2.Bencana Baru

47 15 3
                                    

Andai saja kita tak bertemu,mungkin hidupku akan sedikit lebih damai.


***

Di depan gerbang SMA Jatinegara disitulah gadis bernama Vanasha Aurora Fauzi sedang berdiri. Vanasha baru saja sampai setelah menempuh perjalanan selama 10 menit karena jarak rumah dengan sekolahnya tidak terlalu jauh.

Baru beberapa langkah gadis tersebut memasuki pelataran sekolah ada seseorang yang memanggilnya, "Vana, woyy Vanasha." Yang dipanggil pun menoleh ke belakang ternyata benar dugaannya, yang memanggilnya adalah sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Susi si toa berjalan yang suaranya mirip petir.

"Woy gua manggil lo dari tadi, lo nggak denger ya?" Susi bertanya pada Vanasha dengan nafas yang memburu, karena dia lari untuk mengejar Vana. Namun yang ditanya malah nyelonong begitu saja. Sungguh keterlaluan, tapi ya mau bagaimana lagi itu memang sudah sifat Vana jadi susi sudah terbiasa.

Kemudian, Susi berjalan sedikit cepat untuk menyamai langkah Vanasha. Dan dari belakang ada seseorang yang memanggil nama mereka berdua, dengan sangat terpakasa mereka menghentikan langkahnya. Lebih tepatnya Vanashalah yang sangat terpaksa karena dia ingin cepat-cepat sampai kelasnya. "Woyy kalian berdua tungguin gue dong. Gua capek lari dari depan gerbang." Refa berlari-lari kecil menuju mereka berdua. "Tungguin gue kek, main nyelonong aja lo berdua, gue capek tau ngejar-ngejar kalian." Kata refa dengan keringat yang membasahi seluruh wajahnya.

Tapi, Vanasha malah membalas perkataan Refa dengan kata-katanya yang pedas, "Kita nggak nyuruh lo buat ngejar-ngejar kita." Jlebb.

Refa malah nyengir. "Ooh, iya juga sih." Sedangkan di sisi lain Susi menahan tawanya mati-matian.

"Ya udah ayo masuk kelas, bentar lagi bel nih." Ajak susi, tumben anak ini mengajak mereka berdua masuk kelas, biasanya anak ini yang paling malas untuk masuk kelas.

Mereka berjalan beriringan, saat di pertigaaan mereka berpisah. Karena, arah kelas mereka berbeda-beda. Susi ke kanan, Vanasha lurus, dan Refa belok ke kiri.

Saat sedang berjalan ke kelasnya, Vanasha tidak sengaja menabrak seseorang. Dikarenakan dia berjalan dengan menunduk sehingga dia tidak melihat orang yang berjalan kearahnya. "Aduhhh," ringis Vana ketika bokongnya mencium lantai.

Vanasha terduduk di teras dikarenakan tubuhnya yang tidak sanggup menahan keseimbangan. Cowok yang menabraknya pun berhenti bukannya menolongnya cowok tersebut malah memarahinya. "Heh makanya kalo jalan itu liat depan bukan bawah."

Vanasha berdiri sendiri, cewek tersebut sibuk membersihkan roknya yang kotor akibat jatuh tadi. Cowok yang menabraknya pun jadi geram karena perkataannya tidak digubris oleh cewek tersebut. "Lo kalo ada orang ngomong dengerin dong, jangan malah sibuk sendiri. Woyyy lo budeg ya?" Sarkas cowo tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah Rival. Yah, Rivaldo Jofan Andreas.

Lalu, Vanasha berlalu begitu saja tanpa meladeni Rival. Karena sudah sangat kesal, akhirnya Rival menarik pergelangan tangan Vanasha sampai akhirnya cewek tersebut menghadap kearahnya.

"Apa?" Tanya cewek tersebut santai.

"Lo tuh ya bener-bener, gue ajak ngomong baik-baik malah nyelonong gitu aja."

Vanasha menjawab, "Terus gue harus ngapain?"

Rival lalu menyuruh Vana untuk meminta maaf padanya. "Minta maaf sekarang juga sama gue." Perintah Rival dengan seenaknya, padahal Rival juga sebenarnya salah karena dia berjalan dengan tergesa-gesa tanpa memperhatikan sekitarnya.

"Gua-gak-mau." Tekan Vana di setiap katanya. Setelah mengucapkan kalimat tersebut lalu vanasha berlalu pergi menuju kelas XI IPA 1.

Rival yang melihat gadis tersebut berlalu begitu saja tanpa meminta maaf padanya pun berkata dengan sangat pelan. "Cantik, tapi jutek."

Rival melanjutkan lagi jalannya menuju kelas XI IPS 5.


***

TBC...


Aku mencium bau-bau cinta pandangan pertama nih.

Mecca Fauzi Rahmawati.

Affection [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang