M i r e l e n
[PROLOG]
||||||
"HEI! JANGAN LARI KAMU ANAK NAKAL!!"
Seorang gadis merampas tas sekolahnya dan dengan cepat kilat melesat lari dari warung tersebut. Namun sebelum itu ia masih sempat sempatnya mencomot roti yang dijual di warung hingga membuat emosi si penjual tambah tersulut.
"EL! Anak Dajjal. Saya bilangin papi kamu baru tau rasa!" Wanita paruh baya dengan teflon di tangannya itu terus mengeluarkan sumpah serapahnya yang ditunjukkan kepada si gadis yang baru saja lari setelah ia tak membayar semua makanan yang dimakannya.
Disisi lain, Gadis bernama Mirele itu masuk ke dalam taksi yang diberhentikannya di tengah jalan.
"SMA Dewara pak," Ujarnya ngos ngosan.
Supir taksi itu mengangkat jempol, melajukan kendaraannya menuju tempat tujuan si penumpang.
"Gila. Untung gue gercep," Mirele membuka ikat rambutnya. Kemudian membuka jaket kulit dan meletakkannya di kursi sebelah.
Mirele mengobrak abrik isi tas sekolahnya, mengeluarkan liptint berwarna merah gelap di sana lalu memoleskannya tepat diatas bibirnya.
Beberapa menit kemudian supir taksi memberhentikan mobilnya di depan gerbang SMA Dewara. Usai membayar ongkos taksi, Mirele keluar dari dalam mobil dengan penampilan lebih rapi dari sebelumnya.
Kedatangannya selalu menjadi pusat perhatian dan buah bibir dari murid murid lainnya. Mirele melangkah dengan santai, dengan pandangan datar khas dirinya.
Gadis itu lebih memilih memasangkan earphone di kedua telinganya, mendengarkan lagu yang menjadi favoritnya akhir akhir ini.
Bertepatan dengan Mirele yang masih melangkah santai melewati halaman depan sekolah, karena terlalu fokus dengan dunianya, ia sampai tidak menyadari ada motor yang mendekat ke arahnya.
"WOY!! AWAS ITU ADA MOTOR WOY!"
Si pengendara motor semakin dekat. Mirele menoleh ke samping, gadis itu membulatkan mata shock saat mendapati motor itu melintasi dirinya yang tengah berdiri mematung.
"YAHHH KESREMPET."
"Shitttt!!" Mirele jatuh terduduk di tanah, gadis itu melihat ke arah lengannya yang terasa sakit. Saat ia cek, ada luka goresan akibat bergesekan dengan beton tempatnya terjatuh. Mirele mengeram tertahan,
"WOY ANJING!" Is murka. Gadis itu segera berdiri. tak memperdulikan ponselnya yang retak di bagian layar "LO BUTA ATAU EMANG GA PUNYA MATA HAH? GAK LIAT ORANG SEGEDE GUE LAGI NGELINTAS?" Mirele mendekat ke arah si pengendara motor yang memarkirkan motornya di parkiran khusus.
Gadis itu memandang marah ke arah pengendara motor yang masih mengenakan helm fullface itu. Murid murid lain memperhatikan langkah Mirele seperti menonton sebuah film.
Setelah tiba di dekat pengendara motor yang menyerempetnya tadi, Mirele langsung menendang ban motor orang tersebut.
"Anjing sakit." Mirele meraba kaki kanannya yang berbalut sepatu putih.
Si pengendara masih setia diam. Orang itu belum membuka helm nya. Mirele kembali memukul jok motor orang itu karena kesal.
"UDAH BUTA, PAKEK HELM LAGI. LO GAK LIAT GUE LAGI MELINTAS? PERLU GUE ISI PAPAN PERINGATAN? HALAMAN INI LUAS LOH, LO KAYAK SENGAJA BANGET NYEREMPET GUE." Murka Mirele.
Pengendara motor itu membuka helm fullface yang sejak tadi menutupi wajahnya. Mirele sedikit terkejut saat melihat rupa orang itu.
Galen Arvind. Siapa yang tak kenal dia di sekolah ini? Mirele tentu saja mengenal Galen. Kakak kelasnya yang dipuja teman teman sekelasnya.
"Udah?" Tanya Galen datar.
Mirele rasanya ingin sekali mencekik leher cowok itu sekarang juga.
"Ganteng sih, tapi hobinya cari masalah." Ucap Mirele angkuh.
Galen tak memperdulikan gadis itu. Cowok itu meletakkan helm di atas motornya lalu hendak melangkah sebelum akhirnya tas hitamnya ditarik kasar oleh gadis cerewet itu.
"Tanggung jawab dong! Tangan gue luka."
"Lo masih punya tangan yang lainnya buat ngobatin."
"Ngeselin banget sih! Gak bertanggung jawab. udah nyerempet gue, sok gak bersalah lagi."
Galen menatap gadis itu tajam.
"Apa?! Mau gelut sama gue? Sini!" Mirele mengambil ancang ancang dengan jurusnya. Sementara Galen menatap itu tak minat. Menurutnya meladeni gadis itu sama saja dengan membuang waktu berharganya.
"Sini. Gelut sama gue. Jangan mentang mentang lo ganteng ya gue akan biarin lo lepas gitu aja. Gue bukan cewek kayak gitu. Mau lo ganteng sedunia kek gue gak peduli!"
"Apa mau lo?" Tanya Galen akhirnya.
"Mau gue? Mau gue lo obatin luka gue sekarang juga."
Galen langsung saja menarik tangan gadis itu tiba tiba. Mirele merutuk dalam hati. Tangannya masih sakit woy! Ditarik begitu kan perih.
"Babi. Tangan gue—"
"Diem." Galen menatap tajam ke arah Mirele yang seketika membuat gadis cerewet itu langsung terdiam.
MIRELE LUCREZIA
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirélen [END]
Teen FictionKisah mereka dimulai ketika Mirele dipertemukan dengan Galen, kakak kelas yang menabraknya di halaman sekolah. Galen itu warna baru bagi Mirele, sementara Mirele itu kepingan puzzle bagi Galen. Keduanya seperti dua ujung tali berbeda yang disambung...