42

2.5K 249 224
                                    

yang belum baca part 41, silahkan baca dan vote part 41 dulu yaa-! dari kemarin error, jadi Ilma unpub dan repub lagi, xixi.


-

Albert memberikan kopernya pada James. Pria kuning itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi, lalu menggeliatkan badannya ke kanan dan ke kiri. Sarah tertawa kecil.

Kebiasaan menggemaskan suaminya itu tidak pernah berubah dari dulu, dari saat mereka masih menjadi partner penelitian. Bila badannya kaku setelah penerbangan jarak jauh, maka pria itu akan meregangkan badannya dengan cara yang lucu, seperti sekarang.

Mereka baru saja sampai di rumah. Baru di halaman depan. Halaman depan yang dipenuhi bunga-bunga kesukaan Sarah, yang kemudian menjadi bahan penelitian wanita itu. Mana yang ternyata mempunyai manfaat lebih, mana yang ternyata sekadar hiasan.

"Ayo masuk, suamiku. Jangan cuma meregangkan badan disitu!" Sarah menarik tangan Albert keras-keras, membuat para pekerja yang sedang membersihkan pekarangan mereka tertawa kecil.

Tuan Brighton dan Nyonya Sarah sudah kembali seperti semula.

"Iya-iya, istriku. Sabar sedikit. Badanku kaku."

"Akan aku lemaskan nanti setelah masuk rumah," balas Sarah cepat-cepat, membuat Albert tersenyum miring.

"Baiklah. Kau yang bilang, Sayang." Albert buru-buru masuk mengikuti tarikan Sarah. Berjalan melalui jalan setapak dipenuhi bunga-bunga yang berguguran di pekarangan rumah besar mereka.

Sarah mengedipkan mata tak percaya. Wanita itu menghentikan langkahnya di depan pintu, membuat Albert mencuatkan alis. "Kenapa, Sayang?"

"Kau tidak lihat, Al? Coba lihat. Itu, yang ada di dalam. Sofa milik siapa?" tanya Sarah bingung. Albert mencuatkan alisnya, dahinya mengerut bingung.

"Apa lagi, Sarah?" tanya Albert penasaran. Wanita itu menarik tangan suaminya memasuki rumah besar mereka, membuat Albert menutup mulutnya yang seketika menganga.

Satu set sofa batik yang terbuat dari beludru sutra, dengan meja marmer bermotif batik kawung dengan dominasi coklat. Taplak meja bergambar batik, serta seperangkat gamelan yang sudah tertata rapi di pojok ruangan.

"Kau tidak memesan apa pun, 'kan, suamiku?" Sarah menatap Albert horor. Bulu kuduk wanita itu mendadak berdiri. Albert menggelengkan kepala takut-takut, melepas tangannya dari tangan Sarah, lalu mengacungkan dua jarinya.

"Serius. Aku tidak memesan apa pun."

"Lalu ini punya siapa? Atau jangan-jangan ... -Diva!!" panggil Sarah keras-keras. Kepala pelayan bagian dapurnya itu langsung datang sambil tergopoh-gopoh, menatap tuan dan nyonyanya yang memandangnya seribu tanya.

"Iya, Nyonya?" Diva menundukkan kepalanya bingung. Sarah menunjuk sofa yang sudah tertata di ruang tamu beserta seperangkat gamelan yang ada di pojokan ruangan.

"Itu punya siapa, Diva?" tanya Sarah serius. Matanya menatap Diva bingung. Diva menoleh, melihat barang yang ditunjuk oleh Sarah. Albert memijit pelipisnya sambil meringis. Ia sepertinya tahu itu dari mana.

"Ooh, itu, Nyonya? Kemarin ada yang mengantarkan itu ke sini, lalu menatakannya sekalian. Katanya hadiah dari Laut, Nyonya. Sebentar, ada suratnya, Nyonya. Biar saya ambilkan dahulu." Diva beringsut pergi, meninggalkan Sarah yang masih menatap sofa serta seperangkat gamelan itu tak percaya.

[END] The Brighton | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang