Hotel, ah tidak. Resort tempat mereka menginap terletak di Magelang, bukan Yogyakarta. Dekat dengan Candi Borobudur, resort yang berisi banyak vila ini sering menjadi tempat menginap bagi para pejabat negara.
Alasan Shakeel memilih resort ini adalah tingkat keamanan yang tinggi, mampu menjamin mereka agar tak ada orang jahat maupun penyusup yang bisa mencelakai mereka saat tidur.
Bukankah tidak lucu, kalau sosok ilmuwan kaya-raya tewas saat liburan?
Sarada dibangunkan Boruto saat jam makan siang. Kalau tadi mereka makan di vila yang mereka tempati, untuk makan siang mereka memilih makan di restoran yang menyajikan pemandangan indah menyejukkan mata.
"Masih pusing, Salad?" tanya Boruto, menatap Sarada yang sedang menggeliat kesana-kemari. Sarada menggelengkan kepala.
"Aku tidak apa. Cuma terkadang kepalaku seperti ditarik. Sudah jam makan siang, Bolt?" tanya Sarada balik. Boruto menganggukkan kepala.
"Kalau mau mandi, mandi dulu. Indonesia tidak seperti London atau Jepang, disini cenderung panas dan gerah," kekeh Boruto mengingatkan. Sarada menganggukkan kepala.
"Baiklah. Tunggu aku."
"Of course."
—
Sarada berjalan berdampingan dengan Boruto. Ia mengenakan sepatu lari, cukup untuk menjaga agar kakinya tidak terpeleset lalu kehilangan keseimbangan. Sementara tangannya masih setia memegangi lengan Boruto.
"Sarada sudah enakan?" tanya Yedda saat melihat Sarada yang sudah bisa berjalan tegak. Sarada menganggukkan kepala, mencoba tersenyum.
"Sudah, Yed. Aku sudah bisa jalan, kok. Omong-omong, dimana Shahid?" tanya Sarada penasaran. Anak kecil lucu itu tidak bersama ibunya. Mendadak Yedda menepuk dahi.
"Loh, tadi Shakeel membawa Shahid kemana?!"
Sarada hanya tertawa melihatnya. Ia duduk dituntun Boruto. Hannah dan Irven juga barusan datang. Dan beberapa saat kemudian, Yedda datang bersama Shahid di gendongannya, sementara Shakeel memegang pinggangnya kesakitan.
Sarada bisa dengan gampang menebak, Yedda habis mencubit pinggang suaminya karena kesal. Sarada tertawa kecil, membuat Boruto menoleh.
"Kenapa tertawa, Salad?" tanya Boruto mengerutkan kening. Sarada langsung menggelengkan kepala.
"Tidak, tidak. Tidak ada apa-apa, kok."
Sarada jadi membayangkan bagaimana rumah tangga mereka nanti. Apakah Sarada akan segalak itu pada Boruto? Ah, sepertinya tidak.
Sarada mungkin galak, namun berhadapan dengan Boruto, seluruh tubuhnya lemas seperti jeli.
"Langsung pesan saja, Kak. Habis ini kita menuju Candi Borobudur. Jadi makan dulu saja disini, habis itu jalan-jalan," tegur Hannah melihat Boruto dan Sarada yang tampak berpandangan bingung setelahnya. Sarada menganggukkan kepala, mengambil-alih menu dari tangan Boruto.
"Mau pesan apa, Bolt?"
—
Restoran tempat mereka makan siang bertema garden party. Terletak di tengah sawah, didominasi dengan kayu-kayu serta kursi klasik. Hamparan hijau padi serta pohon-pohon rindang membuat kesan asri restoran yang terletak dekat dari Borobudur ini.
Mereka memutuskan duduk di sofa-sofa besar. Shahid duduk di pangkuan Yedda, setelah dari tadi merengek minta dipangku Boruto, yang tentunya membuat Shakeel iri dan memaksa Shahid untuk duduk di pangkuan sang ibu.
Ayahnya itu siapa?!
Mereka memutuskan memesan paket gudeg khas Yogya, ayam geprek, serta dua porsi tempe mendoan. Untuk minuman, Sarada memilih sekoteng. Entah apa yang dimaksud dengan sekoteng, Sarada penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Brighton | BoruSara
Science FictionNamikaze Boruto dan Uchiha Sarada yang bersahabat dari kecil menolak perjodohan yang orangtua mereka buat. Pertengkaran mereka membuat mengalami kecelakaan yang membuat mereka berpindah ke dunia lain, dimana mereka menjadi sepasang suami istri bangs...