BAB 18

20.3K 1.6K 154
                                    

°Zira's Brothers & Daddy°

HAPPY READING!!
.
.
.

"Gila!"

"Apa-apaan lo?!" bentak Reza marah.

Reza menatap Andro dengan tajam lalu menarik Zira agar segera turun dari pangkuan Andro. Ia tidak rela bibir suci milik adiknya yang masih polos itu ternodai.

"Aku? Nyium Zizi dong!" balas Andro santai.

"Andro!" peringat Reihand kesal melihat kelakuan anaknya itu.

Plak

Andara memukul kepala Andro dengan kuat, "Cium gak di bibir Zizi juga, Andro!" geram Andara tidak suka. Bagaimana bisa adiknya itu mencium Zira dengan seenaknya.

"Kenapa emangnya, kak? Lagian nyium bibir itu biasa aja kan?!" balas Andro tidak terima.

"Biasa gimana hah?! Main nyosor aja kamu sama anak saya!" sentak Albert marah.

"Andro! jangan bawa budaya luar! Ini bukan di luar negri!" peringat Reihand.

Andro dan Andara sudah menetap di London cukup lama. Karena itu, Andro dan Andara sudah terbiasa dengan budaya luar. Hanya saja, Andara lebih cepat beradaptasi dengan budaya di sini dibandingkan Andro yang masih sulit beradaptasi dengan budaya di sini meskipun sudah cukup lama berada di sini.

Sedangkan Albert dan keluarganya, merupakan orang asli Indonesia. Sehingga mereka belum terbiasa melihat Andro yang mencium Zira tepat di bibir secara tiba-tiba dengan status mereka yang hanya sekadar adik-kakak, terlebih lagi bukan kandung.

"Hufftt, iya iya," dumel Andro pasrah mendengar ceramahan mereka.

Zira sejak tadi berdiri di sebelah Reza menatap mereka semua tidak mengerti, dengan keadaan tangannya yang masih digenggam erat oleh Reza.

"Kenapa papi, om, abang, kak Reza marah sama kak Aro?" tanyanya bingung.

"Lagian kak Aro juga udah sering nyium Zizi kok! Kak Aro bilang itu tandanya sayang!" jelas Zira dengan polosnya sambil mengerjap- ngerjapkan matanya.

Semua yang ada di ruangan itu kembali melotot, menatap Zira tidak percaya.

"Mampus! Kenapa harus dikasih tau juga Zizi?!" batin Andro kesal mendengar ucapan Zira yang terlalu jujur.

Sering?!

"Shit!" umpat Ryan geram mendengar pengakuan Zira. Tadinya, ia masih bisa menahan keinginannya untuk melenyapkan bocah yang ada di depannya itu. Tapi sekarang, sepertinya ia tidak bisa menahannya lagi.

Ryan segera bangkit berdiri, menarik tangan Zira, lalu membawa Zira ke kamarnya yang berada di lantai tiga.

"Lo mau bawa Zizi ke mana?!" tanya Andara.

Ryan tidak memperdulikan ocehan Andara. Ia tetap melanjutkan langkahnya begitu saja. Zira hanya pasrah ketika tangannya ditarik oleh Ryan. Ia tidak memiliki keberanian untuk melawan ataupun bertanya pada Ryan.

Menurutnya, ekspresi Ryan sekarang itu mirip karakter singa galak yang pernah muncul di tv yang ia tonton. Terlalu mengerikan.

 Terlalu mengerikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zira's Brothers & DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang