BAB 21

17.8K 1.4K 138
                                    

°Zira's Brothers & Daddy°

HAPPY READING!
.
.
.

Seorang gadis berumur sembilan tahun itu dengan pakaian yang begitu lusuh terlihat sedang berupaya keras menurunkan tumpukan kursi yang berada di atas meja kayu yang sudah lapuk.

Ruangan itu minim pencahayaan, sehingga mempersulitnya untuk melihat dengan jelas sekitar ruangan yang terasa pengap dan tidak terlalu besar itu.

"Kak Aca mau ngapain? Jangan berisik kak! Nanti om-om itu marah!" peringat gadis kecil itu berbisik, yang sejak tadi memerhatikan semua kegiatan orang yang dipanggil dengan sebutan kak Aca itu.

"Kamu mending bantu kakak, Ana! Kita pelan-pelan supaya gak ketahuan, ngerti Ana?" perintah orang itu yang dibalas dengan anggukan polos.

"Ana bantu kakak mindahin semua kursi ini dulu. Habis itu, kita dorong mejanya ke sana,"

"Kenapa mejanya dibawa ke sana, kak?" tanya gadis kecil itu -Zira- bingung.

"Di atas sana ada jendela kecil, kita belum cukup tinggi. Jadi, kita butuh ini buat keluar dari ruangan ini lewat jendela itu." jelasnya.

"Ayo! Bantu kakak cepat, sebelum mereka datang!" peringatnya lagi.

"Iya kak," jawab Zira menurut.

Mereka melakukan semuanya secara perlahan agar tidak mengusik para penjaga yang berada di luar pintu ruangan itu.

Bianca menurunkan semua kursi yang berada di atas meja itu ke lantai, lalu Zira membantu Bianca memindahkan kursi itu agar meja dapat leluasa jika digeser nantinya.

Setelah mendorong meja itu, Bianca menaruh sebuah kursi di atas meja tersebut, mempermudahnya membuka jendela itu.

"Setelah ini, kita bakalan keluar. Jadi Ana harus ikut apa kata kakak, ngerti Ana?" tanya Bianca.

"Ngerti, kak Aca. Jadi siap ini Ana bisa ketemu sama bunda lagi, kan?" tanya Zira polos dengan mata yang berbinar.

"Pasti, kakak janji." jawab Bianca sambil menunjukkan jari kelingkingnya.

Zira yang mengerti maksud Bianca, langsung menautkan jari kelingkingnya dengan milik Bianca, lalu menyatukan jari jempol mereka.

Bianca mengangkat tubuh mungil Zira ke atas meja, lalu ia segera naik ke atas meja. Ia kembali menaiki kursi, lalu menarik tangan Zira mempermudah Zira menaiki kursi. Ia membuka kaca jendela itu lalu segera memanjat dan berdiri di antara celah jendela itu.

Bianca mengulurkan tangan pada Zira yang masih berdiri di kursi dengan sesekali menatap ke arah pintu ruangan itu yang masih tertutup.

Baru saja Zira ingin menggapai tangan Bianca yang sedikit lagi tergapai, Bianca menarik uluran tangannya seketika. Ia menatap Zira dan pintu ruangan itu secara bergantian.

Tanpa berpikir panjang, ia melompat keluar meninggalkan Zira begitu saja tanpa sepatah kata pun. Ia terjatuh di atas rerumputan, sehingga ia hanya mendapatkan sedikit luka-luka di kaki dan tangannya.

"Kak?" panggil Zira yang masih bingung melihat Bianca melompat dari jendela.

"Kak Aca?" panggilnya lagi.

Dengan pikiran polosnya, Zira mengira Bianca akan membantunya setelah melompat dari jendela itu. Ia menunggu Bianca datang kembali untuk membawanya dengan sabar.

Zira's Brothers & DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang