Selamat Tinggal Lia

6.8K 304 23
                                    

Numpang Promosi duluu

Numpang Promosi duluu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yook guys, baca cerita about Alesha di akun wattpad aku yang pertama Khanaiyaandhty, udah ada Prolognya kok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yook guys, baca cerita about Alesha di akun wattpad aku yang pertama Khanaiyaandhty, udah ada Prolognya kok. Vote jangan lupa

Makasii atas perhatiannya.

🌼🌼🌼

Next ke ceritanya

Happy Reading

****

Drtt
Drtt
(Vanessa is calling)

"Hallo shaa, kamu di mana?"

"Aku di rumah sakit baal."

"Hahh, ngapain?"

"Kamu ke sini aja ya pliss."

"Oke-oke aku segera ke sana."

Terputus.

Rasa khawatir Iqbaal hilang karna akhirnya Vanessa menjawab telepon darinya. Namun yang mengejutkan adalah, kenapa tiba-tiba Vanessa ada di rumah sakit, padahal dia bilang mau ke galeri sebentar.

Iqbaal buru-buru berangkat tanpa bilang ke Twins, dia melajukan mobilnya ke arah rumah sakit, sekitar 15 menit perjalanan, akhirnya Iqbaal sampai di sana. Dari lorong menuju ruang ICU terlihat Vanessa yang tengah menunggu seseorang. Di kening Vanessa ada plester yang menempel dan di tangannya juga ada perban yang melingkar, Iqbaal yang melihatnya pun terkejut.

"Kamu kenapa sayang? Hah, kok sampe begini si shaa?!" Tanya Iqbaal panik.

"Aku gak kenapa-napa, ini luka biasa aja kok, tapi--"

"Tapi kenapa?" Tanya Iqbaal.

"Lia terluka parah," jawab Vanessa.

"Lia, koo bisa?"

"Jadi gini--"

1 jam yang lalu

Walau dalam kondisinya yang tengah mengandung, Vanessa masih saja tidak mau diam. Dia tidak bisa hanya duduk, berbaring saja, rasanya kakinya merasa pegal kalau tidak ada kegiatan. Iqbaal masih mandi di atas sementara Twins sedang berenang di kolam renang taman belakang. Vanessa berpikir, apa yang harus dia lakukan untuk mengusir kebosanan.

"Iqbaaaaal, sayang, aku ke Galeri yaaa," pekik Vanessa yang ingin memberi tahu Iqbaal saja.

Belum di jawab sama sekali oleh Iqbaal, Vanessa langsung saja mengambil kunci mobil dan melajukan mobilnya menuju ke galeri. Jalanan di pagi ini masih sangat sepi itu sangat memudahkan Vanessa untuk fokus. Berbelok ke tempat parkir khusus toko dan para pengunjung, Vanessa memarkirkan mobilnya di tempat biasa persis di samping mobil milik karin.

Baru saja dia ingin keluar dari mobil, Vanessa melihat Nichol yang baru juga sampai.

"Nichool," panggil Vanessa.

"Eehh sha."

"Yok bareng."

"Ayolah."

Di galeri Vanessa hanya sekedar melihat-lihat, lalu seperti biasa dia mampir ke cafe untuk membeli boba.

"Aduhh, enak banget By," ucap Vanessa.

"Yaa lu mah emang doyannya Boba," ucap Deby tertawa.

"Haha, gimana-gimana, udah ada tanda-tanda hamil?" Tanya Vanessa.

"Gatau nih, gue lagi nungguin banget, Arnold juga gak sabar," jawab Deby.

"Tungguin aja, gue doain secepatnya," ucap Vanessa.

"Aaminn, ehh itu si Lia gimana?" Tanya Deby.

"Gue gatau dia mana, Iqbaal juga sama," jawab Vanessa.

"Semoga gak buat macem-macem dehh tuu," ucap Deby.

Vanessa tersenyum.

Selesai dari Galeri, Vanessa berjalan sendiri menuju parkiran, serasa sepi Vanessa pun menyebrang perlahan, tapi tidak di sangka tiba-tiba datang mobil yang mengebut, Vanessa tersontak kaget.

"Vanessaaa awaaaasss."

Brukkkk.

"Akhss, sakit, yaampun, Liaa!!"

Mobil yang tadi menabrak Lia sudah kabur, Lia tergeletak di aspal dengan darah yang mengalir dari belakang kepalanya, Lia sudah tidak sadarkan diri. Vanessa panik bukan main, perlaha  Vanessa membangunkan Lia, banyak sekali darah yang menempel di tangannya, tapi Vanessa tidak peduli, dia menuntun Lia menuju mobil lalu melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

"Aku takut banget baal, aku takut dia kenapa-napa," ucap Vanessa meneteskan air matanya, Iqbaal yang melihat itu pun langsung memeluknya.

"Berdoa aja semoga Lia baik-baik aja," ucap Iqbaal.

"Aamiin."

"Oh iya, bayi kita gak papa?" Tanya Iqbaal.

"Gapapa kok, dia kuat," jawab Vanessa tersenyum, dan Iqbaal pun mengecup singkat kening Vanessa.

Dokter keluar dari ruangan, beserta perawat yang membawa brankar, di atas brankar itu pasti adalah Lia, tapi ada kain putih yang menyelimuti tubuhnya. Vanessa menutup mulutnya terkejut, sementara Iqbaal, dia benar-benar tidak percaya akan hal ini.

"Maaf pak, buk, dia tidak bisa kami selamatkan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi karna penyakut hemofilia yang dia derita membuat dia kehilangan banyak darah, nyawanya pun tidak bisa tertolong," ucap Dokter itu.

"Inalillahi wa inalillahi rojiun," ucap Iqbaal dan Vanessa bersamaan.

"Maafin aku Lia," ucap Vanessa menangis.

"Engga sha kamu gak salah, udah yaa gausah nangis," ucap Iqbaal sambil memeluk Vanessa.

"Aku salah baal."

"Engga shaa, yang nabrak Lia yang salah, bukan kamu."

Tangisan Vanessa makin terisak, Iqbaal juga sedih dengan hal ini, tapi dia tidak sehancur dulu. Iqbaal berdoa untuk Lia, Iqbaal berharap, Lia menemukan kebahagiaannya di alam sana.

Kini, pemakaman Lia benar-benar terlaksana, teman-teman Iqbaal dan Vanessa juga turut hadir di pemakaman ini. Karna keluarga Lia tidak menerimanya lagi, jadi Iqbaal dan Vanessa lah yang mengurus pemakaman Lia.

"Gue ikut prihatin baal," ucap Omara.

"Iya Mar."

"Gue gak ngerti lagi sama keluarganya, tega ya," ucap Deby.

Iqbaal tersenyum. "Ya gitu deh By."

"Udah yuk kita pulang, udah mau hujan," ajak Nichol.

"Iya ayo kita pulang."

"Kami pamit ya Lia, Assalamualaikum," ucap Vanessa dan mereka semua berlalu pergi meninggalkan pemakaman ini.

***

Holla, maaf banget baru up
Aku keasikan nonton You tube kalo malem sampe lupa buat ngetik ini cerita

Vote ya guys jangan lupa
Maaf kalo typo

Baca cerita aku yang baru yaa jangan lupa, wajib vote, masih sepi bgt:(

See you👋

ᴹʸ ᵈᵒˢᵉⁿ ⁱˢ ᵐʸ ʰᵘˢᵇᵃⁿᵈ {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang