***
Hembusan angin mengiringi seorang perempuan cantik yang telah tumbuh menjadi sosok perempuan kuat dan tangguh yang sedang berlari di lapangan. Masa tersulit telah ia lalui dengan berbagai cara agar hidupnya terarah sesuai takdir yang memaksanya untuk menjadi sosok perempuan tanpa hadirnya kedua orang tua.
Kini, ia tertawa lepas menikmati angin sore dengan berlari mengelilingi lapangan. Matanya melengkung karena terlalu bahagia keadaan hatinya. Rambutnya berkibar dengan indah sampai seseorang menatapnya dengan mata yang berbinar.
"Senyum lama itu telah kembali," gumamnya seraya berjalan ke arah perempuan itu yang masih setia berlari.
Tangannya menarik pinggang perempuan itu sehingga perempuan itu langsung berhenti dan melihatnya. Tangannya melingkar pada lehernya.
"Sejauh perjalanan hidup kita, sebanyak waktu yang telah kita lalui, serumit jalan yang kita hadapi, semuanya telah kita rasakan. Kini, takdir mempersatukan kita." Suara lembut dari bibirnya menggetarkan hati orang yang ada di depannya.
Lelaki itu tersenyum lebar seraya mengeratkan tangannya yang melingkar di pinggang perempuan itu. "Ini semua berkat dukungan dari kamu yang yakin akan takdir. Sesulit kisah hidup kamu yang ditambah hidupku yang berubah menjadi hidup kita, bisa dijadikan untuk kehidupan kita selanjutnya. Aku akan terus berubah menjadi lebih baik dengan bantuan kamu."
Matanya berkaca-kaca karena ucapan darinya. "Andai waktu mendukung kita untuk lebih lama mengenal, pasti hidup kita nggak serumit itu. Tapi kalau nggak seperti itu, nggak bakal ada perjuangan yang akan menjadi alasan untuk kita bertahan."
Ucapan dari perempuan itu membuat lelaki itu langsung mengangguk. Ia tersenyum bahagia. "Izinkan aku mencintai kamu dengan sebab perjuangan yang tak akan sia-sia. Izinkan aku terus bersama kamu untuk kehidupan yang akan aku lalui."
"Boleh, asalkan cinta itu nggak pernah luntur. Jika aku mengalami masa tua, tolong jangan tinggalkan aku karena kulitku keriput, gigiku ompong, rambutku kusut, wajahku jelek dan lainnya. Cintai aku dengan hatimu yang tulus," pinta perempuan itu memeluk lelaki itu.
Usapan lembut di kepalanya membuat perempuan itu memejamkan mata. "Kita hidup bersama, menua bersama." Lelaki itu berkata dengan nada yang seakan membuat perempuan itu terharu.
"Lupakan masa lalu, jangan bahas lagi. Tutup kenangan yang belum memiliki jawaban, karena kita sudah sama-sama paham tentang sebab yang memaksa untuk dibungkam." Setelah lelaki itu melanjutkan perkataannya dengan menyela ucapan perempuan itu. Jarinya terlepas dari bibir wanita dan seketika perempuan tersenyum lagi.
"Ketika nama kita telah bersanding, selamanya kita selalu bersama. Violin dan Lailand yang bersatu menjadi VIOLAND." Angin berhembus sehinga perempuan itu mendongak untuk melihat wajahnya yang kembali menjadi tampan. Kumis tipisnya hilang yang kini hanya wajah mulus dengan banyak tahi lalat.
"Kenapa bisa disingkat gitu? Kan ini hidup kamu," balasnya mengusap kepala perempuan itu dengan lembut.
Perempuan itu mengulum bibirnya. "Hidup aku yang telah berubah saat kamu kembali di hidupku."
Lelaki itu tersenyum lebar. Mereka saling tersenyum karena hari ini adalah hari bahagia mereka.
"Sama aja ini kisah hidup perjuangan kamu yang ada aku, Beib!" seru lelaki itu.
"Ya udah deh terserah. Sama aja kamu juga ada di kisah hidupku!" bantah Violin meninggikan suaranya.
Bahu lelaki itu bergetar karena tertawa. Lelaki itu mengecup bibirnya sekilas lalu mengusap dagu perempuan itu.
"Terima kasih pernah hadir dan memberikan sesuatu yang berharga untukku."
Perempuan itu mengangguk sesekali berjinjit karena menyesuaikan tinggi lelaki itu. "Aland, perjuangan kita belum usai, kan?"
"Iya, perjuangan kita belum usai. Masih ada waktu untuk kita menikmati hari tua." Lelaki itu menatap lekat mata indah milik perempuan itu.
Jari manis perempuan itu berada di depan wajah mereka. "Janji jangan pergi lagi!"
Lelaki itu terkekeh seraya menyatukan jari manisnya dengan jari milik perempuan itu. Senyum mereka saling mengembang begitu juga dengan bunga yang telah mekar.
"Janji!"
"Kira-kira perjuangan kita masih berlanjutkan? Siapa yang mau lanjutin?" tanya perempuan itu seraya menaik turunkan alisnya.
"Um--"
"Huaaaa ... Pa, Ma!!!"
Mereka tersentak kaget kemudian mereka saling melepaskan pelukannya. Mereka tertawa sekilas lalu melihat kedua anaknya yang berlari sambil menangis. Usia mereka telah memasuki umur 5 tahun.
Secepatnya mereka menggendong kedua anak mereka masing-masing. Keduanya kembali saling tatap karena teringat dengan pertanyaan tadi yang kini mereka telah menemukan jawaban.
"Masih ada anak kembar kita."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLAND [TERBIT]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] * Hidup yang penuh tantangan karena kedua orang tuanya sudah pergi meninggalkan Violin Shakila sejak ia menduduki bangku SMP. Bermodalkan nekat, ia tetap berjuang melanjutkan hidup sebatang kara. I...