Apa ada seorang teman yang akan membawa kesedihanku di pundaknya?
***
Saat di kantin Vana terus melamun, entah apa yang ia pikirkan.
"Van lo kok dari tadi bengong sih?lo lagi mikirin apa emangnya?nggak mau berbagi nih sama kita?" Tanya Susi sambil menyeruput es jeruknya yang tinggal setengah.
"Gue gak bengong, nggak mikirin apa-apa, nggak ada yang perlu di bagi."
"Van lo tau nggak gunanya temen?" Tanya Refa pada Vana.
"Tau, tempat berbagi kan" Jawab Vana datar.
"Nah itu maksud kita Van, apa yang lo rasain.Kita juga harus rasain, apa yang mau lo ungkapin ungkapin aja kita bakal dengerin kok.Jangan pendem semuanya sendiri, lo nggak akan kuat.Ada kita sebagai temen yang bakal jadi dinding buat lo bersandar.Itulah gunanya temen." Ucap Susi menerangkan panjang lebar.
"Nggak ada yang mau gue ceritain, dan nggak ada yang gue rasain."
"Lo itu manusia Van, nggak mungkin lo nggak ngerasain apa-apa, lo bukan robot yang nggak punya perasaan saat bertindak." Kata Refa sambil memperhatikan Vana.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Susi.Susi menengok ke samping."Dorrr"Alvian tiba-tiba mengageti Susi sambil membawa es krim.
Susi yang tadi sedang meminum jusnya, akhirnya menyemburkan jusnya ke wajah Alvian.
"Ya ampun, kok muka gue yang ganteng ini di sembur sih?" Tanya Alvian memelas, sambil mengelap wajahnya menggunakan tisu yang tersedia di meja kantin.
"Siapa suruh ngagetin gue, dateng tuh salam dulu kek atau apa.Ini malah ngagetin." Ucap yang masih setengah kaget dan kesal itu.
"Ya niatnya kan buat lo kaget doang, bukan malah muka ganteng gue yang disembur" Alvian duduk di dekat Susi sambil terus mengelap wajahnya dengan tisu.
"Bidi imit."Susi menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Susiii..." Panggil Alvian sambil memakan es krim nya lagi.
"Hhhmm" Ucap Susi dingin.
"Es krim itu dingin,kaya Susi. Tapi nyegerin, gimana dong?" Tanya Alvian menyindir Susi.
"Nggak usah nyindir ya!" Susi melirik Alvian sekilas.
"Nggak nyindir kok cuma pengin ngatain aja." Ucap Alvian sambil nyengir, kek kuda.
"Sama aja bagong" Ucap Susi kesal.
"Nggak dong baby." Alvian tersenyum sangat manis ke arah Susi.
"Gue geli njirr di panggil kek gitu." Susi bergidig ngeri mengingat panggilan Alvian tadi padanya.
"Bilang aja suka, nggak usah ganti kata suka jadi geli deh."Alvian menoel dagu Susi.
"Nggak usah colek-colek." Susi memandang Alvian dengan sorot mata tajamnya.
"Lo kalo marah tambah cantik yah?" Ungkap Alvian yang membuat pipi Susi merah merona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Proses Revisi]
Подростковая литература[FOLLOW SEBELUM BACA]✓ "Sekarang gue tau perbuatan aja nggak cukup buat buktiin yang namanya cinta. Harus ada fakta yang mendukung buat buktiin kebenarannya." Vanasha Aurora Fauzi. "Nggak semua cinta bisa dibuktiin. Kadang seorang pujangga pun hanya...