°Zira's Brothers & Daddy°
Pukul 08.00 A.M.
Tok tok.
"Zizi?" panggil Reihand setelah mengetuk pintu kamar Zira.
Hari ini—akhir pekan— Reihand datang pagi-pagi untuk bertemu dengan Zira sekaligus berencana membawanya jalan-jalan.
Karena tidak ada sahutan dari dalam, Reihand memutuskan untuk langsung masuk ke dalam. "Uncle masuk ya,"
Reihand tersenyum tipis melihat Zira yang masih terlelap dengan selimut yang sudah jatuh dari tempat tidur.
Reihand mendudukkan badannya di tepi kasur, mengelus-ngelus pipi dan kening Zira, berniat untuk membangunkannya.
"Zizi, bangun sayang," panggil Reihand kembali dengan tangan yang masih terus menerus mengelus pipi Zira.
"Engh..,"
Zira merasa tidurnya terganggu. ia mengubah posisi tidurnya menjadi miring yang semula terlentang. Ia meraba tangan yang ada di pipinya, lalu mengambil jari telunjuk tangan itu—menggenggamnya erat, dan meletakkan jari itu di pipinya.
Reihand yang melihat jarinya digenggam erat, hanya tersenyum kecil. "Zizi, bangun sayang, udah jam delapan loh,"
Zira yang mendengar suara itu, membuka matanya perlahan-lahan. Ia mengucek matanya perlahan, membuat genggamannya pada tangan Reihand melepas.
Zira memandang Reihand dengan mata sayunya, berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih melayang entah kemana.
Zira melebarkan matanya ketika menyadari Reihand berada di kamarnya. Ia segera bangun, merubah posisinya menjadi duduk.
"Uncle?"
"Hm?" Reihand membalasnya dengan deheman sambil mengelus rambut Zira dengan pelan dan hati-hati.
"Eum... uncle kenapa bisa ada di sini?" tanya Zira kikuk melihat Reihand yang secara tiba-tiba berada di kamarnya.
"Uncle datang ke sini mau ajak Zizi jalan-jalan bareng Uncle. Tapi kata bunda, kamu belum bangun. Jadi uncle samperin ke sini."
"Kamu mandi dulu sana, Uncle mau ngajak kamu jalan-jalan sekalian kita sarapan di luar aja,"
"Uncle keluar dulu, ya," pamit Reihand, lalu bangkit dan meninggalkan kamar Zira.
Zira yang melihat pintu kamarnya telah ditutup, langsung segera memandang jam weker yang ada di meja belajarnya. Ia kembali melebarkan matanya terkejut.
"Ya ampun, lama banget Zizi tidur!" dumelnya.
"Mampus, mampus!" Zira mengambil pakaiannya dari lemari dengan cepat dan segera masuk ke kamar mandi.
"Seharusnya Zizi gak makan obat itu barengan," peringatnya sambil memukul kepalanya berulang kali.
"aish!"
***
"Bu Tiana, saya izin mau ngajak Zizi main keluar untuk hari ini, mungkin akan lama." ujar Reihand yang berada di ruang tamu bersama Tiana.
"Oh, silahkan saja, Tuan. Zira juga jarang sekali keluar main bersama temannya." jawab Tiana.
"Emangnya Zizi nggak pernah bawa temannya ke sini, ya?" tanya Reihand.
"Ah itu, Zira ga--,"
"Uncle?" panggil Zira memotong ucapan Tiana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zira's Brothers & Daddy
Teen FictionKisah Zira, bersama ketiga 'ayahnya' dan juga para abangnya dari ketiga keluarga 'ayahnya' itu. -------- Zira Wieny Anastasya, seorang gadis remaja berumur 16 tahun yang kehilangan mommy-nya sejak kecil, sehingga Zira dirawat oleh bunda panti hingga...