please don't tell!

5.4K 321 8
                                    

Hari ini di mana Vanessa harus kembali di tinggal oleh Iqbaal ke luar kota, di mana Ayah Iqbaal mengajak Iqbaal ke Surabaya untuk perwakilan menggantikan harun pamannya Iqbaal yang tidak bisa datang ke acara pernikahan ponakan Iqbaal. Karna Vanessa kali ini mengandung di Usia 4 bulan jadi Vanessa tidak boleh melakukan perjalanan jauh kali ini.

"Jagain twins ya, kamu juga jaga diri, ke galeri aja kalo bosen, kalo takut tidur sendiri ke rumah mamah, nanti aku chat kok kalo udah sampe, makannya di jaga, minum susu jangan lupa, buahnya makan, terus...."

"Minum vitaminnya juga," ucap Vanessa yang sudah hapal apa yang ingin Iqbaal ucapkan padanya.

"Nah itu pinter," ucap Iqbaal terkekeh.

Sebelum berangkat Iqbaal berlutut terlebih dahulu dj hadapan Vanessa lalu dia menempelkan telinganya di perut Vanessa, awalnya Iqbaal hanya mengelus, namun lama kelamaan dia memainkan perut Vanessa dengan hidung kadang juga menciumnya.

"Geli baal," ucap Vanessa tertawa.

"Masih di dalem aja gemes, apalagi udah lahir nanti," ucap Iqbaal dan dia kembali bangkit.

"Sabar hehe," ucap Vanessa.

"Oiya mau oleh-oleh apa?" Tanya Iqbaal.

"Rambut nenek," jawab Vanessa.

"Hah apaan itu?" Tanya Iqbaal lagi.

"Cari di Google," jawab Vanessa.

Iqbaal tertawa saat dia baru saja selesai mencari apa itu rambut nenek di google, dia tidak menyangka bahwa rambut nenek yang dibilanh Vanessa ternyata hanya sebuah kerupuk pink yang sangat tipis dan dintengahnya ada gula kapas.

"Rambut nenek dari mananya?" Tanya Iqbaal.

"Bodo baal, dah sana berangkat," ucap Vanessa.

"Ngusir , nih ya," ucap Iqbaal.

"Engga ngusir, nanti Ayah tungguin," ucap Vanessa.

"Baik, baik, inget jaga diri, kalau ada apa-apa telepon jangan diem aja ya," ucap Iqbaal.

"Iya baal, tenang aja kok gak akan terjadi apa-apa, semoga perjalanannya lancar, satu rambut nenek jangan lupa," ucap Vanessa lalu memeluk Iqbaal erat walau sdikit terhalang perutnya.

"Yaudah aku berangkat ya," ucap Iqbaal lalu mencium kening Vanessa lembut.

"Dadah."

"Daaah."

Iqbaal mulai masuk ke dalam mobil miliknya, namun sebelum itu dia membuka kaca mobil terlebih dahulu lalu dia melambaikan tangannya ke Vanessa, Vanessa membalas lambaian tangan Iqbaal.

"Miss you," ucap Iqbaal.

"Miss you too," balas Vanessa dan Iqbaal pun melaju pergi meninggalkan rumah ini.

~

Kesibukan Vanessa dimulai, masuk ke dalam toko dia tidak menemui siapa-siapa di sana, hanya suasana sepi dan televisi yang menyala di ruang khusus mereka berkumpul, pergi ke gudang, banyak sekalo barang yang sudah habis di jual. Masuk kembali ke dalam ruangannya, dia menemukan buku besar catatan hasil pengeluaran dan pemasukan.

"Waah omset bulan ini sangat bagus," ucap Vanessa lalu dia kembali menutup buku itu dan kembali ke luar.

"Ehh Angga, gak kuliah?" Tanya Vanessa.

"Engga sha, kelas aku nanti siang," jawab Angga.

"Owh, btw yang lain kemana ya?" Tanya Vanessa.

"Mereka lagi anter barang," jawab Angga.

Vanessa mengangguk paham, dia mengambil kemoceng lalu membersihkan semuanya dari lukisan, meja, tempat pengait pakaian, Vanessa terfokus pada salah satu lukisan yang ada di bagian atas, lukisan itu terlihat miring, saat Vanessa ingin meminta tolong pada Angga namun Angga tidak ada di sana, akhirnya Vanessa berinisiatif untuk naik ke atas kursi dengan perlahan lalu dia mulai membetulkan posisi lukisan itu.

"Perfect," ucap Vanessa.

Vanessa perlahan turun, namun saat dia ingin turun matanya malah terfokus oleh Deby, Nichol dan Fauzan yang baru sampai, tiba-tiba kursi yang dia gunakan sebagai pegangannya oleng.

Brakkk

"Awssss, aakhhh."

"Vanessaaaa," ucap Angga saat dia melihat Vanessa sudah terjatuh di lantai dengan kursi yang menimpa kakinya.

"Angga, tolonghh," ucap Vanessa.

Dengan sigap Angga langsung mengendong Vanessa dan tanpa pikir panjang dia berjalan keluar galeri dan saat itu juga dia berpapasan dengan Deby, Nichol dan Fauzan, mereka yang melihat Vanessa tengah kesakitan pun terkejut, Deby langsung mengunci memasang tanda close lalu mengunci Galeri dan dia pun menyusul Angga dan Vanessa yang sudah jauh berjalan mendahuluinya.

Sampainya di rumah sakit, Vanessa langsung di tangani oleh pihak medis, salah satu dari mereka tidak ada yang berinisiatif untuk menelpon Iqbaal, bukan apa-apa mereka takut Iqbaal menjadi khawatir dan perjalanan ke surabayanya menjadi terganggu bila mereka memberi tahu kabar ini.

Ceklekk

"Gimana dok?" Tanya Deby.

"Alhamdulillah ketiganya baik-baik saja, namun bu Vanessa harus di rawat inap sementara untuk mengurangi syok, dan nyeri di bagian kakinya," jawab Dokter itu.

"Hufhh syukurlah," ucap mereka berbarengan.

"Apa salah satu dari mas-mas ini suaminya?" Tanya Dokter lagi.

"Engga dok, suaminya sedang melakukan perjalanan ke surabaya," jawab Angga.

Dokter itu mengangguk paham, dari ruang pemeriksaan Vanessa langsung di pindahkan ke ruang rawat inap, Vanessa masih terlihat sangat syok, bahkan terlihat kakinya yang agak memar.

"Shaa, gw telepon suami lo ya," ucap Deby.

"Jangan by, gw gamau buat dia khawatir," ucap Vanessa.

"Tapi gw takut pas besok dia pulang terus liat keadaan lo yang kaya gini, aaah lu tau kan suami lu gimana," ucap Nichol.

"Tapi gw gamau kasih tau dia," ucap Vanessa.

Ketiganya terdiam.

"Pliss ya," ucap Vanessa lalu mereka bertiga mengangguk paham dan Vanessa tersenyum.

~~~~~~

Vote ya guys
Maaf kalo typo

ᴹʸ ᵈᵒˢᵉⁿ ⁱˢ ᵐʸ ʰᵘˢᵇᵃⁿᵈ {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang