7.Awas Jatuh Cinta

29 13 0
                                    

Cintailah seseorang sesuai kadarnya, jangan dilebih-lebihkan. Karena nanti cinta itu bisa berubah menjadi benci. Begitu pun sebaliknya.

Armada-Awas Jatuh Cinta


***

-Sabtu Pagi-

Vana telah bangun sejak 15 menit yang lalu, karena dia melakukan kewajibannya sebagai seorang umat muslim yaitu menunaikan ibadah shalat subuh.

Setelah selesai shalat Vana segera masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

Tak butuh waktu lama Vana sudah selesai mandi dan memakai seragam sekolahnya. Lalu, Vana turun ke bawah untuk sarapan pagi. Tampak dari atas, ada ke dua orang tuanya yang juga sedang sarapan.

"Eeh, Vana sini nak sarapan dulu." Suara lembut itu menyapa pagi Vana. Sebenarnya, Vana senang karena pagi ini dia di sapa oleh mamahnya. Tapi, dia bersikap biasa saja layaknya tidak terjadi apa-apa.

Lalu, papahnya juga menyuruhnya untuk duduk dan sarapan pagi dulu sebelum berangkat sekolah. "Iya Vana sebelum belajar perut kamu itu harus di isi biar nanti fokus belajarnya."

Entah kenapa selera makan Vana jadi hilang melihat orang tuanya. Meskipun dia sebenarnya sangat lapar. "Vana sarapan di kantin aja."

Orang tua Vana sebenarnya sangat kecewa, saat mereka ingin memperbaiki semuanya. Tapi, justru Vana selalu menghindar dari mereka. Mungkin mereka terlambat dan Vana sudah terlanjur kecewa pada mereka.

Vana langsung pergi ke sekolah, tanpa pamit kepada orang tuanya.

Saat membuka pintu utama rumahnya dia kaget karena cowok yang tadi malam menelepon nya kini ada di depan rumahnya.

"Lo ngapain di sini?!" Tanya Vana dengan nada tinggi.

"Gue mau jemput lo." Jawab Rival sambil tersenyum manis ke arah Vana. Cowok ini kadang aneh, kadang marah-marah kadang baik. Dia jadi bingung sendiri.

Lalu, Vana berucap, "Gue berangkat dianter sopir."

Tiba-tiba Pak Edi datang dari garasi mobil dan bertanya. "Mau berangkat sekarang non?"

Vana hanya mengangguk sebagai jawaban. Rival langsung berkata, "Maaf Pak, tapi Vana mau bareng saya."

Pak Edi melirik Vana untuk meminta jawaban. "Nggak pak saya nggak mau berangkat sama dia." Jelas Vana yang membuat Rival melotot, dalam kamusnya tak ada cewek yang mau menolak tawarannya untuk berangkat bersama nya. Tapi, Vana beda dari yang lainnya itu yang membuat Rival penasaran akan cewek ini.

"Ya udah kalo lo nggak mau berangkat sekolah bareng gua nggak papa, gua bakal di rumah lo sampai lo pulang sekolah." Rival ngotot ingin Vana berangkat bersamanya.

Sebenarnya dia ingin berangkat bersama cewek ini alasannya cuma satu karena dia ingin mengorek lebih dalam tentang Vana.

"Muka gue keliatan peduli?" Tanya Vana dengan kekehan.

"Iya" Jawab Rival pede.

"Jawabannya enggak." Ketus Vana karena dia sudah muak dengan cowok ini dari kemarin kayanya cowok ini selalu membuat masalah dengan nya.

Ke dua orang tua Vana keluar ingin berangkat kerja. "Loh Vana kok kamu belum berangkat?" Tanya Eva heran karena putrinya belum berangkat padahal sudah ke luar rumah dari tadi.

"Iya Vana kok kamu belum berangkat?" Mahessa juga ikut bertanya. "Ini siapa Vana kok kamu nggak kenalin ke kita sih?" Lanjut Mahessa.

Vana hanya diam tidak menggubris pertanyaan ke dua orang tuanya yang super kepo. "Saya Rival om, tante. Saya temannya Vana. Maaf om, tante saya mau minta izin buat jemput Vana ke sekolah boleh nggak?" Rival menjawab sekaligus memberi pertanyaan pada orang tua Vana.

Affection [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang