Hanya orang bodoh yang melupakan teman lamanya karena adanya teman baru.
***Setelah Vana makan dan membersihkan tubuhnya ia duduk di kursi meja belajar.
Tiba-tiba ponselnya berdering membuatnya bergegas mengambilnya di atas tumpukan buku. Saat melihatnya ternyata yang menelponnya adalah Citra sepupunya yang tinggal di Singapura.
Vana menggeser tombol hijau membuat suara di seberang sana berbunyi.
"Halo, Van!!" Sapa Citra di seberang telepon.
"Hai, Cit. Lo apa kabar?" Tanya Vana setengah berteriak karena saking kangennya pada Citra
"Nggak usah teriak juga kali, nii telinga gue bisa budek nih." Omel Citra, yang membuat Vana nyengir meskipun Citra tidak bisa melihatnya.
"Ya maap, lo ada apa telepon gue? Tumben," ujar Vana yang membuat Citra mendengus.
"Sepupunya telepon bukannya seneng, eeh malah dikatain tumben."
Vana terkekeh, ternyata Citra tidak pernah berubah masih sama seperti dulu. Baperan.
"Iya, iya. Lo ada apa telepon? Kangen sama gue?" Tanya Vana bergurau.
"Gue telepon lo, karena besok lo harus jemput gue di bandara."
Vana langsung melotot mendengar jawaban Citra. Vana berpikir Citra cuma bercanda. "Lo kalo bercanda suka lucu, deh!!" Vana terkekeh.
"Kata siapa gue lagi bercanda? Gue serius!! Mulai besok gue pindah ke rumah lo."
"Kok lo baru kabarin sekarang sih?!" Tanya Vana dengan kesal.
"Nggak penting, gue kabarin sekarang, kemarin, atau pun besok. Yang penting lo besok jemput gue, nggak ada penolakan!" Vana menghembuskan napasnya pasrah, Citra memang masih sama seperti dulu suka memaksa.
"Oke!!! Yaudah gue tutup ya teleponnya." Vana menutup teleponnya sepihak.
Dia membuka buku pelajaran berniat ingin belajar, karena mungkin besok-besok waktu belajarnya akan tersita oleh jam kerjanya. Belum ada lima menit, pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang. Yang sudah pasti itu adalah Bi Ijah.
"Masuk, Bi." Perintah Vana yang masih duduk.
Bi Ijah membuka pintu dan menyembulkan kepalanya di pintu. "Permisi, Non. Itu di depan ada Non Susi sama Non Refa."
Tanpa berpikir panjang Vana berkata, "Suruh kesini aja, Bi."
"Okehh, Non." Bi Ijah lalu menutup pintu kamar Vana dan berjalan ke ruang tamu.
"Non Susi sama Non Refa katanya suruh ke kamar Non Vana." Ucap Bi Ijah dengan napas yang terengah-engah.
"Wokehhh, Bi." Susi dan Refa berjalan menaiki tangga untuk ke kamar Vana.
"Vanaaaaa, yuhuuuu." Ucap Susi sambil mengetok-ngetokkan jari tangannya ke pintu kamar Vana.
"Masuk." Ucap Vana dari dalam kamar. Susi dan Refa langsung membuka pintu kamar Vana dan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Proses Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA]✓ "Sekarang gue tau perbuatan aja nggak cukup buat buktiin yang namanya cinta. Harus ada fakta yang mendukung buat buktiin kebenarannya." Vanasha Aurora Fauzi. "Nggak semua cinta bisa dibuktiin. Kadang seorang pujangga pun hanya...