°Zira's Brothers & Daddy°
Flashback..
"Ommy, es klim! Es klim! Itu, itu!!" pinta anak berumur tiga tahun itu, dengan tangan menunjuk-nunjuk ke arah toko es krim.
"Zizi mau es krim itu?" tanya perempuan itu.
Zira menganggukkan kepalanya dengan antusias dan jangan lupakan matanya yang berbinar.
"Yaudah, kita beli sekarang, ya," kata perempuan itu pada Zira yang berada digendongannya.
Perempuan itu segera mendatangi toko es krim yang diinginkan Zira. Ia memesan satu es krim rasa cokelat untuk anaknya.
"Enak?" tanya perempuan itu melihat anaknya yang menyantap es kirm dengan lahap.
"Enak, Ommy! Ommy mau?" tanya Zira sambil mengarahkan es krimnya pada perempuan itu, bermaksud menawarkan.
"Enggak, Zizi makan aja. Mommy udah kenyang, kok," tolak perempuan itu dengan halus.
Zira kembali melanjutkan kegiatannya memakan es krim.
Perempuan itu mengawasi Zira, sambil beberapa kali melirik ke arah jalanan. Perempuan itu melihat seorang nenek sedang kesusahan ketika ingin menyebrang.
Ia melirik Zira sejenak. Ia melihat Zira yang masih terfokus dengan es krim ditangannya. Ia memutuskan untuk meninggalkan Zira sebentar, menolong nenek itu.
"Zizi, mommy ke sana sebentar. Zizi tetap duduk manis di sini, ok?"
Zira mengangkat ibu jarinya, menandakan ia setuju.
Perempuan itu segera menghampiri nenek itu. "Nek, mari saya bantu." Perempuan itu langsung menuntun langkah nenek itu menyeberangi jalan besar.
"Makasih, ya, nak."
"Sama-sama, nek. Saya pamit dulu," balas perempuan itu.
Perempuan itu berbalik dan meninggalkan nenek itu. Ia tersenyum ketika matanya saling bertatapan dengan Zira yang sedang memandangnya juga.
"Tunggu Mommy di sana!" serunya meskipun ia tau bahwa Zira tidak akan mendengarkannya.
Ia berusaha menyeberangi jalan ketika jalanan terlihat sepi. Baru saja berjalan beberapa langkah, tiba-tiba sebuah mobil melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi.
Brakk
Perempuan itu tidak sempat mengelak. Tubuh perempuan itu tertabrak, hingga terlempar cukup jauh.
Darah berceceran membanjiri aspal. Bagian perut perempuan itu terkoyak, hingga bagian dalam organ tubuhnya sedikit terlihat. Kepalanya juga mengalami pendarahan yang cukup banyak. Detak jantungnya mulai melemah secara perlahan, hingga akhirnya berhenti berdetak. Mata perempuan itu tertutup.
Semua yang ada di tempat kejadian itu terkejut. Salah satu di antara mereka yang menyaksikan kejadian itu segera menghubungi ambulance.
Zira melihat semua kejadian itu tanpa terlewatkan sedikitpun. Es krim di tangannya telah jatuh sejak tadi. Ia menatap kejadian itu dalam diam tanpa ekspresi. Ia tidak mengerti apa yang terjadi di depannya. Yang ia lihat sekarang, hanya Mommy-nya yang tertidur di jalan dengan air yang bewarna merah pekat begitu banyak menggenang di sana.
Ia menatap kosong—terlalu terkejut mendengar suara tabrakan itu yang begitu kuat.
Karena usianya yang masih terlalu kecil, ia tidak dapat mengingat kejadian itu. Namun, satu fakta yang tidak dapat dipungkiri. Mungkin ia melupakan kejadian itu dalam ingatannya. Tapi, tubuh dan respon dari otaknya tidak akan pernah melupakan itu—menciptakan rasa takut dan trauma yang tidak ia sadari sama sekali sebagai bentuk pertahanan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zira's Brothers & Daddy
Teen FictionKisah Zira, bersama ketiga 'ayahnya' dan juga para abangnya dari ketiga keluarga 'ayahnya' itu. -------- Zira Wieny Anastasya, seorang gadis remaja berumur 16 tahun yang kehilangan mommy-nya sejak kecil, sehingga Zira dirawat oleh bunda panti hingga...