02.33 AMTangisan gua udah mereda dari beberapa jam yang lalu, tepat saat gua sampai di Bandung, di rumah duka. Pagi nanti bakal ada ibadah dan Sonia bakal dikuburin siang ini.
Di samping gua ada Wonwoo yang masih diam dan menatap kosong ke depan. Gua merangkul Wonwoo supaya dia bisa tenang.
Wonwoo sama terpukulnya kayak gua. Gua tau persis seberapa sayangnya Wonwoo sama Sonia. Sampe detik ini pun belum berubah sama sekali.
"Keluar dulu, yuk. Kita cari udara seger."
Gua dan Wonwoo berdiri keluar dari rumah duka dan berjalan di pinggir jalan sambil menikmati angin yang berhembus.
Gua sama Wonwoo berhenti di tempat yang bisa diduduki gua sama dia. Gua sama Wonwoo duduk di atas beton itu.
"Gua harusnya jagain dia, By. Harusnya gua nerima bantuan dia, By." Kata Wonwoo.
"Coba aja gua terima bantuan dia, pasti dia nggak bakalan keguguran dan mutusin buat ngakhirin hidupnya kayak begini." Lanjut Wonwoo yang mulai menangis.
Sekarang gua cuma bisa ngerangkul Wonwoo dan berusaha nenangin dia. Gua nggak mungkin nangis sekarang. Kalo gua nangis, siapa yang bakal nenangin Wonwoo sekarang?
"Lu nggak salah apa-apa, Nu." Kata gua.
Gua makin lemah ngeliat Wonwoo yang keliatan stres. Dia mengacak-ngacak rambutnya dan menangis lagi.
"Nu."
Gua yang tadinya duduk di sebelah Wonwoo pun berpindah ke depan Wonwoo dan jongkok di hadapannya Wonwoo.
"Ikhlasin dia, please." Kata gua.
Wonwoo menatap gua nanar. Rahangnya bergetar dan matanya merah. Gua menyentuh pipinya Wonwoo supaya dia bisa sedikit lebih tenang.
"Gimana caranya?" Tanya Wonwoo.
Gua menunduk dan mengacak-ngacak rambut gua dengan kedua tangan gua. Gua sendiri nggak tau harus jawab pertanyaannya gimana.
"Lu sendiri aja belom ikhlas, By." Kata Wonwoo.
Gua berusaha nahan tangisan gua setelah sadar kalo Sonia udah bener-bener pergi dan nggak akan kembali.
"By, Nu!"
Gua sama Wonwoo nengok ke sumber suara. Di sana ada Mingyu dan Vernon yang berdiri ngeliatin gua sama Wonwoo.
"Gua masih nggak bisa terima ini." Kata Wonwoo.
Gua nyerah dan berdiri menjauhi Wonwoo, sedangkan Mingyu nyamperin Wonwoo dan duduk di sebelahnya.
"By, lu kuat. Gua tau lu kuat." Kata Vernon sambil megang kedua bahu gua dan menatap gua dalam-dalam.
Gua menggelengkan kepala gua, "Gua sendiri nggak yakin gua bisa kuat apa nggak, Non." Kata gua, dan Vernon narik gua ke pelukannya.
Vernon ngebawa gua duduk di samping Mingyu yang juga lagi berusaha buat nenangin Wonwoo yang terus-terusan nyalahin dirinya sendiri dan terus-terusan nangis.
"G-gua capek. Gua udah nggak kuat."
"By!"
Mingyu yang tadinya duduk di samping gua pun tiba-tiba berlutut di depan gua dan menangis di hadapan gua.
"Gua mohon jangan." Kata Mingyu.
"Gua tau lu udah ditampar berkali-kali sama kenyataan. Tapi, lu lebih kuat dari itu, By. Gua mohon, By." Kata Mingyu sambil memegang kedua tangan gua dan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Unspoken ; Jung Jaehyun
Фанфик𝒖𝒏·𝒔𝒑𝒐·𝒌𝒆𝒏 /ˌə𝒏ˈ𝒔𝒑ō𝒌ə𝒏/ (𝘢𝘥𝘫.) 𝘯𝘰𝘵 𝘦𝘹𝘱𝘳𝘦𝘴𝘴𝘦𝘥 𝘪𝘯 𝘴𝘱𝘦𝘦𝘤𝘩; 𝘵𝘢𝘤𝘪𝘵. • • • Warn! - kata kasar! - typo bertebaran.