BAB 8

27.2K 2.1K 205
                                    

°Zira's Brothers & Daddy°

Andara baru saja mendudukan badannya setelah selesai mengantar Zira ke kamarnya. Ia segera mengambil remote tv untuk mengganti siaran.

Baru saja ingin menekan tombol remotenya, listrik di mansion itu padam.

"Oh?" Andara mengerutkan dahinya bingung, sambil meraba-raba mencari handphone nya untuk meyalakan senter.

"Biasanya gak pernah kayak gini, kenapa bisa mati?" gumam Reihand pada dirinya sendiri. Ia mengarahkan senter dari ponselnya yang telah dihidupkan untuk membantu Andara mencari ponselnya.

Setelah mendapatkannya, baru saja Andara ingin menghidupkan senternya, lampu di ruangan itu telah menyala.

Seorang bodyguard datang menghampiri mereka, "Maaf atas ketidak-nyamanan yang kami perbuat tuan. Salah satu dari kami tidak sengaja mematikan pusat kontrol listrik di mansion ini ketika melakukan pengecekan, tuan."

"Lain kali jangan ada kelalaian lagi, kau tau aku paling benci yang namanya kesalahan!" bentak Andara.

"Udah Sean, biarkan saja. Kau pergilah!" perintah Reihand.

"Sean, kamu pergi cek Zizi sana! Mungkin Zizi bakal kaget," suruh Reihand.

Andara tidak menjawab, langsung saja ia pergi ke kamar Zira tanpa basa basi.

Tok tok tok

"Zizi, abang masuk ya?" Andara langsung membuka pintu kamar Zira tanpa menunggu jawaban dari Zira.

Ia meyembulkan kepalanya melihat ke dalam kamar Zira. "Zizi masih mandi, ya?" gumamnya ketika melihat pintu kamar mandi yang tertutup.

"Yaudah deh," Andara kembali menutup pintu dan segera meninggalkan kamar Zira.

***

Andara dan Reihand berada di ruang makan sekarang. Mereka menunggu maid yang sedang memanggil Zira agar segera makan.

Setelah beberapa saat, maid itu datang menghampiri mereka. "Maaf tuan, nona Zira sama sekali tidak keluar dari kamarnya,"

"Mungkin Zizi ketiduran, biar aku aja." ujar Reihand.

Reihand langsung masuk ke kamar Zira tanpa mengetuk terlebih dahulu. Ia tidak menemukan Zira berbaring di kasur, karena itu ia berinsiatif untuk mengecek kamar mandi.

"Zizi?" panggil Reihand.

Pintu kamar mandi itu tidak dikunci. Setelah Reihand memastikan kamar mandi itu kosong, ia memilih untuk mengecek walk in closet.

"Zizi?" panggil Reihand sekali lagi.

Ia membuka pintu walk in closet, lalu memerhatikan setiap sudut ruangan. Hingga akhirnya ia menemukan Zira yang terduduk lemas di lantai, dengan tangan dan baju yang terdapat bercak darah yang telah mengering.

Reihand membelalakkan matanya. Ia segera menghampiri Zira dan menyandarkan kepala Zira di dadanya.

"Zizi?! Zizi, bangun sayang!"

Tanpa menunggu lama lagi Reihand langsung menggendong Zira dan membaringkannya di kasur. Ia segera mengeluarkan ponselnya dengan panik lalu menelepon salah satu kontak dokter pribadinya.

Zira's Brothers & DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang