BAB 17

23K 1.7K 286
                                    

°Zira's Brothers & Daddy°

⚠️ Adegan kekerasan, kasar.⚠️

HAPPY READING!
.
.
.

"Siap dengan hadiah utamanya, Ana?"

"Ah, sepertinya aku harus memberitahu apa aja kesalahan yang telah Ana perbuat," orang itu melepaskan cengkraman tangannya dari leher Zira.

Zira langsung menghirup udara dengan rakus. Zira tidak menatap mata orang itu, ia tidak memiliki nyali untuk melakukannya. Air matanya terus mengalir deras meskipun ia telah mencoba menahannya.

"Pertama, kamu ngelanggar peraturan yang telah kubuat. Jangan pernah dekat apalagi dengan beraninya Ana memberikan mereka rasa sayang. Mereka itu cuman orang asing!"

"Aku udah pernah bilang, Ana. Jangan melakukan apapun yang bukan perintahku! Satu-satunya orang yang boleh kamu dekati dan kamu tanamkan rasa sayang itu, cuman aku, Ana!" sentak orang itu.

"Dulu, kamu itu anak yang paling penurut, tapi kenapa semenjak mereka hadir kamu jadi mulai berani membangkang, hmm? Mana Ana yang penurut itu?"

"Makin lama, Ana udah mulai berani berontak. Siapa yang udah ngajarin kamu, huh?! Anak yang nakal harus dikasih hadiah bukan?"

"J--jangan hukum Ana lagi, Ana m--minta maaf," mohon Zira.

"Ana gak bakal dihukum sekarang, tapi Ana bakal dapat hadiah kecil," ujar orang itu langsung saja menarik tangan Zira dengan kasar membawanya masuk ke dalam kamar mandi.

Zira hanya pasrah mengikuti orang itu. Ia tau sebesar apapun usahanya untuk melawan orang itu, ia tidak akan pernah bisa lepas dari orang itu.

Sebelum masuk, orang itu mengambil gelas kaca yang berada di atas nakas dan mengunci pintu kamar mandi dari dalam.

Ia mendorong Zira hingga jatuh terduduk di lantai kamar mandi. Ia membanting gelas itu ke lantai hingga pecah, lalu mengambil salah satu pecahan kaca yang paling tajam. Ia menyudutkan Zira ke tembok untuk mempermudah aksinya.

"Jangan teriak. Dan aku tidak mau mendengar sedikitpun suara yang keluar dari mulut kamu, Ana." perintahnya.

Orang itu segera mengangkat kaki Zira sedikit ke atas, mengarahkan ujung pecahan kaca itu lalu mancapkannya ke telapak kaki Zira.

"Akhh!"

"DIAM ANA!" bentak orang itu. "Aku udah bilang jangan bersuara sedikitpun!" geramnya marah.

Orang itu mengukir tulisan Ana'x pada telapak kaki Zira. Ia memperdalam sayatan itu sebagai hukuman bagi Zira yang melanggar perintahnya.

Zira membekap mulutnya menggunakan sebelah tangannya. Sesekali ia menggigit telapak tangannya mencegah teriakan yang akan keluar dari mulutnya. Ia meremas kuat baju yang ia pakai sekarang menggunakan sebelah tangannya lagi untuk melampiaskan rasa sakitnya. Air matanya terus menerus  mengalir, tubuhnya gemetaran.

"Selesai! Karya yang cantik!" ucap orang itu sambil tersenyum lebar, lalu melempar sembarangan pecahan kaca itu.

Zira menatap orang itu dengan pandangan mata yang sayu, nafas terengah-engah, air mata yang terus mengalir dengan deras. Zira tidak percaya, orang itu masih bisa tertawa setelah dengan kejamnya menyakitinya tanpa rasa bersalah.

"Sekarang Ana sadar apa yang harus Ana lakuin? Ana harus menjauh dari mereka semua. Ana itu harusnya hidup sendiri selamanya. Ana itu gak pantas  bahagia apalagi sama mereka, ngerti?"

Zira's Brothers & DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang