BAB 11

25.3K 2.1K 81
                                    

°Zira's Brothers & Daddy°

Andara tetap menggendong Zira hingga masuk ke dalam mansion. Sejak tadi, Zira tidak ingin melepas pelukannya sedikit pun dari Andara.

"Zizi gak mau sama papi gitu? Kamu udah sama abang loh dari tadi, papi gak kebagian peluk Zizi, nih!" Reihand merasa sedikit cemburu.

"Zizi mau sama abang Aran aja, papi. Zizi lagi pengen dipeluk sama abang."

"Pi, aku bawa Zizi istirahat dulu." ujar Andara segera membawa Zira ke kamarnya.

Andara membaringkan Zira di atas kasurnya. Baru saja ingin melepaskan pegangannya pada Zira, Zira menahan tangannya.

"Abang mau kemana? Jangan jauh-jauh dari Zizi, di sini aja sama Zizi." mohon Zira dengan menahan tangan Andara.

"Cuman bentar kok, abang mau ke kamar mandi bentar."

Zira melepaskan pegangan tangannya, membiarkan Andara pergi. Butuh waktu sekitar 10 menit untuk menunggu Andara selesai. Andara keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggantung di lehernya.

Ia berjalan mendekat ke arah saklar lampu, berniat mematikan lampu kamarnya agar Zizi dapat beristirahat.

"Abang mau ngapain?" tanya Zira.

"Abang mau matikan lampu, habis itu Zizi tidur sama abang."

"Jangan!"

"Kenapa?" tanya Andara menaikkan sebelah alisnya.

"Zizi... Takut gelap."

Andara lupa. Ia melupakan perkataan dokter mengenai Zira waktu itu.

"Ah... sorry, abang lupa." sesalnya.

"Gak pa-pa kok! Abang cepetan ke sini, Zizi mau peluk abang!"

Andara segera naik ke atas kasur, mengangkat kepala Zira agar menjadikan lengannya sebagai bantal Zira. Sebelah tangannya memeluk erat pinggang Zira.

"Zizi kenapa takut gelap?" tanya Andara disela-sela pelukannya.

Zira menggerakkan jarinya membentuk pola abstrak di atas dada Andara, "Zizi... cuman takut aja."

"Zizi gak bisa tidur kalau lampunya dimatikan, soalnya Zizi bakalan mimpi buruk."

"Kenapa harus takut? Sekarang kan ada abang yang nemanin Zizi, jadi Zizi gak usah takut selagi ada abang di samping Zizi."

"Gak bisa abang." Zira menatap Andara. "Dulu... Bunda udah pernah coba. Tapi... Zizi malah makin sering mimpi buruk."

"Mimpi buruk kayak gimana? Coba Zizi cerita sama abang."

Zira menggelengkan kepalanya, "Zizi gak mau ingat mimpi itu lagi, takut."

"Ok, abang gak bakal bahas masalah itu lagi." Andara memainkan rambut Zira.

"Abang, besok gimana sekolah Zizi?"

"Ngapain Zizi sekolah? Zizi itu baru sembuh, gak usah sekolah dulu!"

"Tapi Zizi mau sekolah abang, udah ketinggalan pelajaran tauk!"

"Kalau Zizi bobok sini, gimana buku-buku Zizi?" tanya Zira lagi.

"Liat besok aja, Zizi harus tanya papi dulu boleh sekolah apa nggak. Sekarang Zizi tidur, ok?"

Zizi menganggukkan kepalanya, segera memejamkan matanya dan memeluk Andara erat.

***

Bel pulang sekolah telah bunyi sejak beberapa menit yang lalu. Zira sedang memasukkan bukunya ke dalam tas, bersiap untuk pulang.

Zira's Brothers & DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang