***
Sepanjang malam, Lailand berada di atas atap untuk menenangkan pikirannya yang lagi kacau. Malam-malam sunyi seperti ini, Lailand kembali mengingat kenangan bersama mantan pacar yang baru saja ia temui kemarin.
Beberapa tahun lalu, tepatnya saat Lailand mengenal Syafina yang merupakan seorang perempuan yang Lailand sukai. Melihat Syafina seperti melihat temannya waktu kecil. Masa remaja saat Lailand duduk di bangku kelas 2 SMA, ia tak bisa menahan ketertarikannya pada Syafina.
Lewat perkataan yang biasa diucapkan untuk mengutarakan perasaan seperti yang diajarkan oleh temannya, akhirnya Lailand bisa mendapatkan Syafina. Setiap hari Lailand terus saja bahagia karena bersama Syafina terus.
Hubungan mereka baik-baik saja, tetapi saat kabar Syafina hamil, Lailand langsung terkejut. Ditambah Syafina yang tak pernah cerita jika hamil. Setelah kabar itu menyebar, Syafina pergi tanpa menjelaskan apapun kepada Lailand. Ucapan Syafina terakhir kali adalah ucapan kata perpisahan untuk hubungan mereka. Hubungan yang belum genap setahun akhirnya kandas.
Lailand masih tak menyangka jika cintanya dikhianati oleh Syafina. Berulang kali Lailand melupakan Syafina, namun usahanya terus gagal. Setiap saat Syafina lah yang selalu hadir di mimpi Lailand.
Kini, Lailand melampiaskan kekecewaannya kepada para perempuan dengan menyakiti hatinya. Saat perempuan menangis karena Lailand, saat itu lah Lailand puas, ia membayangkan jika Syafina yang berada di posisi mereka.
Lain sisi, Lailand saat bertemu Violin mendadak berubah menjadi Lailand yang membenci tangis seorang perempuan. Wajah Violin yang membuat Lailand kembali pada ingatan beberapa tahun silam. Sosok perempuan yang ia rindukan.
Pikirannya terasa penuh, banyak hal yang menganggu malam ini sampai Lailand tak bisa tidur. Ia terus memikirkan banyak hal yang memenuhi otaknya. Termasuk sosok perempuan di masa lalu.
"Namanya siapa, sih? Gue lupa," gumam Lailand, "yang gue tahu namanya Olin."
Entah keberapa kalinya Lailand mengembuskan napas. Ia segera merogoh saku celananya untuk menghubungi ayahnya.
"Hallo?"
"Gue terima perjodohan itu." Lailand langsung menutup panggilannya dengan ayahnya.
"Demi apapun, gue belum siap. Tapi cara ini biar gue bisa lupa sama Fina," ujarnya lalu berdiri.
Ketika Lailand turun, temannya yang berpapasan saat Lailand baru menuruni tangga langsung berhenti di depan Lailand. "Balapan, kuy?"
Lailand mengikuti langkah kaki temannya. "Kuy! Gue lagi suntuk. Minggu depan gue dipaksa nikah."
Semua teman-teman Lailand yang berada di rumahnya langsung terkejut lalu menoleh ke arah Lailand. Semua menuntut kejelasan dari Lailand.
"Seriusan? Lo mau nikah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLAND [TERBIT]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] * Hidup yang penuh tantangan karena kedua orang tuanya sudah pergi meninggalkan Violin Shakila sejak ia menduduki bangku SMP. Bermodalkan nekat, ia tetap berjuang melanjutkan hidup sebatang kara. I...