***
Kini belakang jok motor Lailand sudah tak kosong lagi. Sudah ada yang mengisinya saat ini. Mereka kuliah pagi dan sekarang mereka berada di jalanan. Tiba-tiba saja Violin kembali lemas dan menyandarkan wajah di punggung Lailand. Tangan Lailand pun menarik tangan Violin satu-persatu agar melingkar di perutnya. Violin memeluk pinggang Lailand begitu erat.
"Aland perih ...," rengek Violin mendusel-dusel wajahnya di punggung Lailand.
Lailand mengusap telapak tangan Violin lalu menepi ke mini market. "Turun dulu, Beib. Beli susu biar perutnya nggak perih."
Violin mengangguk lalu turun dengan bantuan Lailand. Ketika Violin turun, ia kembali merasakan perih, Lailand langsung berlari ke dalam dan kembali membawa kantung plastik. Violin dibantu duduk di atas motor lalu Lailand membuka susu kotak. Violin meminumnya seraya melihat wajah panik Lailand.
Usapan di pipi Lailand membuatnya terkekeh, "Perhatian amat."
Lailand membuang muka. "Kalau bukan tempat umum udah gue serang!"
"Serang apa coba? Udah yuk nanti telat," ujar Violin lalu turun.
Lailand mendekat ke arah telinga Violin lalu membisikkan sesuatu yang membuat pipi Violin merona. Tangan Violin memukul bahu Lailand diselingi tawa kemudian menyusul Lailand yang sudah duduk di atas motor.
Motor telah melaju dan Violin menyandarkan kepalanya kembali di punggung Lailand. "Masih nggak nyangka waktu itu calon suamiku Lailand dan Lailand itu juga Aland yang aku tunggu-tunggu. Aku kira Kak Aland itu ya sama."
"Lo nunggu gue?" tanya Lailand melirik Violin dari kaca spion.
Violin beralih menaruh kepalanya di bahu Lailand agar bisa melihat wajahnya. "Menurut kamu? Kamu banyak janji katanya mau ada sama aku terus, tapi malah pergi ke luar kota!"
"Sekarang gue kan udah balik. Nepatin janji juga, terima gue jadi suami lo, ya?" tanyanya mencium dahi Violin.
Dengan cepat Violin menjauh dari Lailand. "Belum bisa. Masih marah waktu itu, katanya mau nikah sama Prisil," sindirnya cemberut.
Lailand terkekeh, "Siapa?"
"Prisil!!"
"Priscilla?" Lailand tertawa lalu menghentikan motornya karena sudah sampai. "Gue nggak suka bahas cewek lain waktu sama lo."
"Terserah aku! Berarti kalau nggak ada aku, kamu suka bahas cewek!!" geram Violin lalu turun.
Dengan cepat Lailand menarik tangan Violin yang hendak pergi. "Enggak juga!"
"Terus?"
"Buat apa kita bahas cewek lain, selagi lo udah gue dapetin. Mendingan kita bahas masa depan," gombal Lailand lalu mencium telapak tangan Violin.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLAND [TERBIT]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] * Hidup yang penuh tantangan karena kedua orang tuanya sudah pergi meninggalkan Violin Shakila sejak ia menduduki bangku SMP. Bermodalkan nekat, ia tetap berjuang melanjutkan hidup sebatang kara. I...