8.Cinta?

30 12 0
                                    

Cinta datang di waktu yang tak terduga. Yakinlah di dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan. Semua itu udah ditakdirkan pada garisnya.


***

Saat ingin masuk kelas Vana dikagetkan oleh Susi yang tiba-tiba muncul dihadapannya. "Kaget ya Van?" Tanya Susi sembari nyengir kuda.

Vana tidak ingin meladeni bocah tengik di depannya ini, jadi dia hanya menjawab. "Nggak" Lalu setelah itu Vana masuk dan duduk di kursinya.

"Van lo tadi berangkat sama Rival?" Tanya Refa yang datang entah dari mana.

Vana malas menjawabnya jadi dia hanya mengangguk. "Omo! Lo beneran berangkat sama si Rival abadi? Gue curiga jangan-jangan lo pacarnya ya Van? Tapi, kalo lo pacarnya si Rival kenapa lo nggak pernah cerita sama kita?" Mulai dah cerewet and keponya Susi kambuh, nih orang kalo jadi admin lambe turah emang cocok banget dah.

"Susi Harera yang cantik tapi masih cantikan gue. Kalo tanya satu-satu ya! Vana bingung mau jawab yang mana dulu!" Refa berucap dengan tangan yang mengelus-elus dada agar kesabarannya terkumpul.

Susi menggeleng. "Ya nggak bisa gitu dong, Vana itu udah bikin gempar pagi-pagi gini karena berangkat bareng si Rival." Jawab Susi dengan kesal, bukan karena cemburu tapi karena dia tidak mau sahabatnya jatuh cinta pada laki-laki model tembok macem Rival.

"Berisik!!! Lo berdua bisa diem nggak sih?" Vana yang dari tadi diam menyimak obrolan Susi dan Refa jadi kesal karena mereka terus saja membahas tentangnya.

"Tuhkan, lo sih. Vana kan jadi marah." Refa menyikut lengan Susi sambil berbisik padanya.

"Kok gue sih, lo juga salah kali." Susi kesal karena Refa malah menyalahkan dirinya, kan Refa juga ikut salah.

"Mending lo berdua masuk kelaa." Suruh Vana dengan nada datar. Jika sudah berkata seperti itu, maka mereka harus get out sebelum macan betina bangun.

Susi dan Refa masuk kelas masing-masing sebelum guru yang akan mengajar di kelas mereka datang.

Bu Resti guru IPA di kelasnya sekaligus wali kelasnya datang.
Semua murid sudah duduk rapi ditempatnya, diam, dan siap untuk menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh wali kelasnya.

"Halo, anak-anak. Selamat pagi." Sapa Bu Resti guru yang mempunyai tubuh kecil, judes, galak, dan jangan lupakan penggaris kayu panjang yang jadi senjatanya saat ada anak-anak bandel yang berkeliaran.

Semua muri di kelas XI IPA 1 menjawab serempak. "Hai, bu. Pagi juga bu."

"Pagi ini, ibu akan mengadakan ulangan harian. Jadi, tutup buku kalian dan jangan ada yang nyontek. Kalau ada yang ketahuan nyontek ibu kasih nilai nol." Terang Bu Resti yang membuat bulu kuduk semua murid ngeri mendengar kata nol. Pasalnya Bu Resti ini salah satu guru killer dan tak pernah main-main dengan ucapannya.

"Ayo, siapkan alat tulis kalian." Perintah guru itu dengan nada tegas. Setelah semua murid siap dengan alat tulis masing-masing Bu Resti menyuruh Rifki ketua kelas XI IPA 1 untuk membagikan soalnya satu persatu.

"Rifki, tolong ini dibagikan satu anak satu."

"Siap, bu." Jawab Rifki.

Semua anak telah mendapat soal ulangan dari Rifki. Mereka mulai mengerjakan soal tersebut. Banyak sekali anak-anak yang mengeluh tidak bisa. Sedangkan gadis yang duduk di meja depan sendirian tersebut serius sekali dengan soalnya.

Satu jam telah berlalu, mereka makin panik kala Bu Resti mulai berkeliling dari meja depan-belakang, dan pojok kanan-kiri. Mereka jadi tidak bisa bertanya pada temannya.

Affection [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang