34

1.9K 210 166
                                    


apdet sebelum PTS. semangat PTS nyaa!

-


Parangtritis, Bantul, Yogyakarta.

Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah laut. Laut, laut, dan laut. Keunikannya terletak pada pasir-pasir yang membentuk gumuk gunung, satu-satunya di penjuru Asia Tenggara.

Pasir halus terasa ketika dijejak. Angin semilir sepoi-sepoi menerpa wajah, membuat rambut indigo Hannah melambai-lambai begitu saja. Matahari yang sudah mulai condong ke arah barat. Ini pukul dua siang. Sedang panas-panasnya. Sementara wanita pemilik rambut indigo yang sedang mengandung itu terbengong-bengong sambil mengerjapkan mata. Indah.

"Han," panggil Irven pelan. Memastikan bahwa istrinya itu baik-baik saja dan tidak kerasukan arwah penunggu pantai.

Sebab menurut penelusurannya kemarin, Parangtritis merupakan daerah elit kerajaan jin. Kalau di London, maka tempat ini di Kensington. Bedanya adalah ini dunia jin.

Duh, bulu-bulu Irven jadi berdiri.

"He-eh? Kenapa?" Hannah mengerjapkan matanya. Bengong. Wanita itu melongo saat Irven menepuk bahunya pelan, berusaha menyadarkannya. Irven menatapnya tajam.

"Jangan bengong disini, Han. Nanti kerasukan," tegur Irven serius. Ia tidak bermaksud menakut-nakuti. Tapi konon memang hal itu benar-benar ada.

Jadi daripada Hannah kerasukan, lebih baik Irven menyadarkannya dulu.

Hannah mengernyitkan dahi, berusaha mencerna ucapan suaminya. Lalu wanita itu tertawa kecil.

"A-ah, Kanjeng Ratu Kidul, ya? Memang ada, Honey. Tapi seingatku, Kanjeng Ratu Kidul itu orang baik. Wanita terhormat. Mana ada dia merasuki orang sembarangan?" kekeh Hannah geli. Ia sudah mendengar tentang Kanjeng Ratu Kidul.

Ia juga sempat melihatnya sekilas, tadi. Kanjeng Ratu Kidul memang cantik. Menggunakan busana pengantin putri basahan khas Solo, Kanjeng Ratu Kidul tampak mempesona dipandang mata. Menguarkan aura misterius yang menggelitik untuk ditelusuri.

Sempat bertemu mata, Hannah langsung mengalihkan pandangannya.

Wanita seperti Kanjeng Ratu Kidul itu laiknya bunga mawar. Indah, namun berduri. Bila tidak hati-hati, bisa terluka.

"Benarkah? Tapi sepertinya ia menyeramkan, Han."

"Tenang saja, Honey. Aku sudah melihatnya tadi. Dia tidak menyeramkan, kok," balas Hannah mencoba meyakinkan Irven. Irven menatap Hannah tak percaya.

"Benarkah? Setahuku Ratu Kidul itu menyeramkan. Kita harus berhati-hati."

Shakeel yang mendengar percakapan Irven dan Hannah langsung menyahut. "Yang kau baca itu Nyi Roro Kidul, Irven. Bukan Kanjeng Ratu Kidul. Mereka berbeda."

"Loh, memangnya berbeda? Sama-sama Kidul, bukan? Lalu bedanya apa?" cecar Irven bingung, matanya memandang netra jade Shakeel penasaran. Shakeel menoleh ke kanan, melirik sang istri dan anaknya yang tampak asik melihat laut.

Shakeel kemudian menggiring mereka agak menjauh dari keluarganya. Ia memasang raut seriusnya, membuat Hannah dan Irven mengernyitkan kening.

"Memangnya ada apa sih, Kak? Seserius itu?" tanya Hannah bingung. Shakeel menganggukkan kepala.

"Begini, loh. Kanjeng Ratu Kidul itu penguasa pantai selatan. Sementara, Nyi Roro Kidul itu pembantu setianya. Nyi Roro Kidul itu tugasnya seperti menteri luar negeri. Ia yang mengurusi keluar-masuknya orang-orang di pantai selatan. Yang mengurusi urusan luar pantai, istilahnya. Bila ada orang yang meminta pesugihan, dia yang mengurus. Nah, kalau yang kita minta baik, ya hasilnya baik. Namun kalau hati kita kotor, nanti hasilnya buruk." Shakeel setengah berbisik, takut yang lain mendengar.

[END] The Brighton | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang