Gua berdiri di depan pintu rumah bokap gua dan memencet bel rumahnya dengan agresif. Gua benci harus lama-lama di sini."Masuk."
Tanpa nyapa atau basa-basi lagi, gua langsung masuk ke dalam rumahnya dan langsung berjalan ke meja makannya.
"Kak, Daby!"
Mood gua yang hancur langsung kembali jadi baik lagi setelah ngeliat adik kecil gua, Mia. Dia lari ke arah gua dan meluk gua, gua pun ikut meluk dia.
Gua nggak nyangka dia bisa langsung deket sama gua. Padahal dua hari lalu gua cuma ketemu sama dia sebenentar.
"Kakak makan di sini?" Tanya Mia, gua ngangguk.
Gua ngegendong Mia dan naroh dia di bangku yang ada di sebelah gua. Gua bisa liat kalo Lily sama mamanya kaget ngeliat Mia yang langsung deket sama gua.
"Kamu di atas dulu, ya. Kamu kan udah makan duluan tadi." Kata Lily.
"Tapi ada Kak Daby."
"Ck! Main aja di atas!" Kata Lily.
Gua ngeliat muka Mia yang udah ketakutan karna Lily. Lucunya itu ternyata Lily lebih buruk sama anak kecil dari pada gua.
"Sayang, kamu main di atas dulu, ya." Kata gua pelan. Akhirnya Mia pun nyerah dan dia pergi naik ke atas, mungkin ke kamarnya.
Setelah Mia naik ke atas, gua langsung ngambil makanan yang udah disediain sama mereka. Gua nggak peduli kalo mereka ngasih gua racun. Yang penting mereka nyiksa di akhirat.
"Kamu inget apain anak saya?" Tanya Isabella.
"Nggak." Jawab gua dengan cepat.
"Kamu bilang Lily norak? Hah?" Tanya Isabella, nada bicaranya naik, tapi gua masih tetep tenang nanggepin dia.
"Fakta." Jawab gua santai.
"Abis itu kamu suruh dia bayarin semua makanan kamu? Harga diri kamu di mana? Hah?" Tanya dia lagi.
Gua nggak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan yang dia lemparkan ke gua dan gua tetep ngelanjutin makan gua.
"Punya mulut buat jawab nggak?" Tanya Lily. Gua langsung nunjuk mulut gua dengan telunjuk gua dan ngangkat kedua alisnya.
"Punya mata buat liat nggak?" Bales gua.
"Lagipula kalian berdua kan kaya. Bisa dong bantu bayarin saya makan. Bukannya menurut kalian saya ini orang susah?" Tanya gua.
Gua berusah sebisa dan semampu gua untuk tetap tenang dan nggak emosi. Gua yang harus mancing emosi mereka.
"Kamu nggak minta maaf?" Tanya Isabella.
"What?! Buat apa saya minta maaf? Anda udah ngehancurin kebahagian orang, apa anda pernah minta maaf?" Tanya gua balik.
Gua narik nafas panjang buat nenangin diri gua yang sempet kepancing emsoi. Gua nggak sudi minta maaf ke mereka.
"Jangan terlalu gila hormat. Kalian nggak pantes." Kata gua.
Mereka berdua pun nggak bisa berkata apa-apa lagi. Gua dan mereka berdua ngelanjutin acara makan siangnya.
"Gimana? Enak?" Tanya Isabella.
"Hmm."
"Itu kenapa papa kamu suka sama saya. Soalnya mama kamu nggak pinter masak kayak saya." Kata Isabella.
Gua paling nggak bisa kalo mereka udah nyebutin mama. Dia nggak pantes ngebandingin dirinya sama nyokap gua yang mendekati kata sempurna.
"Nggak usah bawa-bawa mama saya." Kata gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Unspoken ; Jung Jaehyun
Fanfic𝒖𝒏·𝒔𝒑𝒐·𝒌𝒆𝒏 /ˌə𝒏ˈ𝒔𝒑ō𝒌ə𝒏/ (𝘢𝘥𝘫.) 𝘯𝘰𝘵 𝘦𝘹𝘱𝘳𝘦𝘴𝘴𝘦𝘥 𝘪𝘯 𝘴𝘱𝘦𝘦𝘤𝘩; 𝘵𝘢𝘤𝘪𝘵. • • • Warn! - kata kasar! - typo bertebaran.