15

2.6K 254 98
                                    

Hari ini Yedda, Sarada, dan Hannah berada di Kensington High Street.

Untuk apa? Coba tebak.

Yap! Untuk berbelanja.

Yedda menitipkan Shahid pada pengasuh, untuk menikmati waktu bersama Hannah dan Sarada.

"Jadi di Indonesia hanya ada dua musim, Kak Yedda?" tanya Hannah takjub. Yedda mengangguk.

"Lebih baik kita pakai celana ketimbang gaun atau rok. Lalu pilih bahan baju yang tipis saja, biar tidak kepanasan. Tapi tetap beli jaket," saran Yedda. Namun Hannah tiba-tiba pergi ke arah area pakaian dalam, meninggalkan Yedda dan Sarada di area atasan pakaian.

"Menurutmu hitam atau oranye, Yedda?" tanya Sarada meminta saran, menyodorkan blus warna hitam dan oranye.

"Oranye, Sarada. Kalau hitam nanti panas."

Sarada tampak berpikir. Namun blus hitam dengan aksen pita di pinggang itu juga lucu.

"Tapi kalau kau suka keduanya, ambil saja." Yedda tertawa geli melihat ekspresi Sarada yang kaget karena ia menebak pikiran Sarada.

"Tapi nanti boros," sergah Sarada, berpikir lagi. Yedda terkikik geli.

"Suamimu itu kaya tujuh turunan, Sarada. Hasil hak paten penelitiannya kalau kau belikan tambang emas pun masih sisa," jawab Yedda santai, membuat mulut Sarada menganga terbuka dengan tidak elit nya.

Wah, sekaya apa Tuan Brighton sebenarnya?

Hannah berlari dari area pakaian dalam, membawa beberapa jinjingan tas yang berisi belanjaan miliknya. Hannah mengedipkan matanya pada Yedda, membuat Yedda tersenyum miring, mengangguk mengerti.

"Kak Sarada, ini, hadiah dariku." Hannah memberikan sebuah paper bag berlabel Victoria Secret.

Sarada mengernyitkan dahi. Isinya apa, ya?

Lipstik? Kosmetik?

"Nanti waktu liburan, waktu mau tidur, dipakai, ya! Pasti bagus," tambah Hannah riang, sambil mengedipkan sebelah matanya.

Lagi-lagi dahi Sarada mengkerut.

"Memang isinya apa, sih, Hannah?" tanya Sarada penasaran. Hannah hanya mengembangkan senyum misteriusnya sambil menggelengkan kepala.

"Nanti, lihat saja sendiri. Beritahu Kak Boruto kalau perlu, dia pasti suka."

Memang ada hubungannya dengan Boruto, ya?

Yedda dan Hannah terkikik geli melihat wajah bingung nan polos Sarada.

Karena walaupun secara fisik Sarada itu lebih tua dari Hannah, namun aslinya Sarada kan masih berumur dua puluh tahun. Jadi dia lebih muda sekitar empat atau lima tahun dari Hannah.

"Sudah, kalau penasaran bukanya nanti saja. Sekarang kita cari baju yang lain!" Yedda mengajak, mengalihkan topik pembicaraan sambil menggamit jemari Sarada yang masih terlihat kebingungan.

Hannah hanya terkikik geli melihat ekspresi kakak iparnya.

Ternyata Kak Sarada masih benar-benar polos, ciao.

Sementara para wanita menikmati girls time mereka, Boruto, Shakeel, dan Irven berada di ruangan privat salah satu restoran kelas atas di London.

"Jadi kau benar-benar bukan Albert?" Irven memerhatikan Boruto dari ujung kepala sampai ujung kaki, lalu mengernyitkan dahi.

"Tapi tidak ada bedanya," tambah Irven. Shakeel mendengus.

[END] The Brighton | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang