21

2.3K 240 182
                                    

Mereka kali ini semobil, gantian Irven yang menyupir. Boruto senang sekali bermain dengan Shahid, membuat Shakeel merasa seperti jadi ayah tiri.

Bahkan sekarang Boruto dan Sarada duduk di belakang, dan Shahid bersama mereka. Shakeel sempat mencak-mencak, namun Yedda dengan tatapan tajamnya membuat Shakeel jadi membisu.

"Mau kemana sekarang?" tanya Irven. Hannah mengecek ponselnya, serta mencari-cari lewat lensa kontaknya, mengidentifikasi apakah ada sesuatu yang menarik di dekat sini.

"Mau coba makanan khas Semarang?" tanya Hannah. Yedda menganggukkan kepala.

"Makanan apa?"

"Lunpia, bandeng presto, dan soto. Lunpia dan bandeng presto bisa dibawa pulang. Mungkin kita bisa membelinya untuk oleh-oleh," jelas Hannah. Yedda menganggukkan kepala.

"Soto saja, Hannah. Sayang, kau setuju tidak? Kenapa diam terus?" Yedda beralih pada Shakeel yang menatap jalanan lebar, memperhatikan trotoar dan bangunan-bangunan khas Belanda yang ada di Semarang.

"Tidak apa." Shakeel menjawab pendek. Sarada jadi tidak enak.

"Maaf, Shakeel. Shahid--"

"Tidak apa-apa, Sarada. Suamiku ini sedang IMS, biarkan saja. Biasanya juga Shahid ditinggal tidur. Giliran Shahid nemplok sama orang lain, dia ngambek." Yedda mendengus kesal. Boruto menahan tawa mendengar ucapan kesal Yedda.

IMS, Irritable Male Syndrome adalah periode dimana seorang pria merasa murung, cemas, frustrasi, intinya hipersensitivitas yang muncul begitu saja. Mirip pre menstrual syndrome pada perempuan.

"A...yah!" Shahid yang berdiri di pangkuan Boruto tiba-tiba menarik rambut nanas Shakeel. Yedda mengerjapkan mata melihat tingkah ajaib anaknya.

"Shakeel, lihat! Anak kita memanggilmu, tahu!"

"Terserah. Biar sama Boruto saja." Shakeel bersedekap sebal. Bulu kuduk Boruto mendadak meremang.

Sebenarnya ada apa dengan Indonesia, sih?! Kenapa jadi aneh semua?!

"Seingatku Shakeel itu cuek. Tidak sensitif, apalagi bawa-bawa perasaan dan ngambekan seperti ini," sindir Irven.

"A..yah!" Shahid menarik-narik rambut nanas Shakeel lagi. Namun Shakeel tetap bergeming. Yedda yang jengah melihat kelakuan suaminya memutuskan mengambil Shahid dari gendongan Boruto, agar Shahid lebih leluasa menarik rambut nanas ayahnya.

"Kita jadinya mau kemana?" tanya Boruto. Hannah mengacungkan ponselnya, menunjukkan tempat jual soto.

"Makan, makan soto. Habis itu kita beli oleh-oleh di Bandeng Juwana, tempatnya tidak terlalu jauh." Hannah menjelaskan, seisi mobil setuju saja. Irven sang pengemudi pun mengemudikan mobil mengikuti GPS yang sudah dipasang Hannah.

-

Warung soto itu lumayan ramai di jam makan siang. Mereka mengambil kursi. Shakeel mengambil kursi bayi untuk putra semata wayangnya.

"Misi, Pak, Bu, mau pesan berapa sotonya?" Bapak-bapak penjual nyelonong begitu saja. Hannah menunjuk soto, bertanya dengan lirikannya.

"Yang mau makan siapa saja?"

"Semua, Hannah. Berarti tujuh porsi, Shahid juga dihitung," jawab Shakeel memutuskan. Hannah pun berbicara sebentar pada si bapak penjual tadi.

"Minumnya? Mau es teh atau es jeruk?" tanya Hannah lagi. Sarada menggelengkan kepala.

"Aku jeruk hangat tidak usah pakai es, Hannah."

"Yang lain?"

Setelah selesai memesan, Boruto asik bermain dengan Shahid. Ya, untuk hari ini Shakeel merasa menjadi ayah yang buruk.

[END] The Brighton | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang