||°Zira's B&D°||
🌼🌼
HAPPY READING!!
🌼
🌼
🌼“Karna kakak udah buat Zira terluka,” bisik Lucio pelan.
Zira menyerngitkan keningnya bingung. “Zizi baik-baik aja kok kak,”
Lucio merasa bersalah setelah mengetahui bahwa pelaku yang menyiksa Zira sengaja memanfaatkan keadaannya yang pada saat itu sedang mengalami kecelakaan, agar pelaku itu dengan mudah dapat bertemu dengan Zira.
Secara tidak langsung, ia yang menyebabkan Zira terluka. Karena itu, selama enam bulan belakangan, ia selalu terbelenggu dalam perasaan bersalah itu.
“Pelukannya jangan terlalu lama juga,” peringat Andara yang merasa cemburu melihat Zira memeluk orang lain selain dirinya.
Seingatnya dulu, sebelum mereka datang, Andara selalu menjadi satu-satunya orang yang Zira peluk selain Reihand.
“Kenalin, nama tante Sharen. Saudara kandung mommy Zizi. Kalian pasti juga capek, mendingan sekarang kita pulang dulu aja,” ucap Sharen menyela.
Andara segera menggenggam tangan Zira erat, “Zizi duduk bareng abang aja,” perintah Andara.
“Gak! Zizi duduk sama aku, titik!” Andro yang tidak mau kalah, ikut menggenggam sebelah tangan Zira.
“Zizi datang ke sini sama aku, jadinya Zizi juga harus duduk sama aku!” seru Reza ikut bersuara.
Andara dan Andro secara kompak menatap Reza sinis. Mereka sudah muak melihat kehadiran keluarga Xanato selama ini. Bagi mereka, keluarga Xanato lah yang menyebabkan Zira pergi meninggalkan mereka.
Secara kebetulan juga, mereka berada dalam satu pesawat dengan Lucio. Jika ada yang berpikir bahwa mereka berangkat secara bersamaan tadinya, maka dapat dikatakan bahwa anggapan itu salah besar. Mereka bahkan baru saja menyadari kehadiran Lucio ketika tiba di Australia.
“Kita pakai dua mobil. Kalian semuanya bisa satu mobil dengan Zizi. Koper kalian letakkan saja di mobil yang tante tumpangi nantinya, supaya kalian bisa lebih leluasa.” tutur Sharen pengertian.
“Yaudah. Kalau gitu, Zizi duduk sama abang aja ya?” bujuk Andara.
“NO! Zizi harus sama kakak!” keluh Andro.
Zira merasa bingung mendengar perdebatan antara para kakak dan abangnya itu. Hanya perkara tempat duduk saja, kenapa mereka harus mempeributkannya? Kursi penumpang itu cukup lebar, muat untuk tiga sampai empat orang. Tetapi, mereka memperebutkan kursi itu seolah-olah hanya bisa diduduki oleh dua orang saja.
Merasa tidak ada gunanya berdebat, Andara langsung saja menggendong Zira seperti koala. Ia segera membawa Zira masuk ke dalam mobil yang terparkir, sesuai dengan petunjuk yang diberitahukan oleh Zira.
“Kak Andara!” teriak Andro merasa tidak adil ketika Zizinya dibawa oleh Andara. Ia merasa telah dicurangi.
Berbeda dengan Reza dan Lucio, mereka lebih memilih mengikuti Andara daripada banyak mengeluh seperti Andro.Lucio mengambil tempat duduk di sebelah supir. Andara dan Reza memilih mengambil tempat di bagian tengah kursi penumpang. Sedangkan Zira, ia duduk di pangkuan Andara.
“Pak, tolong jalan sekarang juga,” pinta Reza pada supir yang mengemudi. Mereka telah sepakat meninggalkan Andro sendirian di bandara.
Reza memejamkan matanya lelah. Lelah melihat kedekatan Andara dan Zira yang duduk di sebelahnya. Sejak tadi, Andara selalu sibuk bermanja-manja dengan Zira.
“Nanti malam abang tidur sama Zizi ya?” pinta Andara sambil mendusel-duselkan wajahnya di ceruk leher Zira.
“Iya, abang. Zizi juga kangen bobok sama abang,” aku Zira sambil sesekali terkekeh geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zira's Brothers & Daddy
Teen FictionKisah Zira, bersama ketiga 'ayahnya' dan juga para abangnya dari ketiga keluarga 'ayahnya' itu. -------- Zira Wieny Anastasya, seorang gadis remaja berumur 16 tahun yang kehilangan mommy-nya sejak kecil, sehingga Zira dirawat oleh bunda panti hingga...