***
Pagi hari datang di kediaman rumah Lailand yang sekarang rumah Violin juga. Mereka tengah disibukkan oleh pekerjaan di dapur sebelum berangkat kuliah. Beberapa hari ini Violin lah yang selalu memasak makanan untuk Lailand, sehingga Lailand lebih betah berada di rumah.
Hubungan mereka kembali membaik karena Violin mencoba mengerti tentang sifat Lailand yang jauh berbeda dari yang Violin mau. Kebalikannya juga Lailand yang menerima jika masih ada lelaki yang mendekati Violin bahkan ada yang pernah melamarnya lagi. Intinya, dalam suatu hubungan harus saling memahami satu sama lain. Mempertahankan lebih baik dari melepaskan.
Aroma masakan tercium sampai keluar rumah. Dapur seakan menjadi tempat kesukaan Lailand setelah kamar. Berada di lingkup manapun yang terpenting ada Violin pasti Lailand suka. Tangan Lailand yang menganggur karena habis mencuci piring langsung membantu Violin membalik masakan.
Violin tersentak kaget karena Lailand yang berada di belakangan datang secara tiba-tiba. Violin tersenyum seraya melanjutkan membalik masakannya.
"Aura bahagianya kepancar banget, Land," kekeh Violin karena mengejek Lailand.
Lailand ikut terkekeh lalu tangannya turun untuk memeluk Violin dari belakang. "Udah dapetin kamu sepenuhnya. Tinggal tunggu hasil. Kabar-kabar ya, Beib."
Ucapan Lailand seakan penambah bumbu untuk masakan Violin yang baru saja ia cicipi. Violin tak ingin membahas beberapa hari lalu dan semalam mereka mengulangi lagi. Violin mengambil masakan menggunakan sendok lalu menyuapi Lailand.
"Rasain, enak loh," suruhnya lembut seraya menuntun sendok ke dalam mulut Lailand.
Mulutnya langsung terbuka dan mengecap masakan Violin. "Humm ... enak. Semuanya enak," goda Lailand seraya mengedipkan sebelah matanya.
Violin tertawa, "Genit!!"
Kecupan singkat mendarat di bibir Violin lalu Lailand mengambil piring untuk menyajikan masakan mereka. Setelah piring ditaruh di atas meja, kemudian Lailand duduk sambil memangku tangan. Matanya terus melihat segala pergerakan yang Violin lakukan.
Segala hal yang ada pada diri Violin seakan menarik perhatian Lailand. Dulu ia hanya sempat membayangkan dapat memeluk Violin, kini ia bebas melakukan apapun kepada Violin. Bolehkan Lailand mengira dirinya termasuk orang beruntung?
"Gu-aku mau nasi yang dingin, sisa kemarin malam," ujar Lailand terbata.
Mereka sepakat untuk menggunakan aku-kamu setelah selesainya acara pengikatan mereka berdua. Walaupun Lailand masih kaku dalam penggunaan aku-kamu tetapi Violin maklum karena Lailand terbiasa mengucapkan lo-gue.
Violin yang sempat mengambil nasi panas untuk Lailand langsung menutup rice cooker. Violin beralih mengambil nasi yang ia taruh di mangkok. Violin menghampiri Lailand dengan membawa masakan dan nasi. Terbesit keheranan yang ada pada benak Violin.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLAND [TERBIT]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] * Hidup yang penuh tantangan karena kedua orang tuanya sudah pergi meninggalkan Violin Shakila sejak ia menduduki bangku SMP. Bermodalkan nekat, ia tetap berjuang melanjutkan hidup sebatang kara. I...