Bukan kita yang nyari beasiswa. Tapi, gimana caranya biar beasiswa yang nyari kita.
***Mereka berempat sedang duduk di kantin dengan Citra yang sibuk memakan roti yang tadi pagi ia bawa dari rumah Vana.
"VANA!! Lo dipanggil sama Pak Trisno tuh." Tiba-tiba Zahra anak kelas XI MIPA 3 berteriak memberitahukan hal tersebut.
Citra yang sedang makan pun jadi tersedak. Susi yang duduk di sebelahnya memberikan minumannya pada Citra. Citra meneguk minuman tersebut sampai habis.
"Sekarang Pak Trisno ada dimana?" Tanya Vana.
Zahra tampak sedang menetralkan napasnya. "Adaaa, di depan ruangannya." Jawab Zahra.
Susi, Refa dan Citra bingung kenapa Vana dipanggil oleh Pak Trisno. "Gue kesana dulu yah." Pamit Vana langsung berlari ke arah ruangan kepala sekolah.
Vana berhenti tepat di depan ruangan kepala sekolah. Sebelum mengetuk pintu Vana menarik napasnya dulu agar nanti ia tidak gugup.
"Permisi, Pak." Ucap Vana sambil mengetuk pintu. Beberapa detik Vana mengetuk pintu, akhirnya Pak Trisno membukakan pintu. "Masuk, Vana." Suruh Pak Trisno sambil menutup pintu.
Vana masuk, Pak Trisno duduk kembali di kursinya. "Silahkan kamu duduk!!"
Vana duduk di kursi sebelah kanan. "Ada apa ya, Pak?" Tanya Vana to the point.
Pak Trisno mengambil kertas yang ada di salah satu berkas yang ditumpuk di mejanya. "Saya ada kabar baik buat kamu." Vana penasaran kabar baik apa yang akan disampaikan oleh Pak Trisno.
"Kabar apa ya, Pak?"
Pak Trisno memberikan selembar kertas yang diatasnya tertulis 'Beasiswa Oxford university'. Vana mendelik, tidak percaya apakah ini nyata atau hanya mimpi?
"Ini serius, Pak?" Tanya Vana tidak percaya.
Pak Trisno mengangguk. "Iya, Vana. Kamu siswa terpilih yang dapat beasiswa untuk kuliah di sana atas dasar nilai dan prestasi kamu. Nanti kamu isi formulir tersebut dengan lengkap. Setelah kamu isi, nanti serahkan ke saya lagi."
Sungguh, Vana tidak bisa menahan kebahagiaannya. Satu-persatu impiannya akhirnya terwujud.
"Baik, Pak." Dari banyaknya kata-kata yang Vana ingin katakan hanya itulah yang keluar dari mulut Vana.
"Kamu simpan baik-baik formulir tersebut. Karena jika sobek, basah, ataupun hilang kami pihak sekolah tidak akan bertanggung jawab." Peringat Pak Trisno.
Vana hanya mengangguk. "Ya sudah, saya pamit ke kelas dulu ya Pak." Vana berdiri dan berjalan ke arah pintu.
Ketika membuka pintu ruang kepala sekolah Vana melihat ketiga sahabatnya nguping di depan. Susi, Refa, dan Citra yang sedang merunduk dengan wajah yang berada di pundak-pundak temannya nyengir melihat Vana yang baru keluar.
"YAHHH TERCYDUK DEH KITA! LO SIH REF! PAKE NGAJAKIN KITA NGUPING!!" Susi menyalahkan Refa sambil menendang kakinya.
"LAH! LO JUGA MAU DIAJAKIN NGUPING!!" Refa kembali berdiri seperti biasa.
Citra menarik Vana, lalu bertanya, "Lo kenapa, Van?!"
Vana langsung memeluk Citra dengan kertas formulir yang masih ia pegang di tangan kanannya.
"Gue dapet beasiswa, Cit." Girang Vana dengan air mata yang mulai menetes. Vana tidak bisa membendung tangisannya.
"Serius lo?" Tanya Citra melepaskan pelukan Vana.
"Gue serius, nii formulirnya." Vana menunjukkan formulir tersebut pada Citra. Susi dan Refa yang tadi sedang adu mulut mendekat ke arah Vana dan Citra.
"Omooo!!" Ucap Citra menggunakan bahasa korea.
"JANGNANHAE?" Pertanyaan Susi membuat Vana berdecak.
"Ini beneran, Sus." Ucap Citra yang masih terpaku di tempatnya.
"Chughahae, Vana!!" Lagi-lagi dengan bahasa koreanya Susi memberikan selamat pada Vana.
Citra menyalami Vana. "Congratulations, Vana."
Refa memperhatikan interaksi mereka. Refa sekarang benar-benar di lupakan oleh mereka. 'Seneng banget jadi Vana, udah cantik, kaya, pinter, sekarang dapet beasiswa lagi.' ucap Refa dalam hati.
"Ref, lo nggak kasih ucapan selamat buat Vana?" Tanya Susi pada Refa yang belum mengucapkan selamat pada Vana.
"Selamat ya, Van." Ucap Refa sambil menyalami tangan Vana dan tersenyum tipis.
Citra yang melihat ekspresi Refa, menyipitkan matanya. Kenapa Refa berekspresi seperti tidak senang?
"Sumpah, gue seneng bat punya sahabat kek lo Van. Udah cantik, baik, kaya, pinter lagi. Idaman bat dah lu Van." Ucap Susi membanggakan Vana.
Refa yang mendengar ucapan Susi jengah, kenapa selalu Vana yang dibanggakan?
"Karena Vana dapet beasiswa, jadi gue traktir lo semua." Ucap Citra yang membuat Susi bersorak ria karena akan dapat traktiran.
"Gue nggak ikut yah, mau ke kelas soalnya." Refa langsung nyelonong begitu saja.
Sikap Refa yang seperti itu membuat banyak pertanyaan di benak Citra?
***
KOMEN SPAM NEXT BUAT LANJUT!!
VOTE JANGAN SAMPAI LUPA YAH!!
UDAH SEGITU AJAH!!
SEE YOU IN THE NEXT PART...👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Proses Revisi]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA]✓ "Sekarang gue tau perbuatan aja nggak cukup buat buktiin yang namanya cinta. Harus ada fakta yang mendukung buat buktiin kebenarannya." Vanasha Aurora Fauzi. "Nggak semua cinta bisa dibuktiin. Kadang seorang pujangga pun hanya...