Jangan terlalu berharap pada manusia yang memberimu harapan, karena bisa jadi ia hanya memberimu sayap lalu nantinya kau dipatahkan.
***
"Ya sudah anak-anak, pelajaran kali ini cukup sampai di sini. Jangan lupa belajar!" Pak Taryo guru Agama di kelas Vana baru saja mengakhiri pelajaran kala bel istirahat berbunyi.
Vana membereskan semua buku-bukunya lalu ia masukkan ke tas. Vana mengambil buku novel yang ingin ia baca, karena ia tidak berniat ke kantin. Sebenarnya ada alasan lain mengapa ia tidak ingin ke kantin, dia berharap Rival akan menemuinya di kelas sambil membawakan makanan dari kantin. Itulah harapan Vana.
Semoga aje ya Van..."Vanaaaaa"
"My baby darling" teriak Susi dari depan pintu kelas Vana."Dhuhhh, sumpah!!"
"Gue malu bat ya robbun" ucap Refa sambil menepuk jidatnya sendiri."Van kantin yuk!! Gue laper bat sumpah." Susi mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf v.
"Jangan mau Van, ntar lo di buat malu ama nii bocah!" Refa melarang Vana pergi ke kantin bersama Susi.
"Idih... Idih..." Susi mengerutkan dahinya. "Gini nih definisi orang iri, gue mau apa sama siapa di larang orangnya." Susi menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Ngarep mbaknya! Siapa juga yang iri?!" tanya Refa sambil ikut menyilangkan kedua tangannya.
"Lo berdua bisa diem gak?!" Tanya Vana datar.
"Iya nii gue diem, tapi kita ke kantin yah?" Ajak Susi sambil menarik-narik lengan tangan Vana.
"Woy! Anak orang tuh, kasian kalo tangannya patah! Lo mau tanggung jawab?!" Refa menabok tangan Susi yang sedang menarik-narik lengan tangan Vana.
"Ya gue kan cuma mau ngajak Vana ke kantin! Emang salah?!" Tanya Susi ngegas.
"Kalo lo ngajak Vana ke kantin itu nggak salah. Tapi yang salah itu lo maksa Vana dengan cara narik-narik dia." Terang Refa menjelaskan titik kesalahan Susi.
"Ya amsyonggg, maap ya Van. Gue gak bermaksud sumpah!! Mungkin ini karena efek laper kali ya? Gue jadi brutal gini!" Susi merasa bersalah pada Vana karena memaksanya ke kantin.
"Iya" jawab Vana singkat.
"Tapi lo mau ke kantin kan?" Susi mengaitkan jari-jari tangannya yang membuat kedua tangannya memempel lalu ia letakkan ke depan dada seperti sedang memohon.
"Gue nggak, lo aja berdua!" Perintah Vana dengan pandangan ke arah buku novel yang sedang ia baca.
"Yahhh kenapa Van?" Susi kecewa dengan jawaban Vana. Padahal dia sudah sangat lapar.
"Nggak papa"
"Ya udah, kalo lo nggak ke kantin gue juga nggak!" Tegas Refa sambil duduk di bangku samping Vana.
"Terus gue sendiri gitu?" Tunjuk Susi pada dirinya sendiri.
"Kalo lo emang mau, ya silahkan!!" Refa berucap sambil mengangkat tangannya mempersilahkan Susi untuk pergi sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Proses Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA]✓ "Sekarang gue tau perbuatan aja nggak cukup buat buktiin yang namanya cinta. Harus ada fakta yang mendukung buat buktiin kebenarannya." Vanasha Aurora Fauzi. "Nggak semua cinta bisa dibuktiin. Kadang seorang pujangga pun hanya...