lama tak di jumpainya.

"Ayah, Ana kangen Ayah." Naya memeluk Lesmana dengan erat ia menumpahkan semua kerinduannya selama 16 tahun ini.

"Ayah juga."

"Maafkan Ayah, seharusnya Ayah menemui kamu. Maafkan Ayah," Lesmana merasa bersalah tak bisa menemani Naya selama ini. Ia melewatkan banyak momen berharga bersama anaknya.

"Gak, Yah. Ana senang Ayah di sini," ujar Naya sembari tersenyum.

Tak bisa dikatakan dengan kata apapun di dunia ini bahwa ia sangat senang bertemu dengan Ayahnya. Bisa memeluk Ayahnya saja sudah cukup untuk dirinya. Naya mengucap syukur kepada Sang Pencipta karena mempertemukan dirinya dengan Ayah yang selama ini ia rindukan.

"Kamu harus bertahan, Nak. Ayah akan selalu menunggu di sini."

"Kamu harus di operasi agar cepat pulih dan kita bisa menghabiskan waktu bersama," uajr Lesmana mengelus lembut kepala anaknya.

"Sebelum Ana operasi, boleh Ana minta satu permintaan?" ujar Ana.

Lesmana dan Susan tentu saja mengangguk menyetujuinya. Mereka akan melakukan apapun untuk putrinya.

***
Jadwal up jadi kacau belakangan ini karena ospek yang menyita banyak waktu. Semoga kalian masih setia membaca cerita ini.

Terima kasih

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang