Sebenarnya ada hal yang ingin ku tanyakan pada kalian. Apa kalian pernah sedikit saja mengerti perasaanku? Aku ini anak kalian bukan sampah yang seenak hati bisa kalian buang dan lupakan begitu saja.
***
Vanasha masuk ke dalam rumahnya yang bak istana tersebut. Pemandangan pertama yang ia lihat di depan pintu utama rumahnya ialah para pembantu dirumahnya yang sudah berjajar rapi menunggu kepulangannya.
"Eeh non, udah pulang non?" Pertanyaan dari Bi Ijah yang selalu dilontarkan ketika Vanasha pulang sekolah.
"Udah bi, ini Vana udah disini. Kalo belum berarti Vana masih di sekolah." Jawab Vana dengan sedikit candaan.
"Oooh iya ya non, tapi tadi katanya Pak Edi nggak bisa jemput non karena mobilnya lagi dibawa ke bengkel. Terus non Vana pulang sama siapa?" Tanya Bi Ijah lagi, karena supir pribadi di rumah majikannya sedang ke bengkel.
"Tadi Vana nebeng temen bi." Jelas Vana membuat bi Ijah mengangguk paham.
"Ooh nebeng temen. Ya udah non, mending non mandi bibi terus nanti ke bawah bibi udah siapin makanan kesukaan non." Kata bi Ijah yang diangguki oleh Vana.
"Vana mandi dulu ya bi."
Pamitnya lalu berjalan masuk ke dalam rumahnya.Saat akan naik ke lantai dua untuk masuk ke kamarnya Vana melihat orang tuanya yang sedang melihat televisi di ruang tamu. "Vana kamu udah pulang?" Suara Eva menggema di ruangan tersebut.
Dan vana malah menjawab dengan pertanyaan balik. "Menurut anda?"
Eva terkejut mendengar jawaban dari putrinya. "Ooo iya sabtu besok kan kamu ulang tahun mau dirayain kaya gimana nak?" Tanya Mahessa pada putrinya yang sabtu besok akan merayakan hari ulang tahunnya.
Vana agak tertarik dengan topik pembicaraan ini, sehingga Vana berbalik badan menghadap ke arah orang tuanya. "Vana terserah kalian aja." Jawab Vana membuat Mahessa tersenyum.
"Ya udah nanti Papah pesenin gedung, catering, sama kuenya yah. Tapi Papah nggak bisa ikut ngerayain ulang tahun kamu sayang, Papah harus pergi ke luar kota." Jelas Mahessa agak merasa bersalah.
Vana nampak kecewa. Lalu, Mahessa melirik Eva. "Mamah juga nggak bisa ikut ngerayain ulang tahun kamu sayang, soalnya mamah lagi ada projects di Surabaya. Nggak papa kan?" Tanya Eva pada Vana.
"Ooo ya udah, ulang tahunnya nggak usah di rayain ajah. Percuma!!" Sarkas Vana sambil melenggang menaiki tangga untuk masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua.
Orang tuanya tampak merasa bersalah, sejak kecil mereka tidak pernah bisa ikut merayakan hari yang paling membahagiakan bagi putrinya.
Vana segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sangat lengket itu. Di dalam kamar mandi Vana menangis dalam diam, sejak kecil Vana tidak pernah merayakan ulang tahun dengan kedua orang tuanya.
Apa salah jika anak ingin merayakan ulang tahun dengan orang tuanya? Mereka terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri sehingga lupa ada Vana yang harus mereka bahagiakan di dunia ini.
Setelah hampir satu jam membersihkan dirinya di kamar mandi Vana keluar dengan baju santai yang sudah melekat di tubuhnya.
Vana langsung pergi ke meja makan untuk mengisi perutnya yang sudah dari tadi berbunyi. Saat di meja makan, Vana melihat kedua orang tuanya yang sudah duduk di kursi. "Ayo nak duduk sini." Ucap Eva sambil menepuk kursi sampingnya yang kosong.
Namun, sayang Vana tak menghiraukan ucapan Eva dia malah bertanya pada bi Ijah. "Bi, udah makan?" Tanya Vana dengan lembut.
Bi Ijah menjawab, "Belum non." Vana lalu berinisiatif mengajak Bi Ijah makan bersama. "Ya udah, Bi Ijah makan sini aja."
"Nggak usah non, bibi makan di belakang aja. Nggak enak masa pembantu makan sama majikannya di meja yang sama." Kata bi Ijah yang tidak enak pada majikannya karena anak majikannya yang mengajaknya makan bersama di meja makan.
"Kenapa nggak enak? Vana udah nganggep bibi sebagai ibu Vana sendiri." Jawaban Vana sukses membuat Eva diam menunduk.
"Udah duduk aja bi, kita udah anggep bibi keluarga sendiri." Perintah Mahessa agar pembantunya mau makan bersama dengan mereka. Lalu, Bi Ijah menuruti ucapan majikannya untuk makan bersama."Maaf ya tuan, nyonya saya jadi ganggu acara makan kalian." Ucap Bi Ijah yang merasa canggung.
"Justru kita seneng bi Ijah bisa gabung sama kita, biar makin rame." Kata Mahessa sambil terkekeh.
Mereka mulai makan dengan khidmat, tanpa ada yang berbicara sedikit pun. Setelah beberapa menit, akhirnya acara makan pun selesai.
"Makasih ya nyonya, tuan, saya udah di kasih izin makan di sini." Kata Bi Ijah yang sangat terharu karena majikannya membolehkan makan di meja makan bersama dan sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri.
"Nggak usah terima kasih bi, kita kan udah bilang bibi itu udah kita anggap kaya keluarga sendiri." Kata Mahessa.
Lalu setelah itu Vanasha berdiri untuk masuk ke kamarnya. Tanpa pamit pada orang tuanya yang dari tadi memperhatikannya.
***TBC...
Sabar Vana;v
Mecca Fauzi Rahmawati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Proses Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA]✓ "Sekarang gue tau perbuatan aja nggak cukup buat buktiin yang namanya cinta. Harus ada fakta yang mendukung buat buktiin kebenarannya." Vanasha Aurora Fauzi. "Nggak semua cinta bisa dibuktiin. Kadang seorang pujangga pun hanya...