Kamu boleh mengingat masa lalu tapi tolong jangan membawanya kembali.
***
"Haiii, gue boleh gabung sama kalian kan?" Tanya Rafli tiba-tiba membuat Refa kaget.
"Iya boleh." Jawab Refa sambil tersenyum ke arah Rafli. Rafli kemudian duduk di depan Vana.
"Ooh iya, kita belum kenalan kan?" Tanya Rafli pada Susi dan Refa. "Kenalin gue Rafli murid pindahan dari Jakarta." Lanjut Rafli memperkenalkan dirinya.
"Dari Jakarta tohhh, kenalin gue Susi anak kelas X IPS 2." Ucap Susi sambil mengulurkan tangannya.
"Salken ya!" Rafli menjabat tangan Susi.
"Kenalin gue Refa anak kelas XII MIPA 3." Refa mengulurkan tangannya. Lalu, Rafli menerima jabatan tangan Refa. "Salken ya!"
"Eeemm- gue mau tanya emang bener lo temen SMP-nya Vana?" Tanya Refa to the point.
Rafli tersenyum ke arah Vana lalu berkata, "Iya gue temennya Vana. Emang kenapa?"
"Nggak kok, gue cuma tanya." Refa nyengir lebar.
"Gue ke toilet dulu." Pamit Vana pada mereka.
"Mau gue temenin gak Van?" Tanya Susi yang di jawab dengan gelengan kepala oleh Vana.
Setelah itu Vana berjalan menuju ke toilet sendirian. Rafli memicingkan matanya, curiga pada Vana. Apakah gadis itu menghindarinya?
"Gue titip makanan sebentar ya!" Rafli bangkit dari duduknya. "Lo mau kemana?" Tanya Susi membuat Rafli menghentikan langkahnya.
"Gue mau ke toilet, kebelet soalnya." Ucap Rafli sambil tersenyum.
"Ooo gue kira mau kemana." Ucap Susi sambil tertawa garing.
Rafli berjalan cepat menuju ke toilet. Tapi dia berjalan bukan ke arah toilet cowok melainkan toilet cewek. Dia berdiri di samping pintu toilet, seperti sedang menunggu seseorang.
Kemudian, muncullah seorang cewek. Vana kaget saat melihat Rafli sedang berdiri di samping pintu toilet sambil menyandarkan badannya pada dinding dengan kedua tangannya yang ia silangkan di depan dada.
"Sha gue boleh ngomong sebentar nggak?" Tanya Rafli sambil meraih tangan Vana.
"Tinggal ngomong aja." Jawab Vana cuek.
Rafli celingak-celinguk memperhatikan sekeliling. "Jangan di sini ya!!"
"Oke." Rafli lalu menarik tangan Vana menuju ke taman belakang.
"Lo mau ngomong apa? To the point aja!" Ucap Vana sambil melepaskan cekalan tangan Rafli.
"Gue minta maaf ya soal yang dulu, gue nggak bermaksud buat ninggalin lo dulu. Dan sekarang gue udah nepatin janji gue buat selalu ada di samping lo. Lo masih mau temenan sama gue kan?" Tanya Rafli memohon pada Vana.
"Gue udah maafin lo kok, dari dulu gue gak pernah buang nama lo dari daftar nama temen gue." Vana tersenyum ke arah Rafli. Lalu memeluknya, seakan mereka tidak bertemu selama puluhan tahun. "Gue kangen banget sama lo. Gue selalu kesepian saat lo pergi." Ucap Vana sambil menitikan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Proses Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA]✓ "Sekarang gue tau perbuatan aja nggak cukup buat buktiin yang namanya cinta. Harus ada fakta yang mendukung buat buktiin kebenarannya." Vanasha Aurora Fauzi. "Nggak semua cinta bisa dibuktiin. Kadang seorang pujangga pun hanya...