Lagi-lagi hidupku merepotkan orang lain, aku lelah selalu jadi beban untuk orang lain. Mengapa tidak orang lain saja yang menjadi beban hidup untukku?
***
Sepulang sekolah, Vana dan Citra hendak berjalan ke halte menunggu angkot lewat. Tapi Vana ingat ia hari ini harus izin dulu karena ia hari ini ada jadwal terapi.
"Cit, gue ke toilet dulu yah. Gue kebelet soalnya. Lo kalau mau duluan ke halte nggak papa kok. Ntar gue nyusul." Ucap Vana berbohong.
"Yaudah deh, gue disini aja lagian kan lo pasti nggak lama." Kata Citra yang memilih menunggu dari pada harus berjalan duluan ke halte.
Vana langsung berlari ke arah toilet. Setelah sampai, ia mengeluarkan ponselnya dan mencari nama Mba Mentari di kontaknya.
"Ketemu." Kata Vana, setelah itu ia menekan tombol panggil membuat ponselnya berdering.
Dari seberang sana terdengar suara Mba Mentari. "Halo, Vana." Sapa Mba Mentari.
"Halo, Mba. Hari ini Vana izin ya nggak masuk. Soalnya Vana masih kurang enak badan." Ucap Vana dengan gugup.
"Iya, Vana. Yaudah, kamu istiraht dulu yah. Cepet sembuh Vana." Ucap Mba Mentari membuat Vana tidak enak karena sudah berbohong.
"Iya Mba, makasih yah."
"Iya, Mba tutup telponnya yah. Soalnya di cafe lagi rame." Ujar Mba Mentari lalu langsung menutup telponnya.
Vana bernapas lega, ia lalu kembali ke gerbang menyusul Citra yang sedang menunggunya.
Ia melihat Citra yang masih setia menunggunya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ia berbalik badan lalu berkata, "Lo kok lama banget sih?"
"Iya, maaf. Lagian kan gue suruh lo duluan tadi." Ucap Vana.
"Iya deh, lo naik ojek aja yah ntar gue pesenin. Gimana, lo mau kan?" Tawar Citra membuat Vana bingung bagaimana cara menolaknya.
"Yah, gimana ya Cit? Cafe lagi rame banget nih, jadi gue duluan yah. Tuh angkotnya udah dateng." Tunjuk Vana pada angkot yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Yaudah, nggak papa." Ucap Citra kecewa.
Angkot tadi berhenti, Vana masuk. "Gue duluan Cit, bye." Ucap Vana sambil melambaikan tangannya pada Citra.
Angkot tersebut berjalan, baru beberapa menit angkot itu melaju ojek yang tadi Citra pesan lewat aplikasi datang.
"Pak, ikutin angkot itu yah." Suruh Citra yang sudah naik dan serang memakai helm yang diberikan oleh tukang ojek tersebut.
Tukang ojek tersebut mengangguk lalu menjalankan motornya mengikuti angkot yang berjarak beberapa meter darinya.
Vana tidak tahu kalau Citra sedang mengikutinya. Jadi ia santai aja di dalam angkot.
Citra yang melihat angkot tersebut terus melaju kala melewati Cafe yang mempekerjakan Vana jadi bingung. Ia bertanya dalam hati. 'Loh Vana kerja di Cafe ini kan? Kok dia nggak berhentiin angkotnya yah? Apa dia ketiduran? Atau dia mau kemana dulu?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Proses Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA]✓ "Sekarang gue tau perbuatan aja nggak cukup buat buktiin yang namanya cinta. Harus ada fakta yang mendukung buat buktiin kebenarannya." Vanasha Aurora Fauzi. "Nggak semua cinta bisa dibuktiin. Kadang seorang pujangga pun hanya...