1.Sarapan Pagi

72 19 4
                                    

Kesepian adalah bagian dari hidupku.


***

Terlihat dari atas seorang gadis sedang menuruni satu persatu anak tangga. Setelah sampai di bawah gadis tersebut menuju meja makan, dilihatnya telah tersedia berbagai macam makanan yang telah disediakan oleh pembantu di rumahnya.

Seperti biasa gadis tersebut melakukan sarapan paginya sendirian tanpa ditemani oleh orang tuanya. Siapakah gerangan gadis tersebut?

Gadis tersebut adalah Vanasha Aurora Fauzi. Gadis tersebut duduk di salah satu kursi lalu menyendokkan nasi ke piringnya dan mengambil beberapa lauk juga. Sebelum makan Vanasha menatap 3 bangku kosong disamping kanan dan di depannya. Vanasha jadi teringat kenangannya waktu masih kecil, dia selalu sarapan pagi bersama dengan kedua orang tuanya tanpa ada satu hari pun yang terlewat. Dan sekarang, bahkan untuk sekedar pulang pun jarang dilakukan oleh orang tuanya.

Dari samping Bi Ijah pembantu di rumah keluarga Vana melihat anak dari majikannya sedang melamun. Hal itu sudah biasa dilihat oleh Bi Ijah setiap pagi. Lalu Bi Ijah menyadarkan Vanasha dengan cara menepuk pelan bahunya, yang ditepuk bahunya pun menoleh. "Eeh ada Bi Ijah, ada apa bi?" Tanya gadis tersebut sambil tersenyum.

Bi Ijah menjawab, "Loh seharusnya bibi yang tanya sama non, non kenapa ngelamun? Non pasti keinget sama tuan sama nyonya yah?" Pertanyaan tersebut membuat Vana terdiam. Lalu yang ditanya pun menggeleng cepat, tidak ingin diketahui oleh Bi Ijah. Tapi sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, begitupun dengan Vanasha seapandai-pandainya dia menyembunyikan perasaan rindu kepada kedua orang tuanya tetap saja Bi Ijah pasti tahu. Karena Bi Ijah sudah bekerja sangat lama di rumah Vanasha, mungkin sejak Vanasha berumur tiga tahun. Maka dari itu Vanasha sudah menganggap Bi Ijah seperti orang tuanya sendiri, begitupun sebaliknya Bi Ijah pun sudah menganggap Vanasha seperti anaknya sendiri.

Lalu Vanasha bertanya apakah Bi Ijah sudah makan atau belum. "Bi ijah udah makan?"

Bi ijah lalu menjawab "Belum non." Vanasha lalu menyuruh Bi Ijah untuk makan bersama. "Yaudah kalau gitu Bi Ijah makan bareng sama Vanasha aja."

Namun Bi Ijah menolak ajakan tersebut dengan berkata, "Nggak usah non,nanti bibi makan di belakang aja. Lagian juga nggak sopan masa pembantu makan sama majikannya di meja makan."

Dengan cepat vanasha membalas perkataan Bi Ijah, "Emang kenapa kalau pembantu makan sama majikannya di meja makan? Emang ada yah larangannya? Setau Vanasha sih nggak ada! Emang bibi nggak kasian sama Vanasha setiap hari sarapan sendiri?"

Lalu dengan berat hati bi ijah mengangguk sebagai jawabannya. "Yaudah iya non bibi temenin non makan." Akhirnya sarapannya kali ini ditemani seseorang.

Dengan girang vanasha berkata "Yesss, makasih bi."

Suasana saat sarapan begitu hening karena sejak kecil Vanasha selalu diajari oleh papahnya ketika makan tidak boleh berbicara, dan dibolehkan berbicara saat sudah selesai makan.

Akhirnya sarapan paginya selesai lalu ia berdiri dan bersiap ingin pergi ke sekolah. Setelah selesai mengaitkan tas ke pundaknya, lalu dia pamit. "Bi Vana pamit ke sekolah dulu ya, doain semoga Vana jadi anak yang sukses!"

Setelah mengucapkan kalimat tersebut lalu Vanasha menyalami Bi Ijah. "Hati-hati ya non dijalan." Kata Bi Ijah.

Bi ijah ikut keluar untuk mengantarkan Vanasha sampai ke depan. Vanasha mengucapkan salam dan dijawab oleh Bi Ijah. Seperti biasa Vanasha diantar oleh supir kepercayaan keluarganya.

***

TBC...

Next???

Jangan lupa vomen👍

Mecca Fauzi Rahmawati.

Affection [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang