***
Cahaya mentari telah masuk ke dalam celah-celah kamar dengan nuansa hitam putih yang bercampur warna emas. Seorang lelaki masih tertidur pulas karena semalam dirinya tak bisa tidur. Tiba-tiba saja ia terbangun lalu meremas kepalanya yang banyak pikiran. Semalaman ia mendapatkan kabar jika ia akan dijodohkan dengan orang yang pernah ia kenal.
Lelaki itu menyibak selimutnya dengan kasar lalu duduk seraya menggaruk wajahnya. Mata lelaki itu berputar sekeliling kamar yang luas lalu berhenti tepat pada figura foto seseorang. Ia tersenyum kecut karena kembali mengingat perkataan ayahnya.
"Walaupun gue pernah dekat sama orang itu, Violin tetap yang akan gue nikahin!"
Drt!
Tangan lelaki itu mengambil ponsel yang bergetar di atas nakas. Muncul lah nama seseorang di layar yang membuat lelaki itu mendengkus. Namun, lelaki itu langsung mengangkat telpon.
"Pagi kesayangan. Udah sarapan belum?" tanya seorang perempuan di ujung sana.
"Hmm ... baru bangun." Lelaki itu enggan membalas perkataannya.
"Kenapa sih? Singkat banget!"
Tut!
Ponselnya ia matikan lalu melemparnya ke depan. Ponselnya kembali bergetar tetapi lelaki itu menghiraukannya. Pandangannya hanya berfokus pada figura yang menempel di dinding.
"Kalau dulu gue bertemu lo lebih cepat, mungkin gue nggak bakal jadi begini," gumamnya menatap foto itu sendu.
Foto seorang perempuan yang berjajar dengan rapih. Senyum yang terlihat menenangkan seakan membuatnya kembali semangat.
"Apa salah kalau gue berusaha move on dari dia? Dan lo yang bakal jadi pelampiasan gue, boleh?" tanyanya masih menatap orang yang ada di figura.
Saat lelaki itu masih melamun, seseorang membuka pintu lalu berjalan masuk ke dalam kamar. Lelaki itu terkejut lalu melihat siapa yang masuk tanpa izin.
Lelaki itu berdecak, "Masuk itu bilang kek! Nggak punya sopan-santun?"
Plak!
Satu tamparan mendarat di wajah lelaki itu karena seorang pria yang baru datang adalah ayahnya. "Bicara yang sopan!"
Lelaki itu membuang wajahnya, tatapan tak sudi terlihat dari wajah lelaki itu. Bahkan rasa sakit karena tamparan sang ayah tak dihiraukan olehnya.
"Rasa hormat udah hilang, Pah! Setelah lo nikah lagi dan mengkhianati cinta bunda," jawab lelaki itu dengan angkuh.
Sang ayah kembali menampar lelaki itu. "Lailand!"
"Jangan panggil gue! Udah muak sama lo yang terus kasar sama gue! Masih bisa gue tahan buat balas semua perlakuan lo ke gue!" tuturnya meninggikan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLAND [TERBIT]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] * Hidup yang penuh tantangan karena kedua orang tuanya sudah pergi meninggalkan Violin Shakila sejak ia menduduki bangku SMP. Bermodalkan nekat, ia tetap berjuang melanjutkan hidup sebatang kara. I...