#42 hal baru

57 10 0
                                    

Sudah tiba saat yang aku tunggu
Saat dimana hujan turun
Membasahi jalanan kota,
Menghangatkan suasana,
Menciptakan nada dengan rintikan,
Perihal tentang hujan saat ini
Ku biarkan engkau
menghapus Jejak nya
Atas izin semesta dan hati
Yang sudah lelah akan
Luka yang bertubi-tubi.

****

"sangat sulit untuk menyelamatkan nya, apalagi dengan kondisi jantung nya yang semakin melemah. Ini aneh dia seperti di berikan racun pelemah jantung padahal dia kecelakaan bukan?" ujar dokter itu di depan seluruh orang yang berada di sana.

"kecelakaan dia di sebabkan oleh seseorang yang sengaja membuat mobilnya kehilangan kendali dan saat terjadi itu terjadi dia menyuntikan racun ini ke tubuhnya," seru Rafael dengan memperlihat kan sebuah suntikan yang ia dapatkan di tkp bersama para penyelidik.

"siapa yang tega melakukan ini?" ucap mama Arga dengan sangat emosional.

"saya sudah tahu ko dalang nya siapa aku yang akan urus, kalian fokus saja pada kondisi Arga sekarang." kata Rafael dengan langsung pergi menjauh entah kemana lagi.

"wawww," ujar Daffa dan Fatir bersama sembari melihat Rafael yang perlahan pergi.

"dia butuh transplantasi jantung secepatnya," kata dokter itu yang langsung masuk kembali ke ruangan karena suster datang memanggilnya dengan terburu-buru.

Semuanya hanya diam mematung karena kaget dengan perkataan dokter itu. Apalagi untuk saat ini sulit untuk seseorang yang ingin mendonor jantungnya sendiri.

Afan langsung terdiam dan mulai membalikkan tubuhnya pergi dari sana.
Dia sudah tak ingin berada di sana dirinya tak sanggup harus mendengar suara tangisan seorang ibu.

"gimana kalau Aira tau ini , apa dia bakalan balik jadi Aira yang dingin. Kenapa sih ini kejadian lagi." batin Afan yang berjalan dengan cepat agar cepat sampai di parkiran mobil.

Afan ingin kembali pulang ke rumahnya dia sedang memikirkan cara agar Arga selamat kali ini. Afan ga bakalan biarin Aira kehilangan Arga begitupun sebaliknya.

Dia semakin mempercepat mobilnya dengan menahan tangisnya.

Saat dirinya tiba di kediaman nya Afan langsung duduk di ruang tamu dengan mengacak rambutnya frustasi.

Sampai papanya melihat dan mulai menghampirinya.

"kamu kenapa fan, kenapa seperti orang yang memikirkan suatu hal yang berat?"
Tanya Papanya yang langsung duduk di samping putranya itu.

"Arga pa, dia kecelakaan dia butuh donor jantung, dan kalau engga pasti dia ga selamat. Kalau itu terjadi gimana Aira pasti dia bakalan sengsara, cuma Arga yang bisa bikin Aira ceria. Gimana nanti dia pulang dan tau Arga gada pasti kondisi nya semakin memburuk Afan gak mau Aira kehilangan semangatnya lagi."
Ujar Afan yang kini sudah mengeluarkan sedikit air matanya.

"anak yang malang. Dia ga pernah sedikitpun bahagia, Dia selalu menderita, sekarang saat dia sudah hampir bahagia cobaan masih terus datang. Papa merasa orang yang bersalah awalnya," seru Papa Arga yang langsung terhenti entah kenapa.

"maksud papa bersalah apa?" tanya Arga yang penasaran karena papanya tidak melanjutkan perkataan nya.

"tidak, papa pergi dulu ada urusan." ujar Nya yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

Tapi bukan Afan namanya jika ia tak penasaran dengan kelanjutan itu, dirinya sampai menahan papanya untuk menjelaskan maksud dari perkataan nya.

"paaa, maksudnya apaa?" seru Afan yang saat ini sudah menahan tangan papanya.

Ay & Ar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang