***
Kesadaran menghampiri Violin yang tertidur sejak siang tadi. Suara bising mulai masuk ke dalam telinga Violin. Mata lentiknya perlahan terbuka secara perlahan. Suara bising itu berubah menjadi sunyi lagi saat Violin melihat ruangan yang asing. Saat Violin berusaha fokus dengan nuansa kamar berbeda, ia langsung menangis.
Matanya mengelilingi ruangan, namun ruangan dengan bercat hitam dan putih serta motif dinding berwarna emas seakan membuat Violin bingung. Ia teringat jika ia sedang kehujanan, namun yang ia rasakan adalah pakaiannya yang kering. Pikirannya mulai khawatir.
"Hiks...."
Lailand yang baru tertidur beberapa menit lalu langsung terbangun karena mendengar tangisan Violin. Matanya terbuka lalu melihat ke bawah, Lailand duduk sambil tidur membuat badannya pegal. Melihat Violin yang menangis seakan Lailand telah melakukan banyak kesalahan.
Secepatnya Lailand mengusap dahi Violin yang suhunya tak sepanas malam tadi. "Ustt ... ada gue di sini," ujar Lailand dengan lembut.
Violin semakin kencang menangis. Lailand bertambah bingung saat ini. Perlahan Lailand ikut tertidur di samping Violin dengan mengusap rambutnya. Tangan satunya ikut mengusap wajah Violin.
"Ini Lailand suami lo," bisik Lailand dengan halus. "Jangan nangis lagi nanti tambah pusing," ujarnya sehingga Violin dapat menghentikan tangisnya.
"Aland?" tanya Violin membuka mata lalu melirik Lailand sekilas.
"Iya gue Aland, Lailand sama Aland sama aja dah," balas Lailand mengecup dahi Violin.
Mata Violin terpejam saat Lailand menciumnya. Ketika Lailand selesai perlahan mata Violin terbuka.
Lailand kembali memeluk Violin. "Semalam lo demam, gue yang mengurus semua keperluan lo sampai belum tidur. Sekarang lo udah bangun buat gue tenang." Kecupan singkat diberikan Lailand lagi.
Violin tertegun. "Aland semalam nggak tidur? Terus yang ganti baju aku siapa?"
Pertanyaan yang berasal dari bibir mungil Violin membuat Lailand terkekeh. Ia teringat saat semalam tadi melihat pemandangan yang indah. Seketika kekehan Lailand membuat kedua pipi Violin merona.
"Jangan bilang kalau Aland yang gantiin baju aku?" tanya Violin cemberut.
Lailand masih tertawa lalu memeluk Violin agar tak memberontak. "Gimana lagi, kepepet. Nggak ada yang mau dimintain tolong karena hujan," balasnya dengan pipi yang memanas.
Violin menangis karena malu. "Aland curang!" teriak Violin berusaha lepas, namun tak sanggup karena lemas.
"Nggak usah malu, gue cuma ganti baju nggak aneh-aneh. Lagian gue pakein lo baju itu sambil merem ... melek. Hahhaha...."
Ucapan yang sempat terjeda lalu berlanjut yang berdampak buruk bagi kedua pipi Violin yang seperti tomat matang. Lailand langsung menggeret tubuh Violin agar miring menghadap Lailand.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLAND [TERBIT]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] * Hidup yang penuh tantangan karena kedua orang tuanya sudah pergi meninggalkan Violin Shakila sejak ia menduduki bangku SMP. Bermodalkan nekat, ia tetap berjuang melanjutkan hidup sebatang kara. I...