Hujan mengguyur ibu kota dengan derasnya, Vanessa dan Julio sedang dalam perjalanan menujun kampus Vanessa, sementara itu Vanessa sendiri di sibukan dengan kegiatannya yaitu memasukan tas dan sepatunya ke dalam kantung plastik besar.
"Ribet," ucap Julio.
"Biarin apa, kak minjem sandal jepitnya, kan kakak di dalam mobil ini, nyeker gapapa kali, gak keliatan juga kan," ucap Vanessa.
"Et dah nyusahin mulu luh, nih, jangan sampe putus," ucap Julio.
"Iya gak bakal putus," ucap Vanessa lalu mencium punggung tangan Julio , membuka knop pitu mobil lalu membuka payungnya.
"Hati-hati lu."
"Iyaa, sasha berangkat yaa."
Dengan langkah cepat namun pasti Vanessa mulai memasuki kampus, di depan pintu utama dia menutup payungnya lalu memasukannya ke dalam plastik yang berbeda. Vanessa berjalan di sepanjang koridor, dia melihat ke arah tempat pameran, beberapa meja yang sudah dipersiapkan malah basah terkena hujan, buru-buru lah Vanessa agar dia bisa sampai di kelasnya tepat waktu.
"Hai guys," ucap Vanessa ke semua temannya namun dia hanya mendapatkan ekspresi wajah sedih.
"Kalian kenapa?" Tanya Vanessa.
"Pameran kita gagal lagi, semua lukisan yang belum kering luntur terkena air hujan tadi, termasuk lukisan lu sha," Jawab Deby.
"Haaahh," Vanessa yang terkejut bukan main, lututnya langsung lemas seketika, bagaimana bisa!!, lukisan yang dia sudah konsep berminggu-minggu, hancur dalam sekejab oleh hujan.
"Jangan nangis sha", ucap Karin ke Vanessa yang meneteskan air matanya saat Vanessa memandang lukisanya.
"Gimana gak nangis, ini gak gampang, pasti kalian juga sedih kan?" Tanya Vanessa ke semua temannya.
"Iya sha kita juga ngerti," ucap Fauzan.
Vanessa pergi meninggalkan kelas lalu berjalan ke arah toilet kampus. Saat di dalam Vanessa berdiri di depan cermin dan melihat matanya begitu merah, rasa sesak itu kembali lagi, namun Vanessa berusaha menepisnya dengan mencuci wajahnya berkali-kali.
"Udah shaa udahh gausah nangis, lu gak cengeng," ucap Vanessa lalu dia keluar dari toilet dan duduk di kursi yang tersedia di sepanjang koridor.
Tak selang beberapa lama datang Iqbaal lalu duduk di samping Vanessa.
"Mau coklat," tawar Iqbaal memberikan coklat ke Vanessa.
Vanessa malah menggeleng.
"Boneka," tawar Iqbaal lagi.
"Mana bonekanya?" Tanya Vanessa.
"Ya beli dulu, kamunya mau engga?" Tanya Iqbaal lagi.
Vanessa kembali menggeleng.
"Bapak pernah kecewa gak?" Tanya Vanessa.
"Pernah," jawab Iqbaal.
"Terus apa yang bapak lakukan?" Tanya Vanessa.
"Saya duduk bersama orang yang membuat saya nyaman, lalu saya menaruh kepala saya di pundaknya dan menceritakan semua masalah saya ke dia," jawab Iqbaal.
Vanessa menatap Iqbaal sebentar lalu mengalungkan tangannya di lengan Iqbaal, dia melakukan hal yang sama seperti yang Iqbaal ceritakan tadi, entah kenapa rasa nyaman itu muncul secara tiba-tiba.
"Pamerannya gagal, lukisan aku hancur, semuanya kacau," cerita Vanessa ke Iqbaal.
"Kok bisa?" Tanya Iqbaal terkejut.
"Saat saya masih ada di rumah, teman-teman saya bilang bahwa semua persiapan telah selesai, akhirnya saya berangkat, baru saja mobil kak Julio menjauh sedikit dari rumah tiba-tiba hujan deras datang, saya sangat khawatir, dan benar saja, semuanya kacau dan gagal, saya gatau harus apa," cerita lagi Vanessa lalu dia kembali meneteskan air matanya.
Vanessa melepas pelukannya dari tangan Iqbaal, dan Iqbaal langsung merangkul Vanessa lalu tangan yang satunya dia gunakan untuk menghapus air mata Vanessa yang menetes.
"Apa ini, Vanessa yang ceria ternyata bisa menangis, jangan menangis dong," ucap Iqbaal lembut.
Vanessa tersenyum tipis lalu dia memeluk Iqbaal erat, Iqbaal dengan cepat bisa mengembalikan moodnya, dari jauh Karin dan Deby yang melihat itu ikut merasa senang.
"Bapak udah balikin mood saya, terima kasih ya pak, bapak emang the best," ucap Vanessa.
"Iya sama-sama sayang," ucap Iqbaal terkekeh.
"Hah apa tadi sayang?" Tanya Vanessa terkejut karna Iqbaal memangilnya sayang.
"Iya sayang, emangnya kenapa?" Tanya balik Iqbaal.
"Bapak sayang saya?" Tanya Vanessa lagi.
"Banget shaaa," jawab Iqbaal.
Pipi Vanessa bersemu merah, dia menundukan kepalanya agar dia tidak menatap Iqbaal, saat Vanessa menunduk, Iqbaal malah mencium kening Vanessa lembut dan lama.
"Pak...tolong jangan buat saya pingsan lagi pliss," ucap Vanessa.
"Kan di kening, bukan bibir hehe," ucap Iqbaal terkekeh.
"Hmm iyadeh, udah ya pak saya mau kembali ke kelas, makasih waktunya pak," ucap Vanessa.
"Nanti pulang bareng ya," ucap Iqbaal.
"Okee."
Vanessa kembali berjalan sendiri di sepanjang koridor, tiba-tiba Vanessa di kejutkan oleh kedatangan Deby dan karin secara mendadak.
"Ciee sasha," ledek mereka.
"Udah ada rasa nih?" Tanya Deby.
"Apasih, ah udah yuk ke kelas," ucap Vanessa lalu menarik tangan Karin dan Deby.
~~~~~~
Votee
Maaf kalo typo
Makasih yang udah baca, vote, komen
😊
![](https://img.wattpad.com/cover/234640255-288-k416427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴹʸ ᵈᵒˢᵉⁿ ⁱˢ ᵐʸ ʰᵘˢᵇᵃⁿᵈ {End}
RomanceEND Katanya...nikah sama Dosen itu enak ya? Gw udah ngalamin dan ini enak banget sumpah, pokoknya best lah, gak sia-sia gw nikah sama Pak Iqbaal. Hehe ~Vanessa gabriela anak fakultas seni rupa High rank 🥇Rank 3 #universitas