36

1.8K 240 200
                                    

apakah ini masuk notif? hihi.

jangan lupa vote dan comment, yuk? yang dari kemarin sider, ayo muncul. aku summon nih.

Semburat merah bercampur Jingga yang mulai mewarnai langit membuat Shakeel membulatkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semburat merah bercampur Jingga yang mulai mewarnai langit membuat Shakeel membulatkan mata. Kepalanya yang masih menyender pada bahu istrinya ia tegakkan. Ia paham betul apa ini.

Ini bukan sekadar matahari terbenam biasa.

"Candikala," desis Shakeel tak sadar, membuat Yedda menoleh kaget. Yedda menatap Shakeel penuh tanda tanya.

"Kenapa, Sayang?" tanya Yedda bingung. Shakeel mengedipkan matanya.

"Mari segera menjauh dari bibir pantai, Yed. Ayo kita bawa Shahid menepi." Shakeel buru-buru berjalan ke arah sang putra, langsung menggendongnya. Shahid tidak berontak, bocah pintar itu malah menatap laut lepas yang bisa menjadi mengerikan kala mengamuk.

Shakeel menghela napas. Anaknya itu pasti juga merasa. Apalagi biasanya anak kecil bisa melihat apa yang tidak terlihat, seperti jin, misalnya.

Dan Pantai Selatan ini letak dari kerajaan jin di Pulau Jawa.

"Shak, bukankah sebentar lagi sunset?" tanya Yedda, cemas menatap Shakeel yang buru-buru menariknya dari bibir pantai. Kerutan di dahinya bertambah. Jujur ia bingung dengan semua ini.

Bukankah sunset itu indah?

"Untuk sekarang kita harus mencari Hannah dan Irven, Yed. Penting sekali," balas Shakeel buru-buru. Tangan kanannya menggendong Shahid, sementara tangan kirinya menarik Yedda agar segera menjauh dari bibir pantai. Shakeel setengah berlari. Napasnya terengah-engah. Mukanya tampak begitu kalut. Shakeel terus berlari sambil menarik Yedda agar menjauh dari air yang semakin beriak mendekat, membuat Yedda membelalakkan mata kaget.

Gelombang air yang mendadak datang bergulung-gulung, seolah berlomba-lomba untuk mencapai matahari yang akan turun dari tahtanya. Mendadak laut begitu surut, namun Yedda paham, akan terjadi hal yang tidak baik.

"Irven!" panggil Shakeel begitu mereka sampai di balai-balai yang terletak di pangkal bibir pantai. Tangan kanan Shakeel mendekap erat putra semata wayangnya yang mengeratkan pelukan di leher Shakeel. Yedda lagi-lagi membelalak, ini benar-benar di luar akalnya.

Kondisi pantai mendadak begitu sepi. Hanya tinggal mereka berlima. Beberapa kios bahkan seperti tak bertuan. Hannah terbaring lemah di atas pasir, dengan cahaya menguar dari perutnya, menembus blus yang ia kenakan.

Yedda membelalakkan mata, sementara Shahid menangis keras tiba-tiba. Yedda terduduk di sebelah Hannah. Wajah Irven yang sudah pucat semakin pucat.

"Ada apa ini, Han?" tanya Yedda tak percaya. Tangannya meraih tangan Hannah, mengelusnya pelan. Ia terperangah, benar-benar terperangah.

Irven menyingkapkan blus yang Hannah kenakan. Tampak rajah spiral seperti pusaran angin berwarna merah menyala, menguar begitu terang dari perut Hannah. Hannah sudah tampak begitu pucat. Tubuhnya menggelinjang berkali-kali, membuat Irven begitu tak tega.

[END] The Brighton | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang