Sulit sebenarnya, tapi gue harus bisa.
***
Vana pulang dari rumah sakit tersebut, ia lalu pergi ke kamarnya. Saat ia membuka pintu Citra berdiri tepat di depannya.
"Bagus yah, udah berani bohongin gue." Ucap Citra sambil bertepuk tangan.
Vana menutup pintu kamarnya, lalu bertanya, "Bohongin apa?"
Citra maju satu langkah ke hadapan Vana. Lalu menatap tajam Vana. "Tentang sakit lo, sekarang coba jelasin ke gue!" Perintahnya membuat Vana meneguk salivanya.
"Lo tau?!" Tanya Vana berbisik.
"Iya, tadi gue ngikutin lo." Jawab Citra jutek.
"Plisss ya Cit!! Jangan kasih tau siapa-siapa tentang ini." Mohon Vana sambil menempelkan kedua tangannya ke depan dada.
"Oke, asal lo mau nerima bantuan dari gue dalam bentuk apapun itu!!" Tegas Citra membuat Vana menghela napasnya pasrah.
"Iya." Jawab Vana singkat.
***
Paginya, mereka berdua berangkat naik taksi yang dipesan oleh Citra. Tadinya, Vana tidak mau tapi Citra mengancamnya jika Vana tidak mau maka ia akan membocorkan tentang penyakit Vana maka dari itu Vana menurut.
Mereka berdua sampai di sekolah. Vana langsung masuk kelasnya, sedangkan Citra ia malah ke taman belakang dulu menemui seseorang.
Saat ia sampai di taman belakang, seseorang tersebut sudah ada disana. Seseorang tersebuta adalah Rafli. Iya Rafli, pacar Citra.
"Ada apa?" Rafli bertanya langsung pada Citra alasannya ia ingin bicara di taman belakang dengannya.
"Gini Raf, gue pengin minta bantuan sama lo." Jawab Citra dengan menampilkan puppy eyes-nya.
"Bantuan apa?"
Citra tersenyum lalu berkata, "Gue mau, lo jadi pacar pura-puranya Vana."
Ucapan Citra membuat Rafli melotot seketika. "Buat apa?" Tanyanya bingung.
"Gini, lo tau kan Vana itu suka sama temen kelas gue yang namanya Rival?" Rafli menggeleng, pertanda ia tidak tahu. "Nah, gue mau lo itu pura-pura suka sama Vana. Biar Rival itu cemburu terus nyatain perasaannya sama Vana. Yah, kaya yang dilakuin Alvian." Terang Citra panjang lebar.
"Tapi, lo?"
"Udah, untuk saat ini nggak usah pikirin gue. Yang sekarang jadi prioritas gue itu kebahagiaannya Vana." Ucap Citra membuat Rafli kagum akan kebaikan hati Citra.
Rafli mengangguk pertanda ia setuju dengan Citra. "Thank you, Raf." Citra memeluk Rafli dengan sangat erat.
"Your welcome, my girlfriend." Rafli mengusap-usap rambut pirang Citra.
"Kita ke kelas yuk!" Ajak Rafli sambil melepaskan pelukan Citra.
"Yuk." Citra berjalan di samping Rafli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Proses Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA]✓ "Sekarang gue tau perbuatan aja nggak cukup buat buktiin yang namanya cinta. Harus ada fakta yang mendukung buat buktiin kebenarannya." Vanasha Aurora Fauzi. "Nggak semua cinta bisa dibuktiin. Kadang seorang pujangga pun hanya...