25

2.2K 216 110
                                    

Hening. Suasana perjalanan kali ini begitu hening. Sarada memilih mendengarkan lagu yang diputar di radio mobil.

Sweet creatures sweet creatures

Wherever I go, you bring me home

Sweet creatures sweet creatures

When I run out of road, you bring me home

Menghayati melodi lagu milik salah satu mantan personel One Direction itu membuat otak Sarada kembali bekerja, kenapa Harry Styles disini tetap menjadi seorang penyanyi?

Kalau begitu, apakah di dunia asli ia tetap akan berjodoh dengan Boruto?

Dunia ini penuh dengan ketidakpastian, dan Sarada memilih berharap tidak terlalu tinggi.

Ia memandang Boruto yang fokus menyetir. Lekuk wajah Boruto dari samping tampak begitu indah.

Begini, ya, gambaran Boruto saat berumur dua puluhan akhir?

Boruto mengambil jalan lurus setelah melewati Monumen Pers. Tidak, ia tidak berniat kembali ke hotel. Sarada yang mengetahui hal itu menatap Boruto bingung.

"Kita mau kemana, Bolt?" tanya Sarada. Boruto hanya mengulas senyum tipisnya.

"Yang tadi itu Monumen Pers Nasional, Sarada. Aku mau mengajak berjalan-jalan saja, tidak boleh?" tanya Boruto.

Selepas pengakuan dari Sarada tadi, Boruto mendadak merasa jadi orang paling jahat sekaligus bahagia di dunia. Setelah Sarada mengutarakan isi hatinya tadi, Boruto jadi merasa bahwa betapa ia tidak bersyukur selama ini.

Ada banyak hal yang ia dapatkan, namun ia selalu memandang dirinya kekurangan hanya karena hal sepele, perhatian sang ayah, misalnya.

Padahal di sekitar Boruto, banyak yang lebih menderita. Sarada, contohnya. Kesepian sepanjang umurnya, tidak bisa mempunyai teman. Dituntut keras oleh keluarga. Boruto harus bersyukur, Minato dan Kushina—kakek nenek Boruto dari pihak ayah—begitu menyayangi ya, tidak pernah menuntut macam-macam. Jangan tanyakan Hiashi dan Hikari. Kakek-nenek dari Hyuga yang terlihat tegas dan galak itu jadi manusia paling lembut sedunia kalau berhadapan dengan para cucu mereka.

Boruto beruntung, keluarganya selalu mendukungnya penuh tanpa syarat. Walau Naruto sibuk, tapi sesibuk-sibuknya Naruto, Naruto tidak pernah menuntut hal aneh-aneh pada Boruto. Boruto juga suka membantah, perangainya yang memang menyebalkan membuat orang memakluminya. Apalagi dia laki-laki, putra mahkota, pula.

Sarada perempuan. Di Jepang yang masih menganut patriarki, perempuan cenderung direndahkan. Sarada hanya bisa menuruti perkataan keluarganya walau ia tak mau. Sarada tidak punya kemampuan untuk menolak.

Dan itu membuat Boruto semakin tertawa getir.

Masih asik dengan lamunannya sendiri-sendiri, mendadak radio mobil memutar lagu Bengawan Solo.

Lagu nasional ciptaan Gesang dengan melodi mendayu-dayu itu membuat bibir Sarada melengkung ke atas tanpa sadar. Indah. Mereka baru saja melewati Pura Mangkunegaran, ditemani lagu Bengawan Solo.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[END] The Brighton | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang