22.Sakit tapi tak berdarah

25 11 8
                                    

Hari ini langit cerah, tapi tidak dengan hatiku yang patah. Dan ku kira hari ini akan berakhir indah, tapi ternyata salah. Karena yang aku dapat bukanlah bahagia, melainkan luka yang tak berdarah.


***

Di parkiran sekolah.

Vana mengerutkan dahinya kala Rafli naik ke salah satu motor yang ada di parkiran. "Lo bawa motor Raf?" Vana bertanya dengan wajah cengo-nya.

Rafli yang hendak memakai helm-nya berbalik badan menjadi menghadap Vana.
"Iya, emang kenapa?"

Vana menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Eee, gimana yah ngomongnya-" ucap Vana menjeda ucapannya. "Lo kan nggak bisa bawa motor." Lanjut Vana berucap dengan lirih, takut menyinggung Rafli.

Rafli tertawa mendengar ucapan Vana. "Itu dulu, Sha."

Vana bingung kenapa Rafli malah tertawa. "Kok lo malah ketawa sih?! Tapi bukannya dulu lo paling anti yah naik motor, karena lo trauma?"

Rafli terkekeh, "Gue dulu emang trauma sih, tapi gue tuh belajar kalo trauma itu harus di hadapi bukan dihindari."

"Waduhh, bijaknya kambuh nih. Ahaha." Tawa Vana pecah.

Rafli memberikan helm-nya pada Vana. "Nih di pake, ntar jatoh gue nggak mau tanggung jawab yah!!"

"Kok lo gitu sih?! Kan lo yang boncengin gue!!" Teriak Vana sambil memukuli pundak Rafli.

"Aduhhh, sakit Sha." Keluh Rafli sambil memegangi pundaknya.

Vana yang mendengar Rafli mengaduh kesakitan menghentikan kegiatannya yang sedang memukuli pundak Rafli. "Sorry Raf, aduh mana yang sakit?" Tanya Vana merasa tidak enak hati karena membuat Rafli kesakitan.

"Pffftt," Rafli mencoba menyembunyikan tawanya, namun tidak bisa.

Vana yang melihat Rafli sedang menyembunyikan tawanya, kesal. Lalu berkata, "Lo kok nyebelin banget sih?!"

Vana mengalihkan pandangannya, "Udah jangan ngambek dong, besok-besok gue traktir es krim. Mau kan?" Bujuk Rafli dengan cara andalannya.

Vana yang mendengar kata es krim langsung tersenyum ke arah Rafli. "Nih udah nggak ngambek, jadi besok lo harus traktir gue es krim yah!!" Peringat Vana sambil memakai helm dari Rafli dan naik ke motornya Rafli.

Rafli mengacungkan jari jempolnya ke belakang. "Oke, siap captain."

Tanpa mereka berdua sadari ternyata Refa, Susi, Rival, dan Alvian memperhatikan mereka berdua. "Uwuphobia gue kambuh nih!!" rengek Susi sambil memakan permennya.

"Sumpah sih, baru kali ini gue liat Vana bisa seseneng ini." Ujar Refa yang masih terus memperhatikan mereka berdua.

Sedangkan Rival, sedari tadi tangannya terus mengepal. Hatinya seperti di siram air bensin lalu di lemparkannya korek api yang membuatnya terbakar. Bukan hanya hatinya tapi juga batinnya seperti sedang di tusuk oleh ribuan belati.

"Cabut, woyy!!" Perintah Rival tegas.

"Bentar, Boz!! Gue mau pamit dulu sama my future wife." Ucap Alvian meminta izin.

Affection [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang