BAB 5

30K 2.5K 169
                                    

°Zira's Brothers & Daddy°

"Sean, ajak Zizi keliling mansion sana!" suruh Reihand pada Andara.

"Kenapa harus aku? Kenapa gak papi aja?" tanya Andara.

"Biar kamu bisa dekat sama Zizi. Udah sana! Gak usah banyak protes!"

Andara menghela nafasnya pelan. "Kenapa kamu masih duduk? Ayo!" ajak Andara pada Zira.

"Huh? Oh, iya," cicit Zira yang merasa canggung dengan Andara.

Andara membawa Zira ke taman belakang mansion setelah ia selesai menunjukkan semua isi mansion. Hanya ada keheningan. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Bahkan sejak tadi Zira hanya mengekori Andara dari belakang.

Ini yang Andara khawatirkan sejak tadi. Ia bukan tipikal orang yang bisa memulai topik pembicaraan. Sifatnya yang selalu cuek, membuatnya jarang berinteraksi.

Banyak yang ingin ia tanyakan pada Zira mengenai hubungannya dengan Andro. Namun, ia bahkan tidak tau harus mulai dari mana.

"Kak.. Sean?" panggil Zira memecah keheningan.

Sean yang mendengar namanya dipanggil -terkejut- lalu segera membalikkan badannya menghadap Zira yang berada di belakangnya.

"I-iya?" jawab Sean kikuk.

"Eumm.. Kenapa Zizi gak pernah liat kak Sean barengan sama Kak Aro dulu?" tanya Zira. "Dulu, setiap uncle datang ke panti, pasti kak Aro selalu ikut. Kak Aro juga gak pernah bilang kalau kak Aro punya kakak," lanjutnya.

Lagi-lagi nama panggilan itu membuatnya kesal. Ingin sekali ia melenyapkan bocah tengil yang berstatus sebahai adiknya itu ke rawa-rawa. Harus ia akui, sepertinya ia kalah start dengan adiknya itu. ia benar-benar merasa panas sekarang.

Dan sekarang, Andara menyesal. Menyesal telah menolak ajakan papinya dulu untuk berkunjung ke Indonesia. Kalau tahu begini, ia memilih tidak bermalas-malasan di rumah oma nya dulu.

"Kakak selalu ke rumah oma sama opa kakak di London. Kalau papi pergi ke negara lain, kakak juga jarang ikut. Karna Andro masih kecil, jadi papi lebih sering bawa Andro, dulunya."

"Ouw..." gumam Zira sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Andara tersenyum tipis melihat ekspresi Zira, satu yang ada dipikirannya, imut.

"Gimana kamu bisa dekat sama Andro?" tanya Andara yang sejak tadi penasaran mengenai hubungan adiknya dengan Zira.

"Eum.. dulu Zizi pernah hampir dipukul sama teman Zizi, Tapi kak Aro datang ngelindungin Zizi."

"Kak Aro juga yang ngebantu uncle ngobatin kaki Zizi yang luka, waktu Zizi jatuh dari sepeda. Terus, kak Aro juga yang ngajarin Zizi naik sepeda setelah itu. Kak Aro sering main bareng sama Zizi, beli eskrim bareng, pegang tangan Zizi waktu nyebrang, ikatin rambut Zizi, bantu Zizi ikat tali sepatu, masih banyak deh pokoknya!

"Zizi seneng banget kalau ada kak Aro! Kak Aro yang buat Zizi ngerasain punya kakak, sekaligus jadi teman Zizi juga!" Zira menceritakan semuanya dengan semangat.

"Kakak juga bisa kayak Andro. Kakak bisa temenin Zizi jalan bareng, beliin Zizi es krim, pegang tangan Zizi ke mana pun, ikatin rambut Zizi, selalu ngelindungi Zizi," Andara merasa kesal melihat Zira terus-terusan memuji Andro. "Kakak bisa ngelakuin semua yang dilakuin Andro ke Zizi."

"Huh?" beo Zira tidak mengerti dengan ucapan Andara.

Andara berjalan mendekat ke arah Zira lalu menunduk untuk mensejajarkan tingginya dengan Zira. Ia mendekatkan wajahnya dan menatap dalam mata Zira.

Zira's Brothers & DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang