PART 4 || SAHABAT KECIL✅

88 13 0
                                    

Aneh memang aneh tetapi ini sebuah kenyataan, Shihan sahabat kecil Ahmed yang mempunyai masa lalu indah bersama Ahmed kini hadir langsung dihadapan Ahmed. Tiba-tiba saja Shihan menampakkan dirinya di depan Ahmed. Sulit dipercaya kejutan dari Shihan ini tapi rasa bahagia memang tidak bisa disembunyikan oleh Ahmed.
"Aku banyak pertanyaan buat kamu!" tegas Ahmed yang masih tidak percaya dengan kehadiran Shihan di Turki.

Kini mereka sedang berada di sebuah restoran kecil di kawasan Istanbul. Sengaja Ahmed mengajak Shihan untuk duduk disini sebentar, berniat menanyakan semua pertanyaan yang muncul di benaknya.
"Shihan kenapa kamu datang kesini nggak bilang-bilang?"

"Terus, kenapa kamu tiba-tiba ada di sini?"

"Terus lagi, kenapa kamu? arghhh intinya kenapa kamu ada disini?!"

"Hahahah kamu ini." Shihan hanya tertawa kecil mendengarkan semua pertanyaan Ahmed.

"Begini, terakhir kita komunikasi kan dua hari lalu dan disitu sengaja aku berpikiran untuk memberikan kejutan buat kamu, empat tahun lalu kamu berkunjung ke Indonesia tapi hanya sebentar. Itu tidak cukup untuk mengenang masa lalu kita, sehingga aku memutuskan kenapa bukan aku saja yang ke Turki? And, surprise for you!" jelas Shihan.

Ahmed tertawa kecil dan matanya berkaca-kaca. Hatinya sangat senang dan sangat bergembira. Mungkin saja jika tadi Ibu dan Hasbi tidak menyuruhnya untuk pergi ke mall, Ahmed tidak akan bertemu Shihan hari ini.
"Lalu kau akan tinggal disini?" tanya Ahmed girang.

"Tentu tidak Ahmed. Aku disini sekedar ingin menikmati liburanku."

Ahmed tersenyum, mereka berdua saling canda tawa. Rasanya pertemuan ini akan dihabiskan lama-lama. Masih banyak pertanyaan yang harus Ahmed tanyakan kepada Shihan.

***

Masa lalu yang akan selalu diingat oleh Ahmed dan Shihan, saat dimana dirinya dan Shihan tengah asyik menikmati senja di pinggiran sungai. Rumah mereka yang jaraknya dekat dengan sungai membuatnya tak perlu jauh-jauh bermanin air sembari menikmati senja. Dua anak kecil itu tertawa bersama saling berlarian di pinggir sungai. Saat senja datang, keduanya duduk bersama memandangi keindahan matahari tenggelam. Siapa yang tidak suka senja? Tentu sebagiam orang suka bahkan sekalipun anak kecil seperti mereka. Mereka sama-sama dilahirkan diwaktu senja sehingga mereka sangat menyukai senja.
Anak kecil dengan wajahnya yang blasteran Turki-Indonesia itu menatap Shihan penuh kasih sebagai sahabat. Rasanya tidak sanggup jika Ahmed tidak bermain dengan Shihan satu hari saja.
"Indah sekali ya pemandangan senja," ujar Shihan yang memasangkan raut wajah imutnya.

"Jelas, kan ada Ahmed jadi senja nya tambah indah, hehehe ..." lelaki kecil itu tertawa bahagia melihat Shihan. Tangan nakal Shihan mencubit paha anak kecil itu agar terdiam.

"Oh iya, gimana kalau suatu saat nanti Ahmed pindah ke Turki. Nanti Shihan disini sama siapa? Masa Shihan sendirian?"

"Shihan jangan ngomong gitu!" kesal Ahmed.

"Ya kan bisa saja Ahmed pindah ke Turki."

"Kalau Ahmed pindah ke Turki nanti Ahmed kasih Shihan handphone."

"Handphone itu apa?" tanya Shihan dengan wajah bingungnya.

"Handphone itu bentuknya gepeng, kaya genteng ini," jawab Ahmed dengan menunjukan pecahan genteng yang ada disampingnya.

"Emang bisa buat apa kalau bentuknya kaya genteng? Buat jadi atap rumah yah?" tanya Shihan polos. Mendengar itu Ahmed tertawa kecil sembari mengelus rambut Shihan.

"Ya nggak lah, handphone itu alat komunikasi. Nanti kalau seandainya Ahmed pindah ke Turki, Shihan bisa gunakan handphone itu buat kirim pesan online ke Ahmed atau Shihan bisa telepon Ahmed, nanti kalau Shihan kangen kan Shihan bisa denger suara Ahmed."

"Lah bagaimana? Kan Ahmed perginya ke Turki kok bisa masuk ke handphone? Emang Turki di handphone yah? makannya Shihan harus pake handphone kalau denger suara Ahmed?" lagi dan lagi, Shihan memasang raut wajah kebingungan kepada Ahmed.

"Astaghfirullahaladzim Shihan, hahahaahah, udah lah ntar Shihan tanya sama Ayah Shihan aja yah, yuk pulang! Ahmed mau sholat maghrib. Shihan sholatnya dirumah aja yah." anak kecil berusia 7 tahun itu menggandeng tangan Shihan. Mengajaknya untuk kembali kerumah disaat adzan maghrib hampir berkumandang. Masa kecil yang indah tentu akan sulit dilupakan. Mengenang semua kepolosan Shihan yang masih berusia 6 tahun dan tidak tau apa-apa selain bermain bersama Ahmed.

***

Aku masih gak percaya kalau kamu ada disini." lelaki berkumis tipis itu hanya bisa menatap Shihan berkali-kali, mencoba membenarkan apa yang ia lihat sekarang.

"Ya ampun Ahmed, kamu ini kenapa sih? Ini beneran aku loh."

"Masih gak nyangka aja, kamu nginap dimana?"

"Di White House Hotel, gak jauh dari sini," jawab Shihan.

Keduanya melangkah menyusuri jalanan kota Istanbul, sedangkan mobil Ahmed ia masih menitipkannya di restoran. Mereka berdua berjalan bersenang-senang sembari mengingat masa lalu mereka. Sampai matahari hampir tidak terlihat mereka masih duduk di bangku panjang di taman. Menikmati senja yang berkelana di angkasa, yang indahnya membuat mata Ahmed dan Shihan terpesona. Senja di Istanbul sangatlah menawan, menurutnya.
"Oh iya dari tadi kamu bawa paperbag itu terus, buat siapa?" tanya Shihan menatap paperbag yang berada di sisi kanan Ahmed. Ahmed mengambilnya dan tersenyum manis kepada Shihan.

"Ini buat Afsha," jawabnya. Ahmed lupa, ini sudah sore hari pastilah Afsha sudah mendarat di bandara.

"Afsha? Kekasih kamu?" tanya Shihan menaikkan alisnya. Seketika raut wajah Ahmed berubah. Senyumnya menjadi sebuah kepanikan. Matanya membulat dan segera melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

"Aduh lupa! Shihan maaf yah aku gak bisa nganter kamu pulang, kamu pulang sendiri aja yah, besok kita ketemu lagi! Bener deh aku minta maaf banget sama kamu! Aku tinggal dulu, udah telat! Dah!!!" Ahmed segera berlari meninggalkan Shihan. Shihan hanya bisa menatap Ahmed aneh. Wajah panik Ahmed membuat Shihan bertanya-tanya. Aneh sekali, "Ahmed!" seru Shihan yang sempat memanggil tapi tidak didengar oleh Ahmed.

Ahmed berlari menuju restoran awal saat mereka berbincang tadi, segera mengambil kunci mobil dan berlarian kembali. Bagaimana jika nantinya Afsha justru menunggu atau nekat untuk menyusuri kota Istanbul sendirian? Tentu Ahmed yang akan terkena dampaknya. Mobil hitam milik Ahmed sudah terlihat. Nafasnya memburu saat membuka pintu mobil. Segeralah Ahmed menyetir mobilnya menuju bandara Internasional Istanbul.
"Aduh kenapa sampai lupa sih!" gerutu Ahmed menjambak rambutnya. Ahmed menyusuri jalanan kota Istanbul, menyelip beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Bahkan dia melupakan satu hal, yaitu Hasbi. Pasti Hasbi sudah menunggu dirumah, bagaimana Ahmed sampai lupa mengajak adiknya untuk menjemput Afsha?
Namun sudahlah, jika menjemput Hasbi waktunya akan semakin terbuang. Biarkan saja Hasbi nantinya mengomel asalkan jangan Baba dan Ibu yang mengomel.

Teledor

***

Ahmed teledor, gimana sama Afsha?

____

اللهم صل على سيدنا محمد و على ال سيدنا محمد
❤❤❤

CINTA DI LANGIT TURKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang