VL^32

88 29 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pikirannya kalut karena memikirkan permasalahan di pagi hari. Kabar dari Syafina membuat Lailand tak tenang. Lain sisi jika Lailand ikut campur dengan permasalahan Syafina, tandanya ia harus siap membuka lembaran lama yang telah usang. Lailand takut jika harus kehilangan salah satu di antara mereka.

Lailand harus egois untuk mendapatkan keduanya, namun ia tak sejahat itu jika mencampakkan salah satu antara mereka. Kabar Syafina yang hampir keguguran membuat Lailand stress, ditambah Violin yang entah ke mana.

Syafina dirawat di rumah sakit. Lailand bingung harus mencari Violin yang tak ada di kampus dan di rumah atau menemani Syafina di rumah sakit. Kepalanya pusing mengurusi dua orang yang berarti di hidupnya.

"Land!!"

Panggilan dari seseorang membuat Lailand menghentikan menutup pintu rumahnya. Lailand menoleh lalu melanjutkan menutup pintu dengan kasar. Tanpa berpikir panjang Lailand langsung menonjok wajah orang itu.

Bugh!

"Stop!" teriak orang itu mendorong Lailand seraya memegang sudut bibirnya yang berdarah.

Lailand menatap tajam orang itu. "Di mana Violin!! Brengsek lo ambil Violin dari gue!"

"Seharusnya aku yang tanya itu! Apa Violin belum pulang? Dia bilang pulang sendiri," balasnya menahan emosi.

Lailand berdecak, "Kenapa lo nggak maksa buat antar dia bego! Lo cari Violin sampai ketemu gue mau ke rumah sakit jenguk Fina!"

Bugh!

Sekarang giliran Aland yang memukul Lailand karena mementingkan orang lain yang jelas-jelas istrinya entah di mana. Lailand menatap tajam Aland.

"Al!"

"Kenapa? Seharusnya aku lebih keras ke kamu! Sekarang sifat kamu jadi brengsek! Kamu lebih mentingin orang lain dari istri kamu!" ucapnya menggelengkan kepala. "Aku percaya kamu nggak bakal sakitin Violin, makanya aku ngalah. Tapi semakin ke sini aku semakin ragu untuk melepas Violin," lanjutnya langsung pergi.

"Al!" panggil Lailand mengejar Aland yang sudah duduk di atas motor. "Lo mau ke mana?"

Aland menghidupkan mesin tanpa melihat Lailand. "Cari Violin dan ambil dia dari lo. Bukannya lo lebih milih Fina, kan?"

Secepatnya Lailand menggeleng. "Lo berani macam-macam gu--"

Plak!

Pipi Lailand ditampar oleh Aland. "Kamu jadi cowok harus bisa milih! Lupakan Fina atau Violin buat aku!"

"Shit! Gue nggak akan milih keduanya!" bantah Lailand lalu merogoh sakunya. "Gue yang cari Violin!"

Aland mengedikan bahu cuek. "Terserah. Satu lagi, yang tadi kamu lihat itu adalah jebakan dari Priscilla. Violin diguyur pakai air comberan dan sekarang dia nggak tahu ada dimana. Se--"

VIOLAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang