27

1.8K 220 137
                                    


-warning!

-adegan yang diawali keterangan tempat berarti terjadi di dunia asli Boruto Sarada.

-



Pemuda berambut pirang itu terbangun di tengah malam. Lengan kekarnya yang memeluk pinggang sang istri posesif, tanpa sadar tersentak pelan, membuat tubuh Sarada menggeliat.

Boruto mengerjapkan mata, berusaha meraih ponsel yang ada di nakas. Lensa kontaknya sudah ia lepas. Ia hanya ingin mengetahui pukul berapa saat ini.

Ah, pukul tiga.

Kata orang, pukul tiga adalah jam-jam dimana orang akan terbangun sendiri dan berpikir tentang hidupnya. Bertanya-tanya tentang ini dan itu. Merenungkan kehidupan yang sudah mereka jalani sampai detik ini. Bahasa kerennya, overthinking.

Dan itulah yang kini dialami Boruto.

Berjalan menuju ruang makan dan duduk di minibar, sambil meminum segelas kola yang ada di kulkas. Pikirannya masih membayang pada apa yang dikatakan Shakeel tadi sore.

"Maka kalian akan terjebak disini selamanya."

Apa ini berarti, tubuh aslinya di dunia asli Boruto akan mati?

Lalu apa ini berarti Boruto menjalani kehidupan setelah kematian di tubuh orang lain? Reinkarnasi, begitu? Tidak bisa dipercaya.

Boruto tidak, ah, bukan. Lebih tepatnya Boruto menolak percaya mentah-mentah. Ini hanya hipotesis gilanya yang tidak berdasar.

Kesimpulannya, ia dan Sarada harus segera kembali, kan? Waktu mereka tidak lama lagi. Tapi bagaimana cara mereka kembali?

Sejujurnya Boruto tidak pernah paham bagaimana cara alat-alat itu bekerja. Apa bisa sebuah pena membuat portal berbentuk lingkaran yang menghubungkan dua dunia? Apa bisa sebuah jam membawa kita berpindah alam begitu saja?

Boruto sangsi.

Ia kesini karena kecelakaan. Apakah ia akan kembali karena kecelakaan, lagi?

Apa iya dia harus menabrakkan dirinya dan Sarada ke sebuah truk di persimpangan jalan agar mereka kembali ke dunia mereka?

Bagaimana kalau ternyata mereka malah kembali ke rumah Tuhan. Kan tidak lucu.

Boruto menenggak kolanya frustrasi. Akhir-akhir ini begitu rumit dan merepotkan, baginya.

Jantungnya begitu cepat memompa darah, sampai-sampai Boruto takut kalau ia terkena hipertensi saat melihat wajah Sarada. Satu sisi, ia begitu senang bisa bersama dengan teman kecilnya itu, sebagai seorang pria.

Tapi di sisi lain, ada rasa tidak nyaman yang menyeruak memenuhi hatinya. Rasa takut, rasa cemas. Rasa gelisah.

Apa benar mereka berdua salah karena bersenang-senang menggunakan tubuh orang lain?

Bagaimana kalau mereka tidak bisa kembali dan terjebak disini selamanya? Bagaimana nasib Tuan Brighton dan Nyonya Sarah?

Boruto menuang kola lagi ke dalam gelasnya.

Apa yang harus ia lakukan?

-

Sarada menggeliat pelan, merentangkan tangannya lebar-lebar. Matanya mengerjap-ngerjap, merasa asing dengan rasa kosong di kasurnya ini. Perlahan matanya membuka, lalu kepalanya menoleh ke kiri.

Dimana Boruto?!

Sarada menguap, lalu mengucek matanya beberapa kali sampai akhirnya netra oniks itu terbuka sempurna. Ia berusaha mendudukkan tubuhnya di ranjang premium hotel bintang lima yang begitu membuatnya terlena dan susah bangun pagi.

[END] The Brighton | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang