VL^40

172 30 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kini masa tersulit Violin telah ia lalui. Saat persalinan yang membutuhkan waktu lama dan hampir mempertaruhkan nyawanya, sekarang ia dapat tersenyum puas melihat kedua anaknya yang sedang berjemur di bawah sinar matahari pagi.

Ya! Kedua anaknya.

Violin melahirkan anak kembar dan parahnya kedua anaknya lelaki yang mempunyai kemiripan dengan Lailand. Hanya beberapa saja yang persis dengan Violin, itu saja hanya bagian kecil. Namun, Violin tak mempermasalahkan karena keduanya lahir dengan sehat, sementara ibunya hampir saja kehilangan nyawa.

Violin menatap kedua anaknya yang berada di troli dengan bahagia. Kalau sudah lahir seperti ini hidupnya akan tenang. Masalah mengurus keduanya masih ada Atiya dan Hazwan yang juga baru menikah. Sehingga mereka bisa melatih kesiapan menjadi orang tua.

Hazwan dan Atiya telah menikah sebelum Violin melahirkan. Hazwan yang juga mencintai Atiya dalam diam akhirnya tahu saat Violin mengatakan Atiya mencintai Hazwan. Namun, Hazwan telah mencintai Violin sehingga ia membutuhkan waktu untuk mengembalikan perasaannya dulu sebelum mengenal Violin.

Sejauh apapun cinta dan serumit apapun hubungan, yang namanya jodoh pasti akan bersatu.

Perkataan itu lah yang selalu diingat oleh Violin. Ia percaya akan bertemu oleh Lailand kembali, walaupun akhirnya Violin harus merelakan hubungannya untuk Syafina. Berulang kali Violin tak memikirkan masa lalu, tetap saja ia selalu ingat.

Violin mengembuskan napas lelah, "Sekarang lupain aja masa lalu, jangan bahas lagi!"

Kedua anaknya perlahan bergerak dan secepatnya Violin mengambil salah satu untuk ia gendong. Suara derap langkah kaki mendekat, siapa lagi kalau bukan Atiya. Atiya mengambil anak Violin dan menggendongnya.

"Lucunya. Pipinya itu loh Vi kayak mau tumpah," kekeh Atiya seraya menciumi kedua pipi anak Violin secara bergantian.

Senyum Violin mengembang. Ia perlahan mulai menerima takdirnya yang berubah menjadi tak tentu arah setelah menikah. Namun, saat anaknya lahir hidupnya mulai terarah.

"Wajah kalian udah kayak bapaknya, jadi kalau mau lihat wajah pa--"

"Beib...."

Suara yang bergetar itu membuat keduanya tersentak kaget. Suara yang berat tak seperti dulu yang ia ingat. Violin masih mematung saat suara langkah sepatu yang semakin mendekat. Ia tak berharap lebih jika yang datang adalah suaminya.

Namun, saat wajah yang telah banyak berubah kini dapat ia lihat. Kumis tipis yang berada di bawah hidungnya membuat Violin mengerutkan dahinya. Wajah Lailand banyak yang berubah.

Violin tak mempermasalahkan perubahan Lailand yang mengejutkan, ia memberikan anaknya kepada Hazwan lalu dengan cepat Lailand memeluknya. Keduanya saling menumpahkan air mata seraya memeluk erat.

VIOLAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang