Cemburu itu manusiawi, bagi mereka yang sayang dan mereka yang takut kehilangan.
***
~Senin pagi~
"Vanaaa, cepetan ntar telat!!" Teriak Citra yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.
"Iya, bawel ihh." Vana ikutan berteriak sambil memakai sepatunya.
"Ya, lo lagian lama." Gerutu Citra.
"Nih, udah siap nih." Vana berdiri dan langsung menarik tangan Citra untuk sarapan.
"Morning, Bi." Bi Ijah yang sedang mencuci piring terkejut dengan sapaan Citra yang sangat keras.
Helaan napas dari Vana terdengar jelas di telinga Citra. "Lo kalo pagi-pagi jangan teriak-teriak napah Cit!!"
Citra hanya nyengir menampilkan deretan gigi putihnya. "Maap." Setelah itu, Citra duduk dan mengambil roti lalu mengolesnya dengan selai strawberry. "Bi, Citra boleh bawa ke sekolah kan?" Tanya Citra dengan mulut yang penuh.
"Ya boleh lah, Non." Bi Ijah bergegas mengambil kotak makan di rak piring.
"Non Vana nggak mau bawa bekel juga?" Tanya Bi Ijah pada Vana yang masih sibuk mengolesi rotinya dengan selai cokelat kesukaannya.
"Nggak deh, Bi." Jawab Vana sambil meletakkan pisau yang tadi ia gunakan untuk mengolesi rotinya dengan selai.
Hanya dalam hitungan detik, Citra sudah menghabiskan tiga lembar roti dan lebih parahnya lagi dia membawa lima lembar roti di kotak makannya. Benar-benar rakus, tapi Vana heran kenapa Citra tetap kurus meskipun makannya banyak.
"Van, berangkat yuk!! Gue udah kenyang." Citra meminum susu yang sudah disiapkan oleh Bi Ijah.
"Ya gimana gak kenyang, pagi-pagi gini udah makan tiga lembar roti." Sindir Vana yang membuat Citra terkekeh.
Vana bangkit lalu menggendong tasnya di punggung. "Kita berangkat ya, Bi." Pamit Vana pada Bi Ijah.
"Kita nggak naik mobil ya, Cit." Ucap Vana lirih takutnya Citra tidak setuju.
"Oke, lah. Gue mah ngikut lo aja, mau naik angkot kek, odong-odong kek, atau burok sekalipun gue gak papa." Vana tersenyum mendengar ucapan Citra, dia memang selalu mengerti keadaannya.
"Thank you ya, Cit."
"Iya, santai aja."
Mereka berjalan ke halte terdekat agar bisa menunggu kendaraan yang lewat. Citra dan Vana duduk di kursi yang disediakan di halte tersebut.
"Kok lama ya,Van?" Tanya Citra membuat Vana mendengus.
"Kita baru duduk, Cit."
"Ooo, iya."
Setelah, lima menit menunggu akhirnya ada angkutan umum yang lewat. "Pak, berhenti pak!!" Angkot tersebut berhenti tepat di depan mereka.
Mereka berdua naik. Setelah mereka berdua duduk angkot tersebut berjalan lagi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Proses Revisi]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA]✓ "Sekarang gue tau perbuatan aja nggak cukup buat buktiin yang namanya cinta. Harus ada fakta yang mendukung buat buktiin kebenarannya." Vanasha Aurora Fauzi. "Nggak semua cinta bisa dibuktiin. Kadang seorang pujangga pun hanya...