***
Kilasan sendu yang terpancar dari cermin karena memantulkan wajah Violin yang sedari tadi tertekuk karena menunggu kepulangan Lailand yang tak kunjung sampai rumah. Malam ini keberapa kalinya Violin menunggu Lailand yang pulang malam karena sibuk mempersiapkan acara ulang tahun kampus mereka.
Biasanya jam segini Lailand sudah pulang. Namun jam menunjukkan pukul 9 malam dan Lailand tak kunjung mengabari. Hembusan napas dikeluarkan Violin secara berulang kali.
"Udah kek Bang Toyip nih si Aland," gumam Violin seraya melihat pintu yang masih tertutup.
Tiba-tiba saja ponsel Violin yang berada di depannya bergetar. Tangannya dengan cepat mengangkat ponselnya lalu menaruhnya di telinga. Tak ada suara apapun yang ada suara berisik dari ponselnya.
"Diem woy! Beib jangan taruh di telinga." Suara itu yang ditunggu-tunggu Violin akhirnya muncul juga.
"Heheh ... aku kira telepon."
Tangannya maju ke depan untuk melihat wajah Lailand. Dilihatnya nomor yang menghubungi ternyata bukan nomor Lailand melainkan nomor asing.
"Hp aku mati. Mereka pelit pinjemin charge. Katanya nanti aku nggak fokus sama rapat, hoamm...."
Wajah kantuk Lailand membuat Violin merasakan kasihan. Violin cemberut lalu memasang wajah sedih.
"Istri gue kangen guys, lanjut besok aja lah," ucap Lailand dan disoraki oleh teman-temannya.
"Lanjutin aja, Land. Cuma mau nyimak aja kok pembahan buat acara itu," kata Violin melihat satu-persatu teman-teman yang hadir rapat. "Atiya sama Hazwan nggak ikut?"
"Mereka mah udah keluar," sahut perempuan yang tiba-tiba nongol dari belakang Lailand.
Lailand terkejut. "Anjir lo Win bikin kaget aja!"
"Heheh ... udah sehat, Vi?" tanyanya melihat Violin.
Violin mengangguk. "Udah kok tapi sesekali masih mual."
"Hah?"
"Mual?"
Semua orang yang ada di sana terkejut karena jawaban dari Violin. Lailand menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa emang? Istri gue lagi masuk angin," tambah Lailand seraya mengusap kedua matanya.
Belakang kepala Lailand langsung disentil oleh perempuan itu. Lailand berdecak karena kesal.
"Itu bisa aja hamil, Land! Cek sana!" perintah perempuan lalu kembali ke tempat duduk.
Lailand menaikkan sebelah alisnya menatap Violin. "Hamil? Baru seminggu masa cepet banget."
"Lo aja yang kesuburan," sindir temannya yang membuat Lailand meringis.
"Berisik! Mau bicara sama istri nih. Kalian lanjut aja," ujar Lailand lalu menaruh ponsel di depannya dengan menyandarkan ponsel menggunakan botol.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLAND [TERBIT]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] * Hidup yang penuh tantangan karena kedua orang tuanya sudah pergi meninggalkan Violin Shakila sejak ia menduduki bangku SMP. Bermodalkan nekat, ia tetap berjuang melanjutkan hidup sebatang kara. I...