BAB 2

30.9K 2.4K 19
                                    

°Zira's Brothers & Daddy°

Di kediaman Reihand.

Reihand memarkirkan mobilnya di garasi setelah sampai. Ia segera masuk ke dalam mansion yang terlihat sepi itu. Mansion itu hanya ditempati oleh beberapa bodyguard dan maid saja.

Reihand memiliki dua orang putra. Andara Sean Renard, anak pertama Reihand yang sekarang berumur 20 tahun. Saat ini, Andara masih kuliah di semester terakhir. Andara juga membantu Reihand dalam mengurus perusahaan. Kinerjanya yang cukup baik, membuat Reihand mempercayakan beberapa urusan perusahaan kepada Andara.

Andara memiliki sikap yang terkesan cuek dan tidak peduli. Ia jarang ingin mencampuri urusan orang lain, yang menurutnya akan menambah beban saja.

Andro Seon Renard, anak bungsu Reihand yang sekarang berusia 18 tahun. Saat ini, ia berada di jenjang akhir, yaitu SMA kelas 12. Sama seperti Andara, Andro juga memiliki sikap yang terbilang cuek. Hanya saja, sikap cueknya tidak separah kakaknya itu. 

Saat ini, Andro sedang melanjutkan pendidikannya di Lampung, kampung halaman dari mantan istri Reihand. Sedangkan Reihand dan Andara, mereka mengurus perusahaan yang ada di Bandung.

Reihand dan mantan istrinya cerai dalam keadaan baik-baik. Andara dan Andro pada awalnya tidak menyetujui keputusan itu. Mereka berdua pada awalnya marah ketika mendengar alasan yang diberikan mami mereka ketika bercerai.

Mami mereka mengatakan bahwa Papi mereka terlalu sibuk bekerja, sehingga mami mereka merasa kesepian. Padahal, papi mereka kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mami mereka juga mengatakan bahwa ia sudah tidak mencintai papi mereka lagi.

Reihand pada awalnya sudah membujuk mantan istrinya agar berbincang dengan baik sebelum memberikan keputusan itu. Tetapi, mantan istrinya itu menolak dengan tegas.

Reihand akhirnya pasrah menerima keputusan itu setelah berpikir cukup lama. Sesuatu yang dipaksakan tidak akan membuahkan hasil yang baik, bukan? Itu yang ia pikirkan. Akhirnya Reihand setuju untuk bercerai.

Pada saat itu, Reihand masih tinggal di London. Sedangkan mantan istrinya memilih untuk pulang ke Indonesia, tepatnya Lampung.

Pada saat pertama kali setelah perceraian itu, Andara dan Andro tidak bisa menerima keputusan itu dengan baik. Tapi perlahan-lahan mereka mulai membiasakan diri untuk menerimanya. Mereka berdua yang mulai berpikir dewasa, mengetahui bahwa meskipun dipaksakan, hubungan itu tidak akan berjalan dengan baik. Bahkan dapat menambah masalah. Hingga pada akhirnya, mereka terbiasa dan mulai menerima semuanya.

Andara dan Andro selalu mengunjungi papi dan mami mereka secara bergantian. Reihand dan mantan istrinya tidak memaksa anak mereka untuk memilih mengikuti salah satu diantara mereka. Reihand memberikan kebebasan bagi anak-anaknya untuk mengunjunginya serta mantan istrinya secara bergantian sesuai dengan keinginan anak-anaknya.

Reihand masuk ke dalam mansion. Ia merasa haus. Ia segera ke dapur untuk mengambil minum. Ketika sampai di dapur, ia melihat anak pertamanya -Andara- sedang menyeduh kopi.

"Papi pulang kok malam banget?" tanya Andara setelah mendapati papinya yang sudah pulang.

"Hm? Oh, papi tadi ke panti asuhan. Papi jenguk anak-anak sebentar." jawab Reihand sambil menuangkan air mineral ke dalam gelas.

"Panti asuhan?" beo Andara yang terlihat bingung.

"Iya, panti asuhan yang papi ambil alih. Perusahan yang dulunya pernah kerja sama dengan perusahaan papi, bangkrut. Donatur di panti asuhan itu perlahan berkurang, jadi papi yang menggantikannya." ujar Reihand.

"Kamu mungkin belum tau tentang panti itu, tapi papi rasa Andro ingat tentang panti itu. Papi sering bawa Andro berkunjung ke panti itu dulu." lanjut Reihand.

Andara mengangguk-anggukkan kepalanya setelah mendengarkan penjelasan papinya. Ia segera duduk di meja makan sambil menikmati kopinya. Reihand yang melihat anaknya itu ikut serta duduk di meja makan berhadapan dengan anaknya.

"Di panti itu, papi ketemu banyak anak-anak." ucap Reihand memulai pembicaraan.

Andara yang awalanya menunduk menatap kopi miliknya, mengangkat kepalanya, menatap Reihand yang mengajaknya berbicara.

"Ada satu remaja perempuan, namanya Zira. Umurnya 16 tahun." lanjut Reihand.

"Dulu, setiap papi ke Indonesia, sebelum kita pindah dan menetap di sini, papi selalu datang ke Panti itu. Setiap papi datang, anak-anak yang ada di panti selalu berganti. Beberapa dari mereka ada yang udah diadopsi."

"Tapi sejak dulu setiap kali papi datang, papi selalu ketemu dia. Bahkan sampai pada akhirnya papi jadi kenal dan dekat sama dia. Papi pernah coba tanya sama pengurus panti, tapi pengurus panti menjawab kalau Zira selalu menolak setiap orang yang berusaha mengadopsinya."

"Papi di sini cuman mau bilang, kalau papi tertarik untuk mengadopsi Zira." ungkap Reihand.

Andara yang sejak tadi mendengarkan cerita papinya dengan baik, merespon dengan menaikkan sebelah alisnya. Reihand yang mengerti maksud dari anaknya, segera lanjut menjelaskan.

"Papi sayang sama Zira, jadi papi kepikiran untuk mengadopsi Zira. Papi juga mikir, selama ini papi dan kamu cuman berdua di sini, mungkin kita bertiga kalau Andro datang."

"Suasana di sini cukup sepi juga. Setidaknya kalau ada Zira, kita bisa sedikit mencairkan suasana. Papi juga udah kasih tau ke Zira tentang rencana papi, tapi Zira belum ngasih jawabannya ke papi."

"Jadi di sini, papi mau nanya sama kamu. Seandainya... seandainya kalau Zira menerima penawaran papi, kamu keberatan?" tanya Reihand memastikan.

Andara menatap lekat mata papinya. Ia tahu papinya merasa kesepian. Ia juga tahu, bahwa kali ini keinginan papinya sangat besar. Papinya benar-benar serius kali ini.

Andara menghela nafas pelan. "Kenapa papi mau mengadopsi dia?" tanya Andara.

"Papi cuman mau ngerasain punya anak perempuan. Kamu juga tau kan, papi dari dulu pengen punya anak perempuan. Kamu juga tau, dulu Andro pernah bilang kalau dia mau punya adik perempuan, tapi kita gak bisa penuhi itu." ujar Reihand dengan lesu.

"Jadi papi beneran mau ngadopsi anak itu?" tanya Andara yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Reihand.

Setelah berpikir cukup lama, Andara membetulkan pernyataan papinya. Ia tahu kalau maminya tidak bisa memiliki anak lagi sejak melahirkan adiknya, Andro. Andro dulunya sering merengek meminta adik perempuan pada maminya untuk dijadikan teman mainnya. bukan hanya Andro, Andara juga sempat berpikir untuk memiliki adik perempuan.

Namun sejak ia mulai mengerti keadaan maminya yang tidak dapat hamil kembali, ia lebih memilih untuk memendam keinginannya. Andara juga mengerti seberapa besar keinginan papinya untuk memiliki seorang putri.

"Sean ikut keputusan papi aja. Kalau papi betul-betul menginginkannya, Sean enggak keberatan." Jawab Andara. "Kalau papi bahagia, Sean ikut senang juga."

"Gak ada salahnya juga kita nambah anggota keluarga, supaya mansion ini nggak terlalu kelihatan sepi." imbuhnya lagi.

Reihand tersenyum mendengar penuturan anaknya. Dalam hati ia juga merasa bahagia. Setidaknya, anak pertamanya menerima keputusannya dengan baik. Reihand juga berharap, setelah ini Zira mau menerima kehadirannya.

.
.
.
TBC

Stefanie.

Zira's Brothers & DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang